Hukum Pendistribusian Zakat yang Diselubungi Kepentingan Politik


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Badrun (nama samaran) merupakan salah satu pimpinan Parpol yang bekerja sama dengan BAZNAS untuk mendistribusikan zakat kepada para mustahiq. Namun mustahiq yang dipilih oleh Badrun merupakan kader-kader Parpolnya, dengan harapan agar saat pemilihan Umum, baik mencalon sebagai anggota Dewan, Bupati, Gubernur, maupun Presiden, mereka yang telah menerima zakat tersebut merasa berhutang budi pada Badrun sehingga kader-kadernya memberikan suaranya untuk Badrun saat pemilihan umum suatu saat nanti. Dan zakat yang diterima oleh kader-kader ini lumayan besar, sehingga mereka ada yang menggunakan zakat yang telah diterima tersebut untuk membedah atau membuat rumah baru.

PERTANYAAN:

Sahkah hukum pendistribusian zakat (yang diselubungi kepentingan politik) kepada para mustahiq dari kader-kader Parpol tersebut?

JAWABAN:

Sah, selama yang diberi adalah termasuk asnaf yang 8. Sedangkan pemberian yang tidak merata dan hanya kepada konstituen partai tertentu, maka boleh boleh saja selama tidak ada ketetapan larangan dari BASNAS. Perbuatan penyalahgunaan wewenang adalah perbuatan dholim.

REFERENSI:

{سورة التوبة : ٦٠}

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِّنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (60)

Artinya: Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.


 إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، الجزء ٢ الصحفة ٢١٢

الخلاف في استيعابهم، أي فعندنا يجب استيعابهم، وعند غيرنا لا يجب

Artinya: Perbedaan pendapat terjadi pada masalah membagi zakat kepada seluruh 8 asnaf, yakni menurut madzhab kami (Syafi'i) wajib membagi kepada seluruhnya dan menurut selain Madzhab kami tidak wajib

قال البجيرمي: والمعنى عند الشافعي - رضي الله عنه - إنما تصرف لهؤلاء لا لغيرهم، ولا لبعضهم فقط، بل يجب استيعابهم

Sekh Bujairomi berkata : Makna ayat tersebut menurut Imam Syafii semoga Allah meridhoinya sesungguhnya zakat hanya diberikan kepada mereka (8 ashnaf) tidak kepada selain mereka. Tidak juga kepada sebagian mereka saja tapi wajib memberikan kepada seluruhnya.

والمعنى عند الإمام مالك وأبي حنيفة: إنما تصرف لهؤلاء لا لغيرهم، وهذا يصدق بعدم استيعابهم، ويجوز دفعها لصنف منهم، ولا يجب التعميم

Adapun makna ayat tersebut menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik ialah sesungguhnya zakat hanya dibagikan kepada mereka (8 ashnaf) tidak kepada selain mereka. Hal ini menunjukkan tidak adanya keharusan membagi kepada seluruhnya dan boleh membagi pada satu ashnaf saja dari 8 ashnaf dan tidak wajib membagi keseluruhan.

وقال ابن حجر في شرح العباب: قال الأئمة الثلاثة وكثيرون: يجوز صرفها إلى شخص واحد من الأصناف
قال ابن عجيل (1) اليمني ثلاث مسائل في الزكاة يفتى فيها على خلاف المذهب، نقل الزكاة، ودفع زكاة واحد إلى واحد، ودفعها إلى صنف واحد

Imam Ibnu Hajar berkata di dalam Syarhil 'Ubbad : Imam yang 3 (tiga) dan banyak (dari kalangan Ulama') berkata : boleh mendistribusikan zakat kepada satu orang dari para asnaf. Ibnu 'Ujail Al-Yamani berkata : Tiga (3) masalah di dalam zakat yang difatwakan atas perbedaan pendapat madzhab ; 1) memindah zakat, 2) memberikan zakat seseorang kepada orang lain, 3) memberikan zakat kepada satu golongan.

