Apakah Allah Pernah Menampakkan Diri kepada Nabi Muhammad?
HASIL KAJIAN BM NUSANTARA
(Tanya Jawab Hukum Online)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
DESKRIPSI:
Ruben (nama samaran) merupakan Kristus yang saat ini duduk di kelas 3 SMP. Dia selalu memberikan pertanyaan kepada Teman-temannya yang beragama Islam di kelasnya. Suatu ketika Dia bertanya kepada Temannya yang bernama Rosyid (nama samaran). Adapun pertanyaan diantaranya sebagai berikut ;
PERTANYAAN:
Apakah Allah SWT pernah menampakkan diri kepada Muhammad Saw?
JAWABAN:
Allah SWT tidak menampakkan diri kepada Nabi Muhammad. Tetapi Dalam Isra' Mi'raj Nabi, para Ulama' berbeda pendapat tentang apakah Nabi melihat Allah dengan mata kepala atau tidak.
Dalam masalah ini ada tiga pendapat :
1. Nabi Muhammad Saw tidak melihat kepada Allah SWT dengan mata kepala sebagaimana pendapat Sayyidah Aisyah, Ibnu Mas'ud dan Abu Huroiroh.
2. Nabi melihat dengan mata kepala sebagaimana pendapat Ibnu Abbas dan Anas bin Malik.
3. Al-Tawaquf diantara keduanya.
REFERENSI:
الفتح الرباني من فتاوي الامام الشوكاني، الصحفة ٧٦٤ - ٧٦٥
هذه المسألة "رؤية البي صلى الله عليه وسلم لربه" وقع الخلاف فيها قديما وحديثا٠ القول الأول ؛ ذهب قوم إلى إنكارها وأن النبي صلى الله عليه وسلم لم ير ربه، ومن هؤلاء عائشة وابن مسعود وأبو هريرة٠ أخرج البخاري في صحيحه رقم (٨٨٥٥) ومسلم رقم (۱۷۷) عن عائشة رضي الله عنها - قالت ؛ "ثلاث من حدثك بهن فقد کذب، من حدثك أن محمدا رأى ربه فقد كذب" واللفظ للبخاري٠
Artinya: Dalam masalah "Nabi SAW melihat Allah SWT" terdapat perbedaan pendapat baik di masa dulu dan sekarang.P endapat pertama: Golongan yang memilih mengingkarinya (Nabi SAW tidak melihat Allah SWT). Diantara mereka adalah Aisyah, Ibnu Mas'ud dan Abu Hurairah. Imam al-Bukhari menyebutkan dalam kitab Sahehnya no 8855 dan Imam Muslim no 177 dari Aisyah RA. Beliau berkata "Ada tiga hal, seseorang yang menceritakannya, maka sungguh ia telah berbohong, yaitu orang yang bercerita bahwa Nabi Muhammad SAW melihat Allah SWT, maka dia sungguh telah berdusta..." Redaksi Imam al-Bukhari.
القول الثاني ؛ إثبات رؤية البي صلى الله عليه وسلم لربه، وهذا قول ابن عباس وأنس وإليه ذهب عكرمة والحسن، والربيع بن سليمان، وابن خزيمة والإمام أحمد في إحدى الروايتين عنه، وأبو إسماعيل الهروي وکعب الأحبار والزهري، وعروة بن الزبير، ومعمر – وهو قول الأشعري وغالب أتباعه ورجحه الإمام النووي٠
Pendapat kedua: menetapkan Nabi SAW melihat Allah SWT. Ini pendapat Ibnu Abbas dan Anas. Dan yang mengikuti pendapat ini yaitu 'Ikrimah, Al-Hasan, ar-Rabi' bin Sulaiman, Ibnu Khuzaimah, Imam Ahmad dalam salah satu riwayatnya, Abu Isma'il al-Harawi, Ka'ab al-Akhbar, az-Zuhri, Urwah bin Zubair, Muammar- ini pendapat Imam al-Asy'ari dan mayoritas pengikutnya. Dan pendapat ini diunggulkan oleh Imam an-Nawawi.
القول الثالث : التوقف في المسألة ذكره القاضي عياض حيث قال : ووقف بعض مشايخنا في هذا وقال : ليس عليه دليل واضح لکه جائز ٠ وقال القرطبي في المفهم ( ٤٠٢/١) : "والوقف في هذه المسألة أرجح وذكر أنه ليس في الباب دليل قاطع وغاية ما استدل به الطائفتين طواهر متعارضة قابلة للتأويل ، قال وليست المسألة من العمليات فيكتفي فيها بالأدلة الظنية ، وإنما هي من المعتقدات فلا يكتفي فيها إلا بالدليل القطعي٠
Pendapat ketiga: Tidak membahas masalah ini, seperti yang dikemukakan al-Qadhi Iyadh "Sebagian guruku memilih diam dalam masalah ini, dan berkata: Dalam hal ini tidak ditemukan dalil yang jelas, tapi boleh . Imam Qurtubi berkata dalam kitab al-Mufhim vol 1 hal 402: Diam dalam masalah ini lebih unggul dan dalam hal ini tidak ada dalil yang pasti. Sedangkan dua golongan yang membahas ini, berlandaskan zahirnya dalil yang bisa saja dita'wil. Beliau berkata "Ini bukan masalah amaliah yang dicukupkan dengan dalil-dalil yang tidak pasti, hal ini termasuk keyakinan yang hanya bisa diputuskan dengan dalil pasti.
القول الراجح ؛ قال ابن حجر في الفتح ( ٦٠٨/٨) وعلى هذا فيمكن الجمع بين إثبات ابن عباس و نفي عائشة بأن يحمل نفيها على رؤية البصر وإثباته على رؤية القلب٠ ثم المراد برؤية الفؤاد رؤية القلب لا مجرد حصول العلم ، لأنه صلى الله عليه وسلم كان عالما بالله على الدوام، بل مراد من أثبت له أنه رآه بقلبه - وإلى هنا انتهت أدلة المانع النقليةُ٠
Pendapat keempat: Ibnu Hajar dalam Fathul Bari vol 8 hal 608. bisa saja mengkolaborasikan antara penetapan Ibnu Abbas dan peniadaan Aisyah, dengan cara melarikan menafikannya Aisyah kepada penglihatan mata, sedangkan penetapan Ibnu Abbas pada penglihatan hati. Lalu yang dimaksud penglihatan hati iya hati yang melihat, bukan sekedar hasilnya pengetahuan, karena Nabi SAW itu selalu kenal pada Allah SWT. Bahkan maksud ulama yang menetapkan adanya melihat, itu Nabi melihat dengan hati beliau. Sampai sinilah dalil-dalil naqli yang mencegah.
والله أعلم بالصواب
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
PENANYA
Nama : Cak Restu
Alamat : Pakal Surabaya Jawa Timur
_______________________
MUSYAWWIRIN :
Member Group Telegram Tanya Jawab Hukum.
PENASEHAT :
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Habib Abdurrahman Al-Khirid (Kota Sampang Madura)
PENGURUS :
Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)
TIM AHLI :
Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Batu Licin Kalimantan Selatan)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Perumus + Muharrir : Ust. Mahmulul Huda (Bangsal Jember Jawa Timur)
Editor : Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Miftahum Ulum (Sumberasih Probolinggo Jawa Timur)
LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
https://t.me/joinchat/ER-KDnY2TDI7UInw
___________________________
Komentar
Posting Komentar