Hukum Serambi Masjid Apakah Termasuk Bagian Masjid ?
HASIL KAJIAN BM NUSANTARA
(Tanya Jawab Hukum Online)
السلام عليكم و رحمة الله وبركاته
DESKRIPSI:
Sudah lumrah dan menjadi kebiasaan pada malam-malam Ramadhan diadakan tadarusan Al-Qur'an diberbagai Masjid. Termasuk juga Masjid yang ada di dekat rumah Badrun (nama samaran). Setiap malam pasti ada berbagai makanan ataupun cemilan serta minuman baik kopi ataupun teh yang disuguhkan bagi orang-orang yang ikut tadarusan di Masjid. Mereka makan dan minum di Masjid tersebut, baik di dalam ataupun di serambi Masjid.
PERTANYAAN:
Apakah serambi Masjid termasuk bagian Masjid?
JAWABAN:
Benar, dengan catatan serambi baik di depan atau mengelilinginya bersambung dengan Masjid.
REFERENSI:
المجموع شرح المهذب، الجزء ٦ الصحفة ٥٠٧
قَالَ الشَّافِعِيُّ يَصِحُّ الِاعْتِكَافُ فِي رِحَابِ الْمَسْجِدِ لِأَنَّهَا مِنْ الْمَسْجِدِ
Artinya: Imam Syafi'i berkata sah hukumnya beritikaf di dalam bangunan yang disandarkan kepada masjid (baik menempel atau tidak) karena termasuk bagian dari masjid.
الأشباه والنظائر للسيوطي، الصحفة ١٢٥
وحريم المسجد ، فحكمه حكم المسجد ، ولا يجوز الجلوس فيه للبيع ولا للجنب، ويجوز الاقتداء فيه بمن في المسجد، والاعتكاف فيه وضابط حريم المعمور تعرضوا له في باب إحياءالموات وأما رحبة المسجد فقال في شرح المهذب ، قال صاحب الشامل والبيان : هي ما كان مضافا إلى المسجد ، وعبارة المحاملي : هي المتصلة به خارجه٠ قال النووي : وهو الصحيح خلافا لقول ابن الصلاح إنها صحنه وقال البندنيجي : هي البناء المبني بجواره متصلا به وقال القاضي أبو الطيب : هو ما حواليه ، وقال الرافعي الأكثرون على عد الرحبة منه ; ولم يفرقوا بين أن تكون بينها وبين المسجد طريق أم لا ، وهو المذهب وقال ابن كج : إن انفصلت عنه فلا٠
Artinya: Serambi masjid, hukumnya seperti masjid. Karenanya tidak boleh duduk untuk berjualan atau bagi orang yang judub di dalamnya. Dan boleh bermakmum kepada orang di dalam masjid dan juga beri'tikaf. Sedangkan batasan "harim al makmur" para Ulama' menyebukannya di dalam bab menghidupkan tanah mati. Tentang Ruhbah masjid, dalam sarah kitab Muhaddab, Imam Nawawi berkata : Pengarang kitab as Syamil dan Bayan berkata bahwa ruhbah adalah bangunan yang disandarkan kepada masjid. Sedangkan ungkapan Imam Mahamili, rahbah yaitu tempat atau bangunan yang menempel dengan masji tetep berada di batas (tanah wakaf) masjid. Imam Nawawi berkata, inilah pendapat yang sohih, berbeda dengan pendapat Ibnu Sholah yang menyatakan bahwa rahbah itu halaman masjid. Imam Bandaniji berkata ; "Rahbah yaitu bangunan yang didirikan bersebelahan dengan masjid dan menempel dengan masjid. Imam Abul Toyyib berkata; "Rahbah yaitu bangunan yang berada di sekeliling masjid. Imam Rofi'i dan mayoritas Ulama' berpendapat menganggap rahbah termasuk bagian dari masjid. Dan mereka tidak membedakan apakah antara keduanya dipisah dengan jalan atau tidak. Ini adalah pendapat Madzhab. Ibnu Kaj berkata jika rahbah tersebut tidak menempel dengan masjid, maka tidak termasuk bagian dari masjid.
