Hukum Bekas Pijakan Kaki Anjing



HASIL KAJIAN BM Nusantara
(Tanya Jawab Hukum Online) 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Deny (nama samaran) merupakan Pemuda Desa yang sehari-hari bekerja sebagai petani sayur. Di Desa tersebut masih sangat asri, kicau burung terdengar begitu indah setiap pagi dan sore. Tapi meskipun begitu, Deny kurang betah tinggal di Desanya, karena banyak sekali Anjing liar yang hampir tiap hari wira-wiri didepan Rumahnya, bahkan sering juga melintas dan tiduran di Teras  Rumahnya.

 PERTANYAAN:

Bagaimana hukumnya menginjak bekas kaki Anjing atau bekas tempat tiduran Anjing di tanah atau di plesteran ?

 JAWABAN:

A. Hukum Plester

Jika salah satu dari Anjing atau plester tersebut basah, maka hukum plester tersebut najis.

B. Hukum orang yang menginjak plester yang terkena najis Mughallazhoh:

1) Jika kondisi Kaki dan plester sama-sama basah, atau salah satu antara keduanya (kaki atau plester) basah, maka hukumnya najis.

2) Jika kondisi Kaki dan plester sama-sama kering, maka hukumnya tidak najis.

REFERENSI:

كاشفة السجا، الصحفة ٤٤

المغلظة ما تنجس من الطاهرات بلعابها او بولها او عرقها او بملاقات اجزاء بدنها مع توسط رطوبة من احد جانبيه

Artinya: Najis Mughallazhoh Ialah perkara-perkara suci yang terkena air liur, air kencing, keringat atau salah satu anggota dari tubuh anjing / babi, dan  salah satu dari keduanya (anjing maupun benda atau  orang) dalam kondisi basah.


فقه العبادات، الجزء ١ الصحفة ١٨١

إذا اتصل النجس أو المتنجس بالطاهر نظر فإن كانا جافين فلا تؤثر النجاسة بالطاهر بناء على القاعدة الفقهية : الجاف طاهر بلا خلاف، وإن كان أحدهما أو كلاهما رطبا تنجس الطاهر بالآخر.


Artinya: Bila najis atau barang yang terkena najis mengenai barang suci maka ditinjau terlebih dahulu : Bila keduanya kering maka sifat kenajisannya tidak mempengaruhi barang yang suci berdasarkan kaidah fiqhiyyah “Hal kering adalah suci tanpa terjadi perbedaan ulama”. Bila salah satunya atau keduanya basah maka barang sucinya menjadi najis.

الحاوي الكبير، الجزء ١ الصحفة ٦٤١-٦٤٢

فإن تحقق مس الكلب له مع رطوبة من أحد الجانبين تنجس وإلا فلا. لو ماس الكلب ثوبا رطبا أو ماس ببدنه الرطب ثوبا يابسا أو وطئ برطوبة رجله على أرض أو بساط كان كالولوغ في وجوب غسله سبعا فيهن مرة بالتراب

Artinya : Maka apabila kondisi salah satu dari anjing maupun barang atau tempat itu basah, maka hukumnya najis, bila sama-sama kering maka hukumnya tidak najis. Apabila anjing mengenai pakaian yang basah atau badan anjing tersebut basah, kemudian mengenai pakaian yang kering, atau kaki anjing tersebut basah kemudian menginjak tanah atau karpet, maka hukumnya seperti terkena jilatan anjing, yaitu wajib dibasuh tujuh kali basuhan, salah satu basuhannya dicampur dengan debu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jika seseorang tersentuh atau bahkan menyentuh anjing dalam kondisi kering, maka ia tetap dihukumi suci atau tidak dikategorikan najis berat (Mughallazhoh) Jika memang ada masyaqqoh, maka tinggal melihat waktu dan tempatnya, jika waktu musim hujan dan najis itu berada di tempat lalu lalang orang,  kemudian terkena hujan maka najis tersebut  dima'fu.

فتح المعين، الصحفة ١٣

ﻭﻋﻦ ﻗﻠﻴﻞ ﻃﻴﻦ ﻣﺤﻞ ﻣﺮﻭﺭ ﻣﺘﻴﻘﻦ ﻧﺠﺎﺳﺘﻪ ﻭﻟﻮ ﺑﻤﻐﻠﻆ ﻟﻠﻤﺸﻘﺔ ﻣﺎ ﻟﻢ ﺗﺒﻖ ﻋﻴﻨﻬﺎ ﻣﺘﻤﻴﺰﺓ ﻭﻳﺨﺘﻠﻒ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻟﻮﻗﺖ ﻭﻣﺤﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺜﻮﺏ ﻭﺍﻟﺒﺪﻥ٠

