Huruf Nida' Dipakai dalam Akad Nikah ?


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Menikah adalah salah satu amalan yang disunnahkan dalam Agama. Permasalahan ada seorang pemuda (Badrun) dia mengadakan pernikahan dengan gadis (Badriyah) akan tetapi ketika aqad, sang wali haya mengatakan ; "Wahai Badrun..! saya nikahkan dengan putri saya Badriyah dengan mahar 10 juta dibayar tunai, dan Badrun menjawab, ya saya terima nikahnya Badriyah dengan mahar tersebut dibayar tunai.

PERTANYAAN:

Apakah nida' "wahai Badrun" bisa menggantikan khithob?

JAWABAN:

Nida' yang dsebutkan sebelum aqad nikah tidak dapat mengganti khithob dalam shiqhot akad nikah. Karena lafad setelah nida' / munada bukan obyek dari kata انكحت atau زوجت, melainkan obyek dari fiil mudhori' yang dibuang ادعوا.

REFERENSI:

مغني اللبيب - ابن هشام الأنصاري - الجزء ٢ الصحفة ٣٧٣

يا): حرف موضوع لنداء البعيد حقيقة أو حكما، وقد ينادى بها القريب توكيدا، وقيل: هي مشتركة بين القريب والبعيد، وقيل: بينهما وبين المتوسط، وهي أكثر أحرف النداء استعمالا، ولهذا لا يقدر عند الحذف سواها نحو (يوسف أعرض عن هذا) ولا ينادى اسم الله عز وجل، ولاسم المستغاث، وأيها وأيتها، إلا بها، ولا المندوب إلا بها أو بوا، وليس نصب المنادى بها، ولا بأخواتها أحرفا، ولا بهن أسماء لأدعو متحملة لضمير الفاعل، خلافا لزاعمي ذلك، بل بأدعو محذوفا لزوما، وقول ابن الطراوة: النداء إنشاء، وأدعو خبر، سهو منه، بل أدعو المقدر إنشاء كبعت وأقسمت

Artinya : Huruf يا. adalah huruf yang dipergunakan untuk memangil obyek yang jauh secara hakikat atau secara hukum, dan kadang dipergunkan untuk memangil obyek yang dekat sebagai penekanan atau penguat. Dikatakan يا berfungsi untuk memangil obyek yang sedang. Huruf يا paling banyaknya huruf nida' yang dipergunakan, untuk itu tidak bisa dikira kirakan ketika membuang huruf nida selain يا seperti contoh
 ( يوسف اعرض عن هذا)

Wahai Yusuf berpalinglah dari ini.
Tidak dipangil nama Allah atau orang yang dimintai pertolongan atau ايها وايتها kecuali mengunakan huruf يا dan tidak pula orang yang diratapi kecuali dengan mengunakan يا atau وا. Obyek yang dipangil tdak dinasobkan dengan يا atau dengan huruf munada yang lain karena lafat ادعو yang terkandung untuk domir fail menyelisihi orang yang mengangapnya seperti itu, akan tetapi dengan kata ادعو yang wajib di buang. perkataan Ibnu Thorowah, nidak yakni awalannya sedangkan ادعو khobarnya adalah sebuah kekekeliruan darin


