Hukum Mengeluarkan Zakat Berupa Barang


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

DESKRIPSI:

Andi (nama samaran) adalah seorang pedagang Furnitur, seperti Bufet, Lemari, Dipan, spring bed dll. Dia mendapat modal usaha dari hutang sebesar 100 juta. Andi menjadi pedagang Furnitur sejak awal bulan Januari 1 tahun yang lalu, dan sampai saat ini hutang modalnya belum lunas. Disamping itu juga, akibat pandemi ini dagangannya macet.

PERTANYAAN:

Bolehkah Andi mengeluarkan zakat dengan berupa barang dagangannya seperti Lemari, Dipan, Kasur atau barang dagangan yang lainnya ?

JAWABAN:

Menurut qoul ashah tidak boleh, melainkan harus mengeluarkan qimah atau nilai dari barang dagangan. Tetapi ada qaul yang membolehkan zakat barang dagangan asalkan barang tersebut sangat bermanfaat kepada para Mustahik seperti beras dll.

REFERENSI:

المجموع شرح المهذب، الجزء ٦ الصحفة ٦٩

الشَّرْحُ قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ زَكَاةُ عَرْضِ التِّجَارَةِ رُبْعُ الْعُشْرِ بِلَا خِلَافٍ وَلَا وَقْصَ فِيهِ كَالنَّقْدِ

Artinya: Imam Syafi'i dan Ashabus Syafi'i berpendapat  bahwasanya zakat harta dagangan sebesar 2,5%, dan tidak ada pemecahan lagi dalam hal tersebut, sebagaimana besar zakat emas perak.


وَفِيمَا يَجِبُ إخْرَاجُهُ طُرُقٌ كَمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ حَاصِلُهَا ثَلَاثَةُ أَقْوَالٍ (أَصَحُّهَا) عِنْدَ الْأَصْحَابِ وَهُوَ نَصُّهُ فِي الْأُمِّ وَالْمُخْتَصَرِ وَهُوَ الْجَدِيدُ وَبِهِ الْفَتْوَى وَعَلَيْهِ الْعَمَلُ يَجِبُ رُبْعُ عُشْرِ الْقِيمَةِ مِمَّا قُوِّمَ بِهِ وَلَا يَجُوزُ أَنْ يُخْرِجَ مِنْ نَفْسِ الْعَرْضِ (وَالثَّانِي) يَجِبُ الْإِخْرَاجُ مِنْ نَفْسِ الْعَرْضِ ولا تجزى الْقِيمَةُ  (وَالثَّالِثُ) يَتَخَيَّرُ بَيْنَهُمَا وَقَدْ ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ دَلِيلَ الْجَمِيعِ وَالْقَوْلُ الثَّانِي وَالثَّالِثُ قَدِيمَانِ ضَعِيفَانِ وَحَكَى الصَّيْمَرِيُّ (طَرِيقًا رَابِعًا) وَهُوَ أَنَّهُ إنْ كَانَ الْعَرْضُ حِنْطَةً أَوْ شَعِيرًا أَوْ مِمَّا يَنْفَعُ الْمَسَاكِينَ أَخْرَجَ مِنْهُ وَإِنْ كَانَ عَقَارًا أَوْ حَيَوَانًا فَمِنْ الْقِيمَةِ نَقْدًا


Adapun bentuk pengeluaran barang zakat perdagangan ada beberapa cara sebagaimana yang dijelaskan mushonnif. Adapun secara ringkasnya ada 3 pendapat :Pendapat yang paling kuat (Qoul Ashoh)  menurut Ashabus Syafi'i, dan merupakan pendapat yang dinash oleh Imam Syafi'i dalam al-Umm, dan dalam Muhtashor Muzani, termasuk qoul jadid, serta merupakan pendapat yang difatwakan dan diamalkan, menyatakan bahwasanya zakat tijaroh sebesar 2,5% jumlah keseluruhan harga barang dagangan tersebut, dengan berupa mata uang yang berlaku, dan tidak boleh berupa barang dagangan tersebut.W ajib mengeluarkan zakat tersebut berupa barang dagangan tersebut. Boleh berupa uang, boleh berupa barang. Dan Mushonnif telah menjelaskan dalil dari masing-masing pendapat tersebut.

Adapun pendapat yang ke-2 dan ke-3 merupakan Qoul Qodim yang sama-sama dloif. As-Shoimari memceritakan pendapat yang ke-4 yaitu: Apabila barang dagangan tersebut berupa gandum ataupun jagung, atau barang yang bermanfaat bagi orang-orang miskin maka zakatnya boleh diberikan dengan berupa barang dagangan tersebut. Apabila barang dagangan tersebut berupa tanah atau hewan maka diberikan dalam bentuk uang.

 والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

PENANYA

Nama : Anshori
Alamat : Balung Jember Jawa Timur
_______________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WA Tanya  Jawab Hukum.

PENGURUS :

Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Asep Jamaluddin, Ust. Anwar Sadad, Ust. Zainul Qudsiy
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda,
Editor : Hosiyanto Ilyas
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan, Ust. Abd. Lathif

PENASEHAT :

Habib Abdullah bin Idrus bin Agil
Gus Abd. Qodir

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
https://t.me/joinchat/ER-KDnY2TDI7UInw

_________________________


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?