Hukum Talfiq Niat Puasa Ramadhan

HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Badriah (nama samaran) memiliki suami yang bernama badrun (nama samaran). Badrun membawa istrinya ke Negara asalnya (Maroko). Kehidupan masyarakat Indonesia yang mayoritas mazhab Syafi'i, hal itu sangat berbeda dengan negara Maroko, perbedaan itulah yang membuat Badriyah gelisah galau merana, lebih lebih dalam hal ihwal ibadah sholatnya, karena Mayoritas masyarakat di sana menggunakan Mazhab Maliki, begitu juga dengan Badrun suaminya.

Pada saat bulan puasa pun dia bingung akan niat puasanya, apa harus ikut Mazhab Maliki secara konsisten atau Mazhab Syafi'i. Pada akhirnya dia niat satu kali dengan satu bulan penuh (mengikuti Mazhab Imam Malik) tapi dia juga niat setiap malamnya (mengikuti Mazhab Syafi'i).

PERTANYAAN:

Apakah tindakan Badriah dengan niat puasa ikut versi Malikiyah sekaligus versi Syafi'iyah termasuk talfik (mencampuradukan mazhab)?

JAWABAN:

Tidak termasuk talfiq, dalam deskripsi di atas bahkan termasuk disunnahkan bagi orang yang bermazhab Syafi'i untuk melakukannya. Yaitu disamping berniat setiap malam dan niat pada malam pertama niat sebulan penuh mengikuti Madzhab Maliki. Dan seandainya ada malam yang lupa niat tetap mendapat pahala puasa meskipun harus mengqodlonya.

REFERENSI:

وهبة الزحيلي، الفقه الإسلامي وادلته، الجزء ١ الصحفة ١٠٨

التلفيق هو الإتيان بكيفية لا يقول بها المجتهد ومعناه أن يترتب على العمل بتقليد المذاهب، والأخذ في مسألة واحدة بقولين أو أكثر الوصول إلى حقيقة مركبة لايقرها أحد، سواء الإمام الذي كان على مذهبه، والإمام الذي انتقل إليه فكل واحد منهم يقرر بطلان تلك الحقيقة الملفقة. ويتحقق ذلك إذا عمل المقلد في قضية واحدة بالقولين معاً، أو بأحدهما مع بقاء أثر الثاني

Artinya : (Pengertian Talfiq)
Talfiq adalah mengerjakan suatu hukum fiqih dengan cara yang tidak diakui keabsahannya oleh seorang pun dari kalangan ulama' mujtahidin. Maksudnya seseorang melakukan satu amal dengan mengikuti/menggabungkan beberapa madzhab sekaligus, lalu mengambil pendapat dalam satu masalah fiqih dengan cara mencampur antara dua pendapat para Imam Mujtahid atau bahkan lebih, sehingga menimbulkan kesimpulan hukum baru atau tata cara baru dalam satu amal yang tidak satupun Ulama' Mujtahidin yang mengakui keabsahannya, baik Ulama' tersebut adalah Ulama' yang dia anut madzhabnya selama ini ataupun dia adalah Ulama' yang sekarang dia berpindah bertaqlid kepadanya. 

Sehingga setiap Ulama' dari kalangan berbagai madzhab tersebut justru menetapkan batalnya amal dengan tata cara baru yang dia lakukan dengan cara talfiq tersebut. Dan talfiq sebagaimana uraian diatas bisa terjadi apabila seorang muqollid melakukannya dalam satu qodliyah amal (rangkaian amal) dengan mencampur dua pendapat madzhab yang berbeda secara bersamaan, atau dengan satu pendapat namun masih batal menurut madzhab yang kedua. 