الفقه الأسلامي وادلته، الجزء ٩ الصحفة ٦٥٧٤

الشافعية؛
اشترطوا شروطاً في الصيغة وفي الزوجين وفي الشهود ؛
أما شروط الصيغة: فهي ثلاثة عشر شرطاً تشترط في العقود وهي ما يأتي؛
١ - الخطاب: بأن يخاطب كل من العاقدين صاحبه٠
٢ - أن يكون الخطاب واقعاً على جملة المخاطب، فلا يصح على جزئه٠
٣ - أن يذكر المبتدئ بأحد شرطي العقد العوض والمعوض عنه كالثمن والمثمن.
٤ - أن يقصد العاقد معنى اللفظ الذي ينطق به. فإن جرى على لسانه فلا يصح.
٥ - ألا يتخلل الإيجاب والقبول كلام أجنبي٠
٦ - ألا يتخلل الإيجاب والقبول سكوت طويل: وهو ما أشعر بإعراضه عن القبول.
٧ - ألا يتغير كلام البادئ قبل قبول الآخر٠
٨ - أن يكون كلام كل واحد من العاقدين مسموعاً لصاحبه ولمن يقرب منه من الحاضرين. فإن لم يسمعه من كان قريباً لا يكفي، وإن سمعه العاقد٠
٩ - أن يتوافق القبول مع الإيجاب معنى٠
١٠ - ألا يعلق الصيغة بشيء لا يقتضيه العقد، مثل إن شاء فلان أو إن شاء الله.
١١ - ألا يؤقت كلامه بوقت٠
١٢ - أن يكون القبول ممن وجه له الخطاب لا غيره٠
١٣ - أن تستمر أهلية المتكلمين بالصيغة إلى أن يتم القبول، فلو جُنَّ أحدهما مثلاً قبل قبول الآخر بطل العقد٠

Ulama Syafiiyah Mereka menetapkan syarat-syarat dalam shighot, kedua pasangan, dan pada saksi.
Adapun syarat-syarat shighot ada tiga belas syarat yaitu sebagai berikut :

1) Interaktif : Yaitu shigot saling diutarakan dari pihak pertama kepada pihak yang lain
2) Shighot ditujukan kepada pihak ke-dua seutuhnya sehingga tidak sah jika yang dituju adalah bagiannya saja
3) Pihak pertama menyebutkan iwadl (jumlah yang dibayar) dan muawwadl (barang yang diganti dengan pembayaran)
4) Kedua pihak menyengaja arti dari apa yang diucapkan. jika hanya lisan yang latah tanpa menyengaja arti maka tidak sah
5) Antara ijab dan kabul tidak dipisah ucapan yang tidak berhubungan dengan akad
6) Antara ijab dan kabul tidak dipisah dengan diam yang lama yang sekira memunculkan kesan mengabaikan
7) Tidak ada perubahan dalam ucapan pihak 1 sebelum adanya sepakat dari pihak kedua
8) Ucapan masing masing pihak bisa didengar oleh kedua pelaku akad atau orang selain pelaku akad yang berada di dekat kedua pihak. apabila orang selain pelaku akad yang ada didekat mereka tidak bisa mendengar ucapan akad, maka tidak sah meskipun kedua pelaku akad mendengar.
9) Antara ijab dan qobul sinkron secara arti.
10) Shighot tidak digantungkan dengan sesuatu yang bukan merupakan keharusan dalam akad seperti "jika fulan mau atau jika Allah berkehendak"
11) Tidak memuat pembatasan waktu
12) Kabul dilakukan oleh orang yang menjadi target dari ijab bukan dari orang lain
13) Pelaku tetap memenuhi syarat sah sebagai pelaku akad sampai dengan kabul selesai sempurna. sehingga jika salah satunya gila sebelum kabul dilakukan maka akad batal.