اعانة الطالبين، الجزء ٢ الصحفة ٢٢٢

ويلزم التسوية بين الأصناف وإن كانت حاجة بعضهم أشد لا التسوية بين آحاد الصنف بل تندب 

Artinya: Wajib hukumnya menyamakan pembagian zakat diantara berbagai golongan Mustahiq meskipun sebagian mereka ada yang sangat membutuhkan. Hukumnya tidak wajib menyamakan pembagian zakat tiap-tiap orang dalam satu golongan Mustahiq, akan tetapi menyamakan bagian tiap orang dalam satu golongan Mustahiq itu hukumnya hanya sunah.

حاشية الجمل، الجزء ٨ الصحفة ٨٠

 فرع : لو نوى الدافع الزكاة والآخذ غيرها كصدقة تطوع أو هدية أو غيرهما فالعبرة بقصد الدافع ولا يضر صرف الآخذ لها عن الزكاة إن كان من المستحقين فإن كان الإمام أو نائبه ضر صرفهما عنها ولم تقع زكاة ومنه ما يؤخذ من المكوس ، والرمايا ، والعشور وغيرها فلا ينفع المالك نية الزكاة فيها وهو المعتمد ويؤيده إفتاء ابن الرداد ا هـ . شوبري أي ولأن ما يأخذونه من ذلك لا يصرفونه مصرف الزكاة

Artinya: (Cabang masalah) Apabila pemberi berniat membayar zakat sementara penerima tidak, seperti niat menerima shodaqoh sunnah atau hadiah dll, maka yang dihitung adalah niat pemberi zakat, tidak berpengaruh pentashorrufan penerima terhadap zakat apabila penerima adalah orang-orang yang berhak, apabila yang mentashorrufkan adalah Imam atau wakilnya, maka berpengaruh (atas sah/tidaknya) atas zakat tersebut serta tidak menjadi zakat, contohnya seperti harta yang diambil dari pajak, upeti, persenan dll, maka tidak ada manfa'at niat zakatnya pemberi/malik dan itu menurut pendapat yang kuat, keputusan Ibnu Ar-Ridad menguatkan pendapat tersebut, demikian kata Imam Saubari, artinya: karena harta yang diambil dari tiga hal tersebut tidak digunakan selayaknya penggunaan zakat.


تحفة المحتاج في شرح المنهاج، الجزء ١٣ الصحفة ٩٤

 قوله إنما هو إذا كان  أي المدفوع إليه ( المستحق إلخ ) تصريح بالفرق بين الإمام والمستحق فحيث كان القابض المستحق وقع المدفوع زكاة إذا نواها الدافع وإن أخذها المستحق قاصدا غير الزكاة كالغصب هذا هو المتجه م ر ا هـ


Artinya : (Perkataan mushonnif: pastinya hal tersebut apabila penerima adalah mustahiq dst,) sebagai penjelasan perbedaan antara Imam dan Mustahiq, sekiranya yang menerima adalah mustahiq, maka harta yang diberikan dinamakan zakat ketika pemberi meniatkan untuk zakat meskipun penerima meniatkan menerima selain zakat seperti ghosob, ini pendapat yang unggul. Demikian pendapat Imam Romli.

المجموع شرح المهذب، الجزء ٦ الصحفة ٢٢٧

الثانية  إذا دفع المالك أو غيره الزكاة إلى المستحق ، ولم يقل : هي زكاة ولا تكلم بشيء أصلا أجزأه ووقع زكاة ، هذا هو المذهب الصحيح المشهور الذي قطع به الجمهور

Artinya: ketika pemilik harta/yang lain menyerahkan zakat pada mustahiq, akan tetapi tidak berkata: ini adalah zakat, tidak ada perkataan sama sekali, maka itu sudah mencukupi dan harta tersebut menjadi zakat, ini adalah pendapat yang benar yang terkenal yang telah diputuskan mayoritas Ulama'.