فالتلفيق إذاً: هو الجمع بين تقليد إمامين أو أكثر في فعل له أركان أو جزئيات لها ارتباط ببعضها، لكل منها حكم خاص، كان موضع اجتهادهم وتباين آرائهم، فيقلد أحدهم في حكم، ويقلد آخر في حكم آخر، فيتم الفعل ملفقاً من مذهبين أو أكثر٠ 

Jadi kesimpulannya yang dimaksud Talfiq di sini adalah : mencampur adukkan dua pendapat Imam Mujtahid atau lebih dalam satu aktifitas amal yang memiliki rukun-rukun maupun bagian-bagian yang masing-masing saling memiliki keterkaitan, dan masing-masing memiliki hukum khusus yang menjadi objek ijtihad para Ulama' Mujtahid dan menjadi obyek perbedaan pendapat di antara mereka. Lalu si muqollid mengikuti satu pendapat Madzhab dalam satu persoalan hukum, di samping itu dia juga mengikuti Imam Madzhab yang lain dalam hukum yang lain (yang masih ada keterikatan di antara keduanya), sehingga akhirnya amalan yang dia kerjakan menjadi suatu amal yang terbentuk dari hasil penggabungan dari berbagai pendapat madzhab yang berbeda-beda. 

مثل أن يقلد شخص في الوضوء مذهب الشافعي في الاكتفاء بمسح بعض الرأس، ثم يقلد أبا حنيفة أو مالكاً في عدم نقض الوضوء بلمس المرأة خالياً عن قصد الشهوة ووجودها، ثم يصلي

Contoh : Misalnya seseorang dalam masalah pelaksanaan wudlu dia mengikuti Madzhab Syafi'i dalam persoalan cukupnya membasuh sebagian kepala. Kemudian dia mengikuti madzhab Hanafi dan Maliki dalam masalah tidak batalnya wudlu ketika menyentuh wanita yang bukan mahrom tanpa tujuan syahwat ataupun tanpa adanya syahwat, kemudian dia melakukan sholat. 

فإن هذا الوضوء الذي صلى به لم يقل به كل واحد من هؤلاء الأئمة، فالشافعي يعتبره باطلاً لنقضه باللمس، وأبو حنيفة لايجيزه لعدم مسح ربع الرأس، ومالك لايقره لعدم مسح جميع الرأس أو لعدم دلك أعضاء الوضوء ونحو ذلك

Maka wudlu yang dia gunakan untuk sholat tersebut itu sama sekali tidak diakui keabsahannya oleh seorang pun dari para Imam-imam Madzhab tersebut. Imam Syafi'i menyatakan: wudlu batal akibat menyentuh wanita yang bukan mahrom. Imam Abu Hanifah menyatakan : wudlunya tidak sah karena dia tidak mengusap seperempat kepalanya. Sedangkan Imam Malik juga tidak mengakui keabsahan wudhunya karena tidak mengusap seluruh kepala, atau karena tidak menggosok anggota wudlu, dll. 

أو أن يقلد مالكاً في عدم نقض الوضوء بالقهقهة في الصلاة، وأبا حنيفة في عدم النقض بمس الذكر، وصلى. فهذه صلاة مجمع منهما على فسادها

Contoh lain: misalnya dia mengikuti Imam Malik dalam masalah tidak batalnya wudlu karena tertawa terbahak-bahak saat sholat, di samping itu dia juga mengikuti Imam Abu Hanifah dalam masalah tidak batalnya wudlu akibat menyentuh kemaluan, kemudian dia sholat. Maka sholatnya orang ini disepakati oleh kedua Imam tersebut hukumnya tidak sah. 

ومثل أن يستأجر شخص مكاناً موقوفاً تسعين سنة فأكثر، من غير أن يراه، مقلداً في المدة الطويلة للشافعي وأحمد، وفي عدم الرؤية لأبي حنيفة، فيجوز

Contoh lain: misalnya seseorang menyewa tempat yang statusnya diwakafkan, dia sewa selama 90 tahun atau lebih tanpa melihat tempat yang disewa tersebut. Orang ini dalam masalah lamanya masa sewa mengikuti pendapat Imam Syafi'i dan Imam Ahmad, sedangkan dalam masalah sahnya ijaroh tanpa melihat tempat yang di sewa dia mengikuti pendapat Imam Abu Hanifah. Maka hal seperti ini hukumnya boleh (sah).