غاية تلخيص المراد من فتاوى ابن زياد، الجزء ١ الصحفة ٢٣
مسألة: رحبة المسجد بفتح الحاء هي المكان الراحب أي المتسع الذي يجعل غالباً أمام باب المسجد، وهو المكان المحوط لأجل المسجد، وهو أرخص من الحريم، وليس كل مسجد له رحبة ولا كل مسجد له حريم، فقد يوجدان معاً، وقد يوجد واحد، وقد لا، فإذا وقف إنسان بقعة وخط فيها البناء وترك أمام الباب قطعة من تلك البقعة الموقوفة فهي رحبة لها أحكام المسجد وقد يقف الإنسان داراً محفوفة بالدور ومسجداً، فهذه لا رحبة لها ولا حريم، وتارة يقف البقعة مسجداً، ويكون بجوارها أرض موات، ويتخذ له رحبة، فالمسجد ههنا له رحبة وحريم، ويجب على الناظر تمييز الرحبة من الحريم، ليحترز منها الجنب وتحترم، ويصلى فيها التحية، إذ أحكام المسجد ثابتة لها والمراد بالحريم ما يحتاج إليه لطرح القمامات والزبالات وقشور الفاكهة ونحوها مما يحتاج إليه عمارة المسجد والمترددون إليه، ولو وقف تلك البقعة وحوّطها ولم يترك منها بقعة خارج الباب، فهذا المسجد لا رحبة له وله حريم، وهذا معنى كلامهم فاعلمه، ويتحقق كون الرحبة من المسجد إما بوقف أو بإطلاق المسجد عليها، وكذا إن جهل حالها أهي من المسجد أم لا، كما قاله السمهودي٠
Artinya: Rahabatul Masjid dengan dibca Fathah Ra'nya yaitu tempat yang luas yang dibikin umumnya di depan pintu masjid, yaitu tempat yang dipagari sebab karena masjid, rahabah atau serambi lebih rendah dari harim atau pelataran, tidak setiap masjid memiliki serambi dan tidak setiap masjid memiliki pelataran, namun terkadang keduanya ditemui di masjid. Terkadang masjid hanya ada salah satunya dan terkadang tidak ada. Apabila seseorang mewakafkan sebidang tanah lalu memberi batasan pada sebidang tanah itu untuk bangunan dan mengosongkan (tidak dibangun) di depan pintu (bangunan tadi) sepetak tanah yang sudah diwakafkan maka ini namanya rahbah (serambi) yang memiliki hukum yang sama dengan masjid. Terkadang seseorang mewaqofkan rumah yang sudah dikelilingi oleh beberapa rumah dan masjid. Yang seperti ini tidak memiiki serambi maupun halaman. Dan terkadan seseoorang mewaqofkan tanah untuk dijadikan masjid dan sekelilingnya terdapat tanah kosong, kemudian dibuat serambi dan halaman, maka masjid seperti ini memiliki serambi dan halaman, sehingga wajib bagi nadzir untuk membedakan antara serambi dan halaman masjid agar orang yang junub dapat menghindari serambi dan memulyakanya, dan agar bisa seseorang bisa melakukan sholat tahiyat diserambi tersebut, sebab status masjid juga ditetapkan untuk serambi masjid. Yang dimaksud dengan harim (halaman masjid) adalah tempat yang dibutuhkan untuk membuang sampah, kotoran, kulit buah-buahan dan lain sebagainya yang dibutuhkan oleh orang-orang yang meramaikan masjid dan orang yang pergi ke masjid. Seandainya seseorang mewakafkan sebidang tanah dan memberi pagar/pondasi yang melingkari tanah tersebut tanpa menyisakan tempat kosong diluar pintunya, maka masjid seperti ini tidak memiliki serambi maupun halaman masjid, dan ini adalah maksud dari apa yang dikatan oleh para Ulama'. Dan serambi tersebut menjadi bagian dari masjid, adakalanya sebab wakaf atau karena masyhur disebut dengan masjid, begitu juga ketika tidak diketahui apakah serambi tersebut termasuk masjid atau tidak sebagaimana yang telah dikatakan oleh Imam as Samhudi.
