Adakah Dasar Hukum Pembacaan Kalimat Tauhid Sebanyak 70.000 Kali Dapat Membebaskan Seseorang Dari Api Neraka ?
DESKRIPSI:
Badrun (nama samaran) baru melaksanakan Sarwe-en Red-Madura (pembacaan kalimat لا اله الا الله) untuk orang tuanya. Dia mengundang beberapa masyarakat tetangga sekitarnya untuk membaca kalimat tersebut secara bersama dengan jumlah 70.000 kali. Setiap orang undangan diminta oleh Badrun untuk membaca 1.000 kalimat tauhid tersebut. Hal ini Badrun lakukan demi membebaskan kedua orang tuanya dari Api Neraka. Karena dahulu orang tuanya semasa hidupnya sering berjudi dan bahkan juga sering meninggalkan sholat fardhu.
Kemudian Badrun baru menyadari, bahwasanya undangan yang hadir hanya 50 orang. Sehingga pembacaan kalimat tauhid tersebut tidak mencapai 70.000, padahal Badrun sudah menyembelih sapi yang dihidangkan kepada para undangan, dan sebagiannya juga diberikan pada sanak familinya/kerabat Badrun yang sengaja tidak diundang pada acara Sarwe-en tersebut. Oleh karenanya Badrun ingin mengadakan acara Sarwe-en tersebut, meskipun nantinya hanya menyembelih se ekor kambing.
PERTANYAAN:
Adakah dasar hukumnya pembacaan kalimat tauhid sebanyak 70.000 kali dapat membebaskan seseorang dari Api Neraka meskipun dia melakukan dosa-dosa besar seperti berjudi dan sering meninggalkan sholat fardhu?
JAWABAN:
Tidak ada dasar hukumnya baik dari Alqur'an dan Al Hadist bahwa bacaan tersebut dapat membebaskan seseorang dari api neraka. Hanya ada sebagian riwayat dari para ulama' diantaranya Syekh Abi Zaid Al-Qurtubi dalam kitab Hasiyah Dasuqi dan itupun bukan karena melakukan dosa besar.
REFERENSI:
الفتوحات المكية - ابن العربي، الجزء ٤ الصفحة ٤٧٤
والذي أوصيك به أن تحافظ على أن تشتري نفسك من الله بعتق رقبتك من النار بأن تقول لا إله إلا الله سبعين ألف مرة فإن الله يعتق رقبتك بها من النار أو رقبة من تقولها عنه من الناس
Artinya : Dan wasiat yang aku wasiatkan kepadamu, hendaknya engkau tebus dirimu kepada Allah agar Allah membebaskan dirimu dari neraka yaitu dengan cara engkau membaca Lailaha Illalahu 70.000 kali, sesungguhnya Allah akan membebaskan dirimu atau diri orang yang kau bacakan untuknya dari neraka dari kalangan manusia.
ورد في ذلك خبر نبوي ولقد أخبرني أبو العباس أحمد بن علي بن ميمون بن أبو التوزري عرف بالقسطلاني بمصر قال في هذا الأمر إن الشيخ أبا الربيع الكفيف المالقي كان على مائدة طعام وكان قد ذكر هذا الذكر وما وهبه لأحد وكان معهم على المائدة شاب صغير من أهل الكشف من الصالحين فعند ما مد يده إلى الطعام بكى فقال له الحاضرون ما شأنك تبكي فقال هذه جهنم أراها وأرى أمي فيها وامتنع من الطعام فأخذ في البكاء قال الشيخ أبو الربيع فقلت في نفسي اللهم إنك تعلم أني قد هللت بهذه السبعين ألفا وقد جعلتها عتق أم هذا الصبي من النار هذا كله في نفسي فقال الصبي الحمد لله أرى أمي قد خرجت من النار وما أدري ما سبب خروجها وجعل الصبي يبتهج سرورا وأكل مع الجماعة
Dalam masalah di atas, datang satu berita khabar kenabian, yang mana Abul Abbas Ahmad bin Ali bin Maimun bin Abu Attuzri yang dikenal di Mesir dengan julukan Imam Al-Qushtullani berkata tentang hal ini bahwasanya syeikh Abur Robi' Al-Kafif Al-Maliqi suatu hari berada di hadapan hidangan makanan dan beliau melantunkan dzikir ini (La ilaaha illalahu) dan biasanya beliau hadiahkan (pahala dzikir tersebut) ke seseorang, bertepatan saat itu hadir bersama mereka seorang pemuda termasuk ahli kasyaf dari kalangan orang shalih lalu di saat ia ingin menghulurkan tangannya ke makanan ia menangis, dan berkatalah para hadirin kepadanya : apa yang terjadi padamu ? Kenapa engkau menangis ?