الوجيز في أصول الفقه الإسلامي، الجزء ٢ الصحفة ٣٧٤

أما التلفيق بأخذ رأي مذهب مثلًا في الوضوء، ثم الأخذ برأي مذهب آخر في وضوء آخر، فلا مانع، أو الأخذ برأي مذهب آخر في جزئية في الوضوء لكنها لا تتنافى مع المذهب الأول، كمن توضأ كاملًا مع السنن حسب المذهب الشافعي ومسح جميع رأسه، ودلك الأعضاء، ثم لمس امرأة أجنبية، فيجوز له أن يصلي بذلك الوضوء باعتبار أنه لم ينقض حسب المذهب الحنفي

Artinya: Adapun Talfiq dengan cara, mengambil satu pendapat madzhab misalnya dalam suatu wudlu, kemudian mengambil pendapat madzhab yang lainnya pada saat wudlu yang lain, maka talfiq seperti ini tidak dilarang, atau mengambil pendapat madzhab lain di satu bagian dari wudlu, namun pendapat yang diambil tersebut tidak sampai menjadikan wudhunya tidak sah menurut pendapat madzhab yang pertama, contoh : misalnya seseorang berwudlu dengan wudlu yang sempurna disertai melakukan sunnah sunnah wudlu berdasarkan Madzhab syafi'i, dan saat wudlu tersebut dia mengusap seluruh kepalanya, menggosok anggota wudlunya, kemudian dia menyentuh wanita yang bukan mahrom, lalu melaksanakan solat, maka boleh baginya sholat dengan wudlu tersebut, dengan mengkategorikan hal tersebut tidak membatalkan wudhu berdasarkan madzhab Hanafi.


توشيح على ابن قاسم للعلامة محمد نووي بن عمر الجاوي، الصحفة ٢١٩

أحدها: النية بالقلب ويستحب التلفظ بها (فان كان الصوم فرضا كرمضان أو نذرا) أو كفارة أو قضاء عن رمضان (فلابد من إيقاع النية ليلا) ولو من أول الليل

Artinya: (Rukun puasa yang pertama adalah niat di dalam hati). Dan disunnahkan untuk mengucapkannya. Apabila puasa tersebut merupakan puasa wajib, seperti puasa Romadlon, nadzar, kafaroh, ataupun puasa qodlo dari puasa Romadlon, maka wajib melakukan niat di malam hari meskipun niat tersebut dilakukan sejak awal malam. 

ولو نسي النية ليلا وطلع الفجر وهو ناس لم يحسب له ذلك اليوم، لكن يجب عليه الإمساك رعاية لحرمة الوقت٠ 

Maka dari itu seandainya dia lupa niat di malam hari sedangkan sudah terbit fajar dan dia benar-benar lupa, maka puasa hari tersebut tidak terhitung (yakni tidak sah), akan tetapi wajib baginya tetap menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa di hari tersebut karena menghormati waktu puasa. 

ويسن في أول الشهر أن ينوي صوم جميعه، وذلك يغني عن تجديدها في كل ليلة عند الإمام مالك، فيسن ذلك عندنا، لأنه ربما نسي التبييت في بعض الليالي فيقلد الإمام مالكا٠

Dan disunnahkan bagi orang yang puasa romadhon untuk niat puasa sebulan penuh sejak awal bulan. Dan dengan cara tersebut, maka menurut madzhab Imam Malik tidak diperlukan lagi untuk memperbaharui niat di setiap malam. Sehingga niat di awal bulan tersebut hukumnya sunnah dalam madzhab Syafi'i karena terkadang seseorang lupa niat di malam hari di sebagian hari-hari romadlon, sehingga dia bisa taklid mengikuti madzhab Imam Malik.


حاشية الجمل، الجزء ٢ الصحفة ٣١١
 
فلو نوى ليلة أول رمضان صوم جميعه لم يكف لغير اليوم الأول لكن ينبغي له ذلك ليحصل له صوم اليوم الذي نسي النية فيه عند الإمام مالك رضي الله عنه  كما يسن له أن ينوي أول اليوم الذي نسيها فيه ليحصل له صومه عند الإمام أبي حنيفة  رضي الله عنه وواضح أن محله إذا قلد وإلا كان متلبسا بعبادة فاسدة في اعتقاده وهو حرام اهـ٠