Artinya : Termasuk najis yang dima'fu yaitu terkena sedikit tanah atau lumpur yang berada ditempat lewat (jalan) yang diyakini jalan tersebut terkena najis, meskipun najisnya mugholladzoh, karena memang ada kesulitan untuk menjauhinya asalkan  benda najisnya tidak bisa terlihat. Dan kema'fuan itu beda-beda didalam hal waktunya atau tempat yang terkena najis (dalam arti dima'fu pada waktu musim hujan, namun tidak dma'fu di musim kemarau, atau dima'fu jika mengenai bagian bawah pakaian atau mengenai kaki, namun tidak dima'fu jika mengenai  bagian lengan pakaian atau mengenai tangan)

ﻭﺍﺫﺍ ﺗﻌﻴﻦ ﻋﻴﻦ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﻓﻰ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻭﻟﻮ ﻣﻮﺍﻃﺊ ﻛﻠﺐ ﻓﻼ ﻳﻌﻔﻰ ﻋﻨﻬﺎ ﻭﺍﻥ ﻋﻤﺖ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﻭﺟﻪ
 
Apabila  benda najisnya kelihatan ada dijalan seperti injakan kaki anjing, maka hal tersebut tidak dima'fu meskipun memenuhi jalan, hal ini berdasar Qoul Aujah

ﻭﺃﻓﺘﻰ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﻓﻰ ﻃﺮﻳﻖ ﻻ ﻃﻴﻦ ﺑﻬﺎ ﺑﻞ ﻓﻴﻬﺎ ﻗﺬﺭ ﺍﻷﺩﻣﻰ ﻭﺭﻭﺙ ﺍﻟﻜﻼﺏ ﻭﺍﻟﺒﻬﺎﺋﻢ ﻭﻗﺪ ﺃﺻﺎﺑﻬﺎ ﺍﻟﻤﻄﺮ ﺑﺎﻟﻌﻔﻮ ﻋﻨﺪ ﻣﺸﻘﺔ ﺍﻻﺣﺘﺮﺍﺯ

Guru kami (ibnu hajar al-haitami) berfatwa tentang masalah jalan yang tidak ada lumpurnya, dan di jalan tersebut ada kotoran manusia, kotoran anjing dan hewan lainya, ketika jalan tersebut terkena hujan maka hal itu termasuk di ma'fu karena sulitnya untuk menghindari hal tersebut. Dan apabila sudah terlanjur terkena najis Mughallazhoh, maka dianjurkan untuk segera mensucikannya.

REFERENSI :

طرح التثريب، الجزء  ٢ الصحفة :١٤٢

العاشرة : استدل به على أنه يجب الغسل من ولوغ الكلب على الفور ؛ لأن الأمر يقتضي الفورية عند أكثر الفقهاء ، وهو المختار وينبغي أن يجري فيه الخلاف الذي حكاه الماوردي في وجوب إراقة الإناء الذي ولغ فيه الكلب على الفور ، والأكثرون على أن الفورية مستحبة ، فإن أراد استعمال الإناء وجبت الإراقة٠

Artinya : Yang kesepuluh, Dengannya (perintah untuk membasuh wadah) bisa dijadikan dalil atas wajibnya bersegera dalam membasuh najis mughallazhoh seumpama jilatan anjing. Karena menurut kebanyakan Fuqoha', perintah menuntut untuk segera dilaksanakan, dan ini merupakan Qoul yang dipilih. Dan seyogyanya berlaku perbedaan pendapat dalam Qoul yang diceritakan oleh Imam Mawardi dalam hal wajibnya mencuci wadah yang dijilat anjing dengan segera. Kebanyakan Ulama' Fuqoha' berpendapat Sunnah dalam bersegera, karena apabila wadah mau digunakan, maka wajib mencucinya.

____________________________________

CATATAN:  Hukum  Anjing  menurut Empat Madzhab

رحمة الامة في اختلاف الائمة، الصحفة ٦ 

فصل : والكلب نجس عند الشافعي واحمد ويغسل الاناء من ولوغه فيه سبعا لنجاسته

Artinya : Anjing hukumnya najis menurut Imam Syafi'i dan Ahmad dan wadah yang terkena jilatan anjing harus dicuci atau dibasuh tujuh kali sebab kenajisannya.

وقال ابو حنيفة بنجاسته لكن جعل غسل ما تنجس به كغسل سائر النجاسات فاذا غلب على ظنه زواله ولو بغسلة كفى والا فلا بد من غسله حتى يغلب على ظنه إزالته ولو عشرين مرة٠ وقال مالك هو طاهر لا ينجس ما ولغ فيه لكن يغسل الاناء تعبدا٠


Imam Abu hanifah berpendapat bahwa, anjing itu hukumnya najis, namun untuk mensucikannya caranya sama dengan najis yang lain. Apabila dalam prasangkanya najis tersebut sudah hilang hanya dengan satu kali siraman maka hal itu sudah cukup. Namun jika dalam zhon (prasangkanya) najis tersebut belum hilang dengan satu kali basuhan atau siraman, maka haris disucikan hingga menurutnya suci, meskipun dua puluh kali basuhan. Imam Malik berpendapat bahwa anjing itu suci, tidak menajiskan perkara yang dijilatnya, namun wadah yang terkena jilatan anjing tersebut wajib dicuci semata-mata karena tabbudi (ibadah)

ولو ادخل الكلب يداه او رجله في الاناء وجب غسله سبعا كالولوغ خلافا لمالك لانه يخص ذلك بالولوغ

Jika anjing memasukkan tangan atau kakinya  dalam sebuah wadah maka wajib mencuci wadah tersebut sebanyak tujuh kali, seperti halnya jika benda terkena jilatan anjing. Hal ini berbeda dengan Imam Malik yang mengkhususkan dibasuh tujuh kali hanya pada benda yang terkena jilatan anjing saja.