Maka pemuda tadi berkata : saat ini aku melihat neraka dan aku melihat ibuku di dalamnya, lalu ia berhenti makan lalu ia menangis (sejadi-jadinya) kemudian Abur Rabi' berkata di dalam hati : Ya Allah engkau tahu bahwasanya aku sudah mengucapkan tahlil 70 ribu kali aku jadikan dzikirku ini untuk kebebasan ibu pemuda ini dari neraka semuanya, aku katakan dalam hati lalu (selang beberapa saat) pemuda ini berkata : Alhamdulillah aku lihat ibuku telah keluar dari neraka namun aku tidak tahu apa penyebab ibuku keluar dari neraka dan seketika pemuda itu bangkit dalam keadaan gembira dan makan bersama para jamaah yang lain.
حاشية الداسوقي علي أم البراهين، الصحفة ٦٥٦
وروي أن من قالها سبعين ألف مرة كانت له فداء من النار، وقد ذكر الشيخ أبو محمد عبد الله بن أسعد اليافعي اليمنى الشافعي في كتابه الإرشاد والتطريز في فضل ذكر الله تعالى وتلاوة كتابه العزيز عن الشيخ أبي زيد القرطبي أنه قال: سمعت في بعض الآثار أن من قال لا إله إلا الله سبعين ألف مرة كانت فداءه من النار
Artinya: Diriwayatkan bahwa "Barang siapa membaca kalimat Sebanyak 70 ribu kali, maka itu menjadi tebusan untuknya dari neraka. Telah menuturkan Syekh Abu Muhammad Abdullah bin As’ad al Yafi’i Al Yamani As Syafi’i dalam kitabnya yang berjudul al irsyad wa al thatriz dari Syaikh Abi Zaid al-Qurtubi al-Maliki beliau mengatakan ; "Aku mendengar disebagian atsar sahabat yang menyebutkan : siapa orang yang membaca kalimat Lailaha Illallahu Sebanyak 70 ribu kali maka itu jadi tebusan dari neraka."
فعملت على ذلك رجاء بركة الوعد أعمالا ادخرتها لنفسي، وعملت منها لأهلي، وكان إذْ ذاك يبيت معنا شاب كان يقال إنه يكاشف في بعض الأوقات الجنة والنار، وكان في نفسي منه شيء فاتفق أن استدعانا بعض الإخوان إلى منزله، فبينما نحن نتناول الطعام، والشاب معنا إذ صاح صيحة منكرة، واجتمع في نفسه وهو يقول يا عم هذه أمي في النار، وهو يصيح بصياح عظيم لا يشك من سمعه أنه عن أمر، فلما رأيت ما به قلت في نفسي اليوم أجرب صدقه، فألهمني الله تعالى السبعين ألفاً، ولم يطلع على ذلك أحد إلا الله تعالى، فقلت في نفسي الأثر حق، والذين رووه لنا صادقون، اللهم إن السبعين ألفا فداء هذه المرأة أم هذا الشاب من النار، فما استتممت الخاطر في نفسي إلا أن قال يا عم ها هي أخرجت الحمد لله، فحصلت لي فائدتان إيماني بصدق الأثر، وسلامتى من الشاب، وعلمى بصدقه انتهى
Kemudian aku mengamalkan dzikir tersebut untuk diriku dan keluargaku dengan harapan keberkahan dari amalan tersebut. pada saat itu bersamaan ada seorang pemuda yang sedang ikut bermalam, yang konon pemuda itu adalah ahli mukasyafah (yaitu orang yang dibuka hijab sehingga diperlihatkan oleh Allah hal-hal yang gaib) yang bisa melihat surga dan neraka. Namun dalam hatiku belum mempercayai ke mukasyafahan pemuda itu, secara kebetulan sebagian saudara mengundang kami kerumahnya, pada saat kami akan mengambil makanan yang telah disediakan pemuda itu tiba tiba menjerit, sambil merangkul dirinya sendiri ia mengatakan wahai pamanku, ruh ibuku sedang berada di neraka, ia