الأحكام السلطانية، الجزء ١ الصحفة ٤٨-٤٩

وَإِذَا فَوَّضَ الْخَلِيفَةُ تَدْبِيرَ الْأَقَالِيمِ إلَى وُلَاتِهَا وَوَكَّلَ النَّظَرَ فِيهَا إلَى الْمُسْتَوْلِينَ عَلَيْهَا كَاَلَّذِي عَلَيْهِ أَهْلُ زَمَانِنَا جَازَ لِمَالِكِ كُلِّ إقْلِيمٍ أَنْ يَسْتَوْزِرَ ، وَكَانَ حُكْمُ وَزِيرِهِ مَعَهُ كَحُكْمِ وَزِيرِ الْخَلِيفَةِ مَعَ الْخَلِيفَةِ فِي اعْتِبَارِ الْوَزَارَتَيْنِ وَأَحْكَامِ النَّظَرَيْنِ. وَإِذَا قَلَّدَ الْخَلِيفَةُ أَمِيرًا عَلَى إقْلِيمٍ أَوْ بَلَدٍ كَانَتْ إمَارَتُهُ عَلَى ضَرْبَيْنِ: عَامَّةٌ وَخَاصَّةٌ٠

Artinya : Ketika seorang kholifah / pemimpin negara menerbitkan SK untuk kepengurusan kelembagaan, serta mewakilkan kepengurusan lembaga tersebut, seperti halnya yang terjadi di zaman kita, maka boleh bagi pemilik surat kuasa untuk mengelolanya, dan hukum pengelolaannya seperti hukumnya pengelolaan pemimpin bekerjasama dengan pemimpin negara dalam legalnya dua kepengelolaan serta hukum-hukum dua kebijakan, ketika pemimpin mengangkat pengurus atas lembaga atau daerah, maka keperintahannya terbagi menjadi dua, umum dan khusus.

فَأَمَّا الْعَامَّةُ فَعَلَى ضَرْبَيْنِ : إمَارَةُ اسْتِكْفَاءٍ بِعَقْدٍ عَنْ اخْتِيَارٍ وَإِمَارَةُ اسْتِيلَاءٍ بِعَقْدٍ عَنْ اضْطِرَارٍ. فَإِمَارَةُ الِاسْتِكْفَاءِ الَّتِي تَنْعَقِدُ عَنْ اخْتِيَارِهِ فَتَشْتَمِلُ عَلَى عَمَلٍ مَحْدُودٍ وَنَظَرٍ مَعْهُودٍ ، وَالتَّقْلِيدُ فِيهَا أَنْ يُفَوِّضَ إلَيْهِ الْخَلِيفَةُ إمَارَةَ بَلَدٍ أَوْ إقْلِيمٍ وِلَايَةً عَلَى جَمِيعِ أَهْلِهِ وَنَظَرًا فِي الْمَعْهُودِ مِنْ سَائِرِ أَعْمَالِهِ فَيَصِيرُ عَامَّ النَّظَرِ فِيمَا كَانَ مَحْدُودًا مِنْ عَمَلٍ وَمَعْهُودًا مِنْ نَظَرٍ فَيَشْتَمِلُ نَظَرُهُ فِيهِ عَلَى سَبْعَةِ أُمُورٍ: أَحَدُهَا النَّظَرُ فِي تَدْبِيرِ الْجُيُوشِ وَتَرْتِيبِهِمْ فِي النَّوَاحِي وَتَقْدِيرِ أَرْزَاقِهِمْ إلَّا أَنْ يَكُونَ الْخَلِيفَةُ قَدَّرَهَا فَيَذَرُهَا عَلَيْهِمْ . وَالثَّانِي النَّظَرُ فِي الْأَحْكَامِ وَتَقْلِيدِ الْقُضَاةِ وَالْحُكَّامِ. وَالثَّالِثُ: جِبَايَةُ الْخَرَاجِ وَقَبْضُ الصَّدَقَاتِ وَتَقْلِيدُ الْعُمَّالِ فِيهِمَا وَتَفْرِيقُ مَا اُسْتُحِقَّ مِنْهَا 