قرة العين بفتاوى إسماعيل الزين، الصحفة ٧٤
سؤال : إذا صلى شخص تحية المسجد في رحبة المسجد ؛ فهل صلاته صحيحة ومحصلة لسنية التحية أو لا ؟ أفتونا رحمكم الله . -من ۱۲۹ سوالا
الجواب : إذا كانت الرحبة ملحقة بالمسجد بوقف أو عرف ؛ فلها حينئذ حكم المسجد ، وإن لم تكن ملحقة به في ذلك بأن كانت للارتفاق التابع للمسجد فليس لها حينئذ حكم المسجد قال الجمل في حاشيته على شرح المنهج : ورحبة المسجد كهو في صحة اقتداء من فيها بإمام المسجد ، وإن بعدث المسافة ، وحالث أبنية نافذة ، وهي أي الرحبة ما كانت خارجة محوطة لأجله ، ولم يعلم كونها شارعا قبل ذلك سواء علم وقفها مسجدا أولا ، عملا بالظاهر ، وهو التحويط عليها ، وإن كانت منتهكة غير محترمة . وأما الحريم وهو الموضع المهيأ لطرح نحو القمامات فليس كالمسجد ، ويلزم الواقف تمييز الرحبة من الحريم ، لتعطى حكم المسجد اه
Artinya: Pertanyaan: Ketika ada seseorang sholat tahiyatul masjid di serambi masjid apakah sholatnya sah dan mendapatkan kesunahan sholat tahiyat atau tidak?
Jawaban: Ketika serambi tersebut dibangun dengan masjid sebagai pelengkap masjid baik secara waqof atau urf, maka dihukumi masjid, sedangkan jika tidak sebagaimana diatas seperti halnya serambi yabg dibangun untuk kepentingan umum yang mengikut pada masjid, maka tidak dihukumi masjid. Imam jamal dalam kitabnya mengatakan : "Serambi masjid dihukumi seperti masjid dalam segi keabsahan mengikutinya (bermakmumnya) seseorang yang berada diserambi terhadap imam yang berada didalam masjid, walaupun jarak antara imam & makmum sangat jauh dan terhalang oleh bangunan atau tembok yang terdapat jalan atau pintu yang tembus. Ruhbah (Serambi masjid) adalah bangunan diluar masjid yang dibangun untuk keperluan masjid, dan tidak diketahui bahwa sebelumnya merupakan jalan, baik diketahui tempat tersebut diwaqofkan menjadi masjid ataupun tidak, karena melihat dhohirnnya yakni diatasnya diberi atap walaupun tempat tersebut tidak terawat. Sedangkan harim (halaman masjid) yakni tempat yang digunakan untuk membuang sejenis ludah tidak termasuk masjid, dan seorang waqif (orang yg waqaf) harus membedakan serambi masjid dan halaman masjid agar serambi tetap dihukumi sebagai masjid.
والله أعلم بالصواب
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
PENANYA
Nama : Imam Muslim
Alamat : Sumber Sari Jember Jawa Timur
____________________________________
MUSYAWWIRIN :
Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum
PENASEHAT :
Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung Jember Jawa Timur)
PENGURUS :
Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)
TIM AHLI :
Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Perumus : Ust. Arif Mustaqim (Sumbergempol Tulungagung Jawa Timur)
Muharrir : Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari Jember Jawa Timur)
Editor : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Ahmad Alfadani (Balongbendo Sidoarjo Jawa Timur), Ust. Abdurrozaq (Wonokerto Pekalongan Jawa Tengah)
____________________________________________
Keterangan :
1) Pengurus, adalah orang yang bertanggung jawab atas grup ini secara umum
2) Tim Ahli, adalah orang yang bertugas atas berjalannya grup ini
3) Bagi para anggota grup yang memiliki pertanyaan diharuskan untuk menyetorkan soal kepada kordinator soal dengan via japri. Ya'ni tidak diperkenankan nge-share soal di grup secara langsung.
4) Setiap anggota grup boleh usul atau menjawab walaupun tidak bereferensi, namun tetap keputusan berdasarkan jawaban yang bereferensi.
5) Dilarang memposting iklan / video / kalam2 hikmah / gambar yang tidak berkaitan dengan pertanyaan. Sebab, akan mengganggu akan berjalannya tanya jawab.
Komentar
Posting Komentar