menjerit begitu kencang, setiap orang yang mendengar pasti yakin ia sedang ada sesuatu. Ketika aku melihat yang terjadi kepada pemuda itu, dalam hati aku berkata, hari ini aku ingin menguji kebenaran bahwa pemuda itu ahli mukasyafah, lalu allah memberikan ilham kepadaku untuk membaca kalimat Lailaha Illalahu 70 ribu kali, tidak ada yang mengetahui bacaanku kecuali hanya Allah. Dalam hati aku berkata : atsar sahabat adalah haq, dan apa yang dikatakan bahwa pemuda itu ahli mukasyafah pun benar, duhai Allah kalimat Lailaha Illalahu yang aku baca 70 ribu kali sebagai tebusan ibu pemuda itu dari neraka. Sebelum sempat aku menyempurnakan bacaanku tiba tiba pemuda itu berkata : wahai pamanku, Alhamdulillah ruh ibuku telah dikeluarkan dari neraka. Dari kejadian itu aku mendapat 2 faidah : Keimananku akan benarnya atsar sahabat, dan selamatnya aku dari meragukan pemuda itu serta aku tahu bahwa pemuda itu benar benar ahli mukasyafah.
إرشاد العباد، الصحفة ٤
وَحُكِىَ اَيْضًا فِيْهِ عَنِ الشَّيْخِ أَبِي يَزِيْدَ الْقُرْطُبِى قَالَ سَمِعْتُ فِى بَعْضِ اْلأَثاَرِ أَنَّ مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ فِدَآءً مِنَ النَّارِ
Artinya: Diriwayatkan lagi dari Syaikh Abi Yazid al-Qurtubi berkata : saya mendengar dari sebagian atsar (perkataan Shohabat) “ barangsiapa mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah sebanyak 70.000 kali, maka kalimat tersebut menjadi tebusan baginya dari api neraka.
والله أعلم بالصواب
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
PENANYA
MUSYAWWIRIN :
Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum
PENASEHAT :
Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung Jember Jawa Timur)
PENGURUS :
Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)
TIM AHLI :
Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Perumus : Ust. Arif Mustaqim (Sumbergempol Tulungagung Jawa Timur)
Muharrir : Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari Jember Jawa Timur)
Editor : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Terjemah Ibarot : Kyai Muntahal 'Ala Hasbullah (Giligenting Sumenep Madura), Ustadzah (Lusy Windari Jatilawang Banyumas Jawa Tengah)
____________________________________________
Keterangan :
1) Pengurus, adalah orang yang bertanggung jawab atas grup ini secara umum
2) Tim Ahli, adalah orang yang bertugas atas berjalannya grup ini
3) Bagi para anggota grup yang memiliki pertanyaan diharuskan untuk menyetorkan soal kepada kordinator soal dengan via japri. Ya'ni tidak diperkenankan nge-share soal di grup secara langsung.
4) Setiap anggota grup boleh usul atau menjawab walaupun tidak bereferensi, namun tetap keputusan berdasarkan jawaban yang bereferensi.
5) Dilarang memposting iklan / video / kalam2 hikmah / gambar yang tidak berkaitan dengan pertanyaan. Sebab, akan mengganggu akan berjalannya tanya jawab.
Komentar
Posting Komentar