Artinya: Seandainya ada seseorang berniat di malam awal romadlon untuk puasa romadlon sebulan penuh, maka hal seperti itu tidak sah kecuali hanya untuk puasa hari pertama saja (menurut Madzhab Syafi'i). Namun niat dengan cara tersebut dianjurkan (disunnahkan) untuk dilakukan agar puasanya sah di saat dia lupa berniat puasa di malam hari untuk puasa tersebut berdasarkan madzhab Imam Malik. Sebagaimana disunnahkan juga niat puasa dia pagi hari (pagi hari) yang dia lupa niat malam harinya, supaya puasanya sah menurut madzhab Imam Abu Hanifah. Hal ini jelas sah apabila kondisinya memang orang tersebut berniat taqlid pada Imam Malik atau Imam Hanafi saat dia lupa niat di malam hari. Namun apabila dia tidak berniat taqlid kepada Imam tersebut, maka dia telah melakukan ibadah yang fasid (tidak sah) dalam keyakinan dia sendiri. Sedangkan sengaja mengerjakan ibadah yang fasidah/ tidak sah itu hukumnya haram. 


فقه العبادات على المذهب الشافعي، الجزء ٢ الصحفة ٢٩

وإن نسى النية في ليلة من الليالي، ولم يقلد المذاهب الأخرى، وجب عليه قضاء ذلك اليوم

Artinya: Dan apabila seorang lupa berniat puasa romadlon di malam hari, dan dia juga tidak bertaqlid kepada madzhab lainnya, maka dia wajib mengqodlo'i puasa hari tersebut.


البيجوري، الجزء ١ الصحفة ٤٢٤

النية ولا بد من النية لكل يوم لان الصوم كل يوم عبادة مستقلة لتخلل ما يناقض الصوم بين اليومين كالصلاتين يتخللهما السلام وعند مالك انه يكفي نية صوم جميع الشهر في اول ليلة منه٠ وللشافعي تقليده في ذالك لئلا ينسى النية في ليلة فيحتاج للقضاء

Artinya: Rukun puasa yang pertama adalah niat. Niat wajib dilakukan untuk setiap hari, karena puasa di setiap harinya merupakan ibadah yang tersendiri. Hal itu disebabkan karena diantara puasa hari yang satu dengan puasa hari yang lainnya (maksudnya di setiap malam harinya) disela-selai oleh hal-hal yang bisa membatalkan puasa. Hal ini hukumnya sama seperti dua sholat yang di sela-selai dengan salam. Adapun menurut madzhab Imam Malik : Sah hukumnya puasa satu bulan dengan cukup berniat berpuasa romadlon sebulan penuh di awal malam awal bulan Ramadhan saja. Dan bagi pengikut Madzhab Syafi'i boleh bertaklid kepada madzhab Imam Malik dalam masalah niat tersebut, agar supaya saat lupa niat puasa di malam hari, maka dia tidak perlu mengqodlo' puasanya.


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

PENANYA :

Nama : Jamaluddin
Alamat : Wanaraja Garut Jawa Barat 
__________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

PENASEHAT :

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung Jember Jawa Timur)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Umbul Sari Jember Jawa Timur), Ust. Faisol Umar Rozi (Proppo Pamekasan Madura) 
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Perumus + Muharrir : Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari Jember Jawa Timur)
Editor : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura), Nurul Jannah (Tegalrejo Megelang Jawa Tengah) 
Terjemah Ibarot : Gus Robbit Subhan (Balung Jember Jawa Timur)

________________________________________

Keterangan :

1) Pengurus, adalah orang yang bertanggung jawab atas grup ini secara umum

2) Tim Ahli, adalah orang yang bertugas atas berjalannya grup ini

3) Bagi para anggota grup yang memiliki pertanyaan diharuskan untuk menyetorkan soal kepada kordinator soal dengan via japri. Ya'ni tidak diperkenankan nge-share soal di grup secara langsung.

4) Setiap anggota grup boleh usul atau menjawab walaupun tidak bereferensi, namun tetap keputusan berdasarkan jawaban yang berreferensi.

5) Dilarang memposting iklan / video / kalam-kalam hikmah / gambar yang tidak berkaitan dengan pertanyaan. Sebab, akan mengganggu akan berjalannya tanya jawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?