Adapun yang umum juga terbagi menjadi dua, pengurus sebagai suksesor dengan akad bebas/hak penuh, dan pengurus untuk menguasai dengan akad terbatas. Adapun pengurus sebagai suksesor yang legal menurut hak kebebasannya itu berkaitan dengan pekerjaan yang terbatas dan kebijakan yang disepakati, contoh seperti: pemimpin menyerahkan kepengurusan daerah atau lembaga pada semua ahlinya karena melihat apa yang telah disepakati dari pekerjaanya, maka menjadi kebijakan umum dalam pekerjaan terbatas, dan kebijakan yang disepakati kebijakannya berkaitan degan tujuh perkara ; yang pertama kebijakan dalam mengkoordinir pasukan/tentara dan mengaturnya dalam taktik perang dan perkiraan biaya akomodasi pasukan, kacuali ketika pemimpin mengaturnya sendiri, maka boleh meninggalkan tuga. Kebijakan yang kedua adalah kebijakan dalam bidang hukum dan mengangkat qodli dan hakim. Yang ketiga mengoleksi pembendaharaan, dan menerima shodaqoh/zakat serta mengangkat pegawai untuk keduanya dan memisah tugas masing-masing pegawai.

الموسوعة الفقهية الكويتية، الجزء ٣٨ الصحفة ١٢٦
 
مَظَالِمُ: التَّعْرِيفُ؛ الْمَظَالِمُ لُغَةً: جَمْعُ مَظْلَمَةٍ بِفَتْحِ اللاَّمِ وَكَسْرِهَا، مَصْدَرُ ظَلَمَ يَظْلِم ٠ إلى أن قال- وَالظُّلْمُ فِي الاِصْطِلاَحِ: التَّعَدِّي عَنِ الْحَقِّ إِِلَى الْبَاطِل، وَهُوَ الْجَوْرُ، وَقِيل: هُوَ التَّصَرُّفُ فِي مِلْكِ الْغَيْرِ، وَمُجَاوَزَةُ الْحَدِّ

Artinya: Berbagai kedholiman.
Pengertian : Lafadz al madzolim dari segi bahasa ialah jama'nya lafadz madzlamatun dengan dibaca fathah / kasroh lamnya, masdarnya lafadz dzolama ...sampai pada perkataan... Dzolim dalam istilah fiqih adalah melebihi batas dari yang haq ke yang bathil, bathil itu adalah ketidakadilan, juga dikatakan : memakai milik orang lain (tanpa izin) dan melampaui batas.


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA:

Nama : Ahmad 
Alamat : Brebes Jawa Tengah
____________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum

PENASEHAT :

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung Jember Jawa Timur)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Perumus + Muharrir : Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari Jember Jawa Timur)
Editor : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Ahmad Marzuki (Cikole Sukabumi Jawa Barat), Ust. Khoirul Anwar (Dukun Gresik Jawa Timur), Gus Robit Subhan (Balung Jember Jawa Timur)

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :

https://chat.whatsapp.com/ELcAfCdmm5AFXhPJdEPWT3 
____________________________________________

Keterangan :

1) Pengurus, adalah orang yang bertanggung jawab atas grup ini secara umum

2) Tim Ahli, adalah orang yang bertugas atas berjalannya grup ini

3) Bagi para anggota grup yang memiliki pertanyaan diharuskan untuk menyetorkan soal kepada kordinator soal dengan via japri. Ya'ni tidak diperkenankan nge-share soal di grup secara langsung.

4) Setiap anggota grup boleh usul atau menjawab walaupun tidak bereferensi, namun tetap keputusan berdasarkan jawaban yang bereferensi.

5) Di larang memposting iklan / video / kalam2 hikmah / gambar yg tidak berkaitan dngan pertanyaan.. sebab, akan mengganggu akan berjalannya tanya jawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?