موسوعة الفقهية، الجزء ١٤ الصحفة ٥٠

وَخَصَّ الْمَالِكِيَّةُ الْغَسْل سَبْعًا بِمَا إِذَا وَلَغَ الْكَلْبُ فِي إِنَاءٍ فِيهِ مَاءٌ فَقَطْ ، وَلاَ يُشْتَرَطُ التَّتْرِيبُ عِنْدَهُمْ

Artinya : Pencucian sebanyak tujuh kali oleh Madzhab Malikiyah dikhususkan untuk wadah yang ada airnya lalu dijilat anjing, dan mereka tidak mensyaratkan memakai debu.

وَأَمَّا إِذَا أَدْخَل الْكَلْبُ رِجْلَهُ أَوْ لِسَانَهُ بِلاَ تَحْرِيكٍ فِي الإِْنَاءِ ، أَوْ كَانَ الإِنَاءُ فَارِغًا وَلَعِقَهُ الْكَلْبُ فَلاَ يُسْتَحَبُّ غَسْلُهُ عِنْدَهُمْ
وَالْحُكْمُ بِالْغَسْل سَبْعًا تَعَبُّدِيٌّ عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ وَذَلِكَ لأَنَّهُمْ يَقُولُونَ بِطَهَارَةِ الْكَلْبِ
 
Adapun jika anjing memasukkan kaki atau lidahnya ke dalam wadah tanpa menggerakkannya, atau anjing tersebut menjilat wadah yang kosong, maka menurut Malikiyah wadah tersebut tidak disunnahkan untuk disucikan. Menurut Malikiyah mencuci wadah yang kena jilatan anjing sebanyak tujuh kali itu hanyalah ta'abbudi, hal ini dikarenakan mereka menghukumi anjing termasuk benda yang suci.


حاشية الخرشي علي مختصر سيدي خليلي، الجزء ١ الصحفة ٢١٩

ان الكلب سواء كان منهيا عن اتخاذه او مأذونا فيه،  واحدا او متعددا إذا ولغ في إناء  ماء اي شرب منه فإنه يستحب ان  يراق الماء  المولوغ فيه،  ويستحب ان يغسل الاناء سبع مرات تعبدا على المشهور لطهارة الكلب وقيل لقذارته وقيل لنجاسته.

Artinya : Sesungguhnya anjing, baik dilarang maupun  dibolehkan memeliharanya, satu ekor ataupun lebih, jika minum dari suatu wadah, maka disunnahkan menumpahkan air yang sudah dijilat dari wadah tersebut, dan disunnahkan juga membasuh wadah tersebut dengan tujuh kali basuhan sebab dalam rangka ibadah (menurut pendapat yang masyhur), karena sucinya anjing tersebut. Menurut sebagian pendapat, hal itu dibasuh sebab kotornya anjing dan menurut sebagian yang lain, sebab najisnya anjing tersebut.


الفقه على مذاهب الاربعة، الجزء ١ الصحفة ١٣

المالكية قالوا : كل حي طاهر العين ولو كلبا أو خنزيرا ووافقهم الحنفية على طهارة عين الكلب ما دام حيا على الراجح

Artinya : Kalangan Malikiyyah berpendapat; "Setiap binatang yang hidup suci keadaanya, walaupun anjing ataupun babi". Dan selaras dengan pendapat mereka adalah pendapat kalangan Hanafiyyah yang menyatakan sucinya keadaan anjing menurut pendapat yang paling kuat dikalangan mereka ini.


المجموع شرح المهذب، الجزء ٢ الصحفة ٢٨٠

 وقال مالك والاوزاعي لا ينجس الطعام الذى ولغ فيه بل يحل أكله وشربه والوضوء به قالا ويجب غسل الاناء تعبدا

Artinya : Berkata Imam Malik dan al-Auzaa’i tidak menjadi najis makanan yang dijilat anjing, bahkan hukum memakannya, meminumnya dan memakainya untuk wudhu adalah halal, kewajiban membasuh tempat tersebut hanyalah mengikuti perintah (bukan karena najisnya).


والله أعلم بالصواب

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

PENANYA :

Nama : Maksum
Alamat : Pangkalanbun Kota Waringin Barat Kalimantan Tengah

_______________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WhatsApp Tanya  Jawab Hukum.

PENGURUS :

Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Zainul Qudsiy, Ust. Robit Subhan
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda, Ust. Anwar Sadad
Editor : Ust. Hosiyanto Ilyas

PENASEHAT : Gus Abd. Qodir

_________________________



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?