أسنى المطالب في شرح روض الطالب، الجزء ٢ الصحفة ٣

فَإِنْ بَدَأَ بِ قَبِلْت لَمْ يَصِحَّ) إذْ لَا يَنْتَظِمُ الِابْتِدَاءُ بِهِ وَهَذَا مَا أَفْهَمَهُ كَلَامُ الْأَصْلِ وَبِهِ صَرَّحَ الْإِمَامُ وَالْأَوْجَهُ الصِّحَّةُ كَمَا جَزَمَ بِهِ الشَّيْخَانِ فِي نَظِيرِهِ فِي النِّكَاحِ وَأَشَارَ بِكَافِ الْخِطَابِ فِي صِيَغِ الْإِيجَابِ إلَى اعْتِبَارِ الْخِطَابِ فِيهَا وَإِسْنَادِهَا لِجُمْلَةِ الْمُخَاطَبِ فَلَا يَكْفِي قَوْلُ الْبَائِعِ بِعْت وَلَوْ بَعْدَ قَوْلِ الْمُشْتَرِي لَهُ بِعْت هَذَا بِكَذَا وَلَا قَوْلُهُ بِعْت يَدَك أَوْ نِصْفَك وَلَا بِعْت مُوَكِّلَك بَلْ يَقُولُ بِعْتُك أَوْ مَلَّكْتُك وَإِنَّمَا اكْتَفَى فِي النِّكَاحِ بِأَنْكَحْت مُوَكِّلَك بَلْ يَتَعَيَّنُ لِأَنَّ االْوَكِيلَ ثَمَّ سَفِيرٌ مَحْضٌ وَقَدْ لَا يُعْتَبَرُ الْخِطَابُ كَمَا سَيَأْتِي بَيَانُهُ فِي مَسْأَلَةِ الْمُتَوَسِّطِ

Artinya : Jika seseorang memulai dengan قبلت maka hukum (nikah)nya tidak sah. Karena permulaan ijab qabul tidak tersusun dengan lafadz (seperti diatas). Ini dapat difahami dari kalam aslinya dan ini juga yang ditegaskan oleh Al-Imam Haromain. Dan menurut pendapat yang palaing aujah adalah 'sah' sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Imam Nawawi dan Imam Rofi'i di dalam pandangan/pendapatnya di dalam bab nikah. Dan Syaikh Zakariya memberikan isyarat kaf khitab yang terdapat di dalam beberapa shighot ijab kepada diperhitungkannya khitab/ pembicaraan di dalamnya dan diarahkannya kepada keseluruhan orang yang diajak bicara.

Maka tidak cukup perkataannya penjual "saya menjual" walaupun setelah perkataan pembeli kepadanya "apakah kamu menjual ini dengan harga sekian dan tidak sah pula perkataan "aku jual kepada tanganmu atau kepada setengah dirimu atau saya jual kepada yang mewakilkan kamu". Bahkan seharusnya ia mengatakan "saya jual kepadamu atau saya memberikan kepemilikan kepada kamu." 
Dan dianggap cukup dalam nikah dengan kata-kata 'aku menikahkan orang yang mewakilkan kepada kamu, bahkan menjadi tertentu, karena seorang wakil dibab bai' adalah seorang yang safar yang murni dan terkadangan khitab (sesuatu yang dicakapkan) tidak diperhitungkan, keterangan yang akan datang di dalam masalah al- mutawassith.


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Moh. Kholil Abdul Karim
Alamat : Karas Magetan Jawa Timur
____________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum

PENASEHAT :

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung Jember Jawa Timur)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Perumus + Muharrir : Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari Jember Jawa Timur)
Editor : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Terjemah Ibarot :Ust. Ahmad Alfadani (Balongbendo Sidoarjo Jawa Timur), Neng Lusy Windari Jatilawang (Banyumas Jawa Tengah), Ust. Mohammad Azhar (Arjasa Sumenep Madura)
____________________________________________

Keterangan :

1) Pengurus, adalah orang yang bertanggung jawab atas grup ini secara umum

2) Tim Ahli, adalah orang yang bertugas atas berjalannya grup ini

3) Bagi para anggota grup yang memiliki pertanyaan diharuskan untuk menyetorkan soal kepada kordinator soal dengan via japri. Ya'ni tidak diperkenankan nge-share soal di grup secara langsung.

4) Setiap anggota grup boleh usul atau menjawab walaupun tidak bereferensi, namun tetap keputusan berdasarkan jawaban yang bereferensi.

5) Dilarang memposting iklan / video / kalam2 hikmah / gambar yang tidak berkaitan dengan pertanyaan. Sebab, akan mengganggu akan berjalannya tanya jawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?