Hukum Shalat Jumat Kurang dari Empat Puluh Orang?

 
HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 DESKRIPSI:

Badrun (nama samaran) tinggal di sebuah Kampung yang bernama Kampung Duren. Kampung tersebut penduduknya hanya 60 Jama'ah Sholat Jum'at. Suatu ketika pada Hari Jum'at, Badrun dan sebagian Masyarakat di Kampung Duren pergi ziarah Wali Songo. Sehingga saat Pelaksanaan Sholat Jum'at di Kampung tersebut hanya berjumlah 35 Jama'ah Sholat Jum'at.

PERTANYAAN:

Sahkan Sholat Jum'at yang dilaksanakan dengan Jumlah Jama'ah hanya 35 Orang?

JAWABAN:

Sah, dengan mengikuti salah satu qaul qadimnya Imam Syafi'i yang diunggulkan oleh beberapa Ulama'. Namun disunnahkan untuk menyusulnya dengan melakukan shalat i’adah fardhu dhuhur setelahnya, sebagai langkah kehati-hatian karena menghindari perselisihan pendapat dari Ulama' yang melarang shalat Jumat tanpa terpenuhinya syarat minimal 40 jama'ah.

REFERENSI:

تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي، الجزء ٢ الصحفة ٤٣١

وَسُئِلَ الْبُلْقِينِيُّ عَنْ أَهْلِ قَرْيَةٍ لَا يَبْلُغُ عَدَدُهُمْ أَرْبَعِينَ هَلْ يُصَلُّونَ الْجُمُعَةَ أَوْ الظُّهْرَ 

Artinya : Imam al-Bulqini ditanya tentang masalah  penduduk Desa yang jumlahnya kurang dari 40 orang, apakah mereka melaksanakan sholat jumat atau sholat dhuhur ? 

فَأَجَابَ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - بِأَنَّهُمْ يُصَلُّونَ الظُّهْرَ عَلَى مَذْهَبِ الشَّافِعِيِّ وَقَدْ أَجَازَ جَمْعٌ مِنْ الْعُلَمَاءِ أَنْ يُصَلُّوا الْجُمُعَةَ وَهُوَ قَوِيٌّ فَإِذَا قَلَّدُوا أَيْ جَمِيعُهُمْ مَنْ قَالَ هَذِهِ الْمَقَالَةَ فَإِنَّهُمْ يُصَلُّونَ الْجُمُعَةَ، وَإِنْ احْتَاطُوا فَصَلَّوْا الْجُمُعَةَ، ثُمَّ الظُّهْرَ كَانَ حَسَنًا ٠٠٠٠الى ان قال٠٠٠٠٠٠

Beliau menjawab : berdasar Madzhab Syafi'i  mereka melaksanakan sholat duhur. Dan sungguh segolongan Ulama' memperbolehkan untuk melaksanakan sholat jum'at, pendapat ini kuat, maka apabila mereka semua mengikuti / bertaklid kepada pendapat tersebut maka mereka boleh melaksanakan sholat jum'at. Namun apabila mereka ingin lebih berhati-hati mereka bisa melaksanakan sholat jum'at kemudian setelah itu mereka melaksanakan sholat dhuhur tentunya hal itu lebih baik.

 الْجُمُعَةَ إذَا لَمْ تَسْتَوْفِ الشُّرُوطَ وَصُلِّيَتْ بِتَقْلِيدِ أَحَدِ الْمَذَاهِبِ وَأَرَادَ الْمُصَلُّونَ إعَادَتَهَا ظُهْرًا هَلْ يَجُوزُ ذَلِكَ أَمْ لَا 

Apabila sholat jum'at tidak memenuhi syarat, namun tetap dilaksanakan dengan mengikuti salah satu madzhab kemudian para jama'ah mengulanginya / iadah setelah jum'atan dengan sholat dhuhur apakah hal itu boleh atau tidak ? 

وَأَجَابَ بِأَنَّ ذَلِكَ جَائِزٌ لَا مَنْعَ مِنْهُ بَلْ هُوَ الْأَحْوَطُ خُرُوجًا مِنْ الْخِلَافِ 

Beliau menjawab : hal itu boleh, tidak ada larangan bahkan itu merupakan bentuk kehati-hatian, serta bentuk keluar dari perbedaan pendapat.

وَمَا فِي الْإِمْدَادِ وَلَا يَجُوزُ إعَادَةُ الْجُمُعَةِ ظُهْرًا وَكَذَا عَكْسُهُ لِغَيْرِ الْمَعْذُورِ فَمَحَلُّهُ عِنْدَ الِاتِّفَاقِ عَلَى صِحَّةِ الْجُمُعَةِ لَا عِنْدَ وُجُودِ خِلَافٍ قَوِيٍّ فِي عَدَمِ صِحَّتِهَا 

Adapun keterangan yang ada dalam kitab  al-Imdad yang menyatakan : "Tidak boleh iadah / mengulang sholat jum'at dengan sholat dhuhur setelahnya begitu juga sebaliknya bagi orang yang tidak ada udzur", maka pendapat ini diarahkan ketika dalam kondisi sepakat bahwa jumatannya sah, bukan dalam kondisi jumatan yang masih diperselisihkan ketidak absahannya.

نَعَمْ كَمَذْهَبِ الْغَيْرِ فِي صِحَّةِ الْجُمُعَةِ شُرُوطٌ لَا بُدَّ فِي جَوَازِ تَقْلِيدِهِ مِنْ وُجُودِهَا وَإِلَّا فَلَا تَصِحُّ الْجُمُعَةُ عَلَى مَذْهَبِهِ أَيْضًا فِرَارًا مِنْ التَّلْفِيقِ الْمَمْنُوعِ إجْمَاعًا

Memang benar seperti itu, namun sebagaimana madzhab lain dalam masalah jum'atan juga terdapat syarat - syarat yang harus dipenuhi agar boleh mengikutinya, apabila tidak memenuhinya maka jumatan tersebut juga tidak sah menurut Madzhab tersebut, hal ini dilakukan untuk menghindari talfiq (mengambil pendapat yang ringan-ringan saja) yang tidak diperbolehkan oleh ijma' Ulama'.

 
الله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 


PENANYA

Nama : Hasan Basri
Alamat : Robatal Sampang Madura
___________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group Telegram Tanya Jawab Hukum. 

PENGURUS :

Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Asep Jamaluddin, Ust. Anwar Sadad, Ust. Zainul Qudsiy
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda,
Editor : Hosiyanto Ilyas
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan, Ust. Abd. Lathif

PENASEHAT :

Habib Abdullah bin Idrus bin Agil
Gus Abd. Qodir

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
https://t.me/joinchat/ER-KDnY2TDI7UInw

______________________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?