Hukum Bermufaraqah dari Imam ?

HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
  (Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Suatu ketika Badrun (nama samaran) sholat berjemaah di sebuah Masjid di Kampungnya. Badrun berjemaah pada seorang Imam yang tidak tumakninah dalam i'tidalnya. Sehingga Badrun memilih mufarroqoh dari si Imam, namun jama'ah lainnya ada yang tetap berjemaah sampai salamnya si Imam, termasuk juga Rosyid (nama samaran) yang merupakan makmum masbuq raka'at dalam jama'ah tersebut menambah sisa rakaat yang tertinggal dari si Imam setelah salamnya si Imam.

Kemudian datanglah Qomar (nama samaran) untuk sholat berjamaah, karena keterlambatannya untuk sholat berjamaah di Masjid, maka dia hanya mendapati Rosyid yang sedang menyelesaikan sisa rakaatnya yang tertinggal dari Imam. Tanpa berfikir panjang, si Qomar langsung sholat bermakmum pada Rosyid.

PERTANYAAN:

Wajibkah bagi Makmum bermufarroqoh dari Imam yang tidak tumakninah dalam salah satu rukun sholat?

JAWABAN:

Wajib mufarroqoh apabila makmum mengetahui Imam melakukan sesuatu yang membatalkan shalat.

REFERENSI:


إعانة الطالبين، الجز ٢ الصحفة ١٤

وتجوز المفارقة بلا عذر، مع الكراهة، فتفوت فضيلة الجماعة والمفارقة بعذر: كمرخص ترك جماعة، وتركه سنة مقصودة كتشهد أول، وقنوت، وسورة، وتطويله وبالمأموم ضعف أو شغل لا تفوت فضيلتها وقد تجب المفارقة، كأن عرض مبطل لصلاة إمامه وقد علمه فيلزمه نيتها فورا وإلا بطلت، وإن لم يتابعه اتفاقا، كما في المجموع

Artinya: Hukum mufaraqah tanpa adanya udzur adalah boleh, tapi makruh, karena bisa menghilangkan fadhilah jamaah. Adapun mufaraqah sebab adanya udzur, seperti kemurahan meninggalkan jamaah, dan meninggalkannya imam terhadap kesunahan magsudah (sunah yang jika ditinggalkan disunahkan sujud sahwi) seperti tahiyat awal, qunut dan membaca surah, atau karena imam memperpanjang sholatnya, padahal makmumnya dalam keadaan lemah atau masih punya kesibukan, yang tidak sampai menghilangkan fadhilah jamaah. Dan terkadang mufaraqah itu hukumnya wajib. Seperti terjadi sesuatu yang membatalkan terhadap sholatnya imam, maka bagi makmum jika mengetahuinya wajib mufaraqah seketika. Jika tidak mufaraqah, maka sholatnya menjadi batal, sekalipun ia tidak mengikutinya, Hal ini merupakan kesepakatan Ulama', sebagaimana yang tertera dalam kitab Al-Majmu.


بغية المسترشدين الجز ١ الصحفة ١٢١-١٢٢

فَائِدَةٌ: قَالَ فِيْ كَشْفِ النِّقَابِ وَالْحَاصِلُ أَنَّ قَطْعَ الْقُدْوَةِ تَعْتَرِيْهِ اْلأَحْكَامُ الْخَمْسَةُ وَاجِباً كَأَنْ رَأَى إِمَامَهُ مُتَلَبِّسًا بِمُبْطِلٍ وَسُنَّةٍ لِتَرْكِ اْلإِمَامِ سُنَّةً مَقْصُوْدَةً وَمُبَاحًا كَأَنْ طَوَّلَ اْلإِمَامُ وَمَكْرُوْهاً مُفَوِّتاً لِفَضِيْلَةِ الْجَمَاعَةِ إِنْ كَانَ لِغَيْرِ عُذْرٍ وَحَرَاماً إِنْ تَوَقَّفَ الشِّعَارُ عَلَيْهِ أَوْ وَجَبَتِ الْجَمَاعَةُ كَالْجُمْعَةِ اهـ

Artinya: (Faidah) Mushonif berkata dalam kitab kasyfu an-niqob: kesimpulannya bahwa sesungguhnya memutus jamaah dengan imam menjadi 5 hukum, yaitu: Wajib, seperti melihat imamnya melakukan hal yang membatalkan sholat. Sunnah, sebab imam meninggalkan sunah maqsudah. Mubah, seperti imam memanjangkan sholatnya. Makruh, yang dapat menghilangkan fadhilah jama'ah seperti mufaraqoh tanpa adanya udzur. Haram, jika syi'ar islam terhenti karenanya, atau karena jama'ahnya wajib seperti sholat jum'at.

المجموع شرح المهذب الجز ٤ الصحفة ٢٤٠

الثالثة : إذا ترك الإمام فعلا فإن كان فرضا بأن قعد في موضع القيام أو عكسه ، ولم يرجع لم يجز للمأموم متابعته في تركه ; لما ذكره المصنف سواء تركه عمدا أو سهوا ; لأنه إن تركه عمدا فقد بطلت صلاته ، وإن تركه سهوا ففعله غير محسوب بل يفارقه ويتم منفردا

Artinya: (Adapun yang ketiga adalah) apabila imam meninggalkan pekerjaan fardhu dengan cara ia duduk di tempat berdiri atau sebaliknya, dan tidak kembali lagi maka bagi makmum tidak boleh mengikuti imam dalam hal meninggalkannya; sebagaimana keterangan yang telah disebutkan moshonnif baik meninggalkannya karena sengaja atau lupa, karena sesungguhnya apabila makmum meninggalkan dengan sengaja maka sholatnya menjadi batal, dan apabila meninggalkannya sebab lupa maka pekerjaannya tidak dihitung bahkan makmum harus mufaraqoh dari imam dan menyempurnakannya dengan shalat sendiri. 

أسنى المطالب الجز ١ الصحفة ٢٢٨ 

الشرط (السادس الموافقة) للإمام في أفعال الصلاة (فإن ترك الإمام فرضا لم يتابعه) في تركه ؛ لأنه إن تعمد فصلاته باطلة وإلا ففعله غير معتد به -الى ان قال- (قوله : فإن ترك الإمام فرضا لم يتابعه ) بل يتخير بين أن يفارقه ويتم لنفسه وبين أن ينتظره إلى أن تنتظم صلاته فيتبعه في المنتظم

Artinya: Adapun syarat (yang keenam adalah sesuai) dengan imam dalam pekerjaan shalat (sehingga apabila imam meninggalkan pekerjaan fardhu maka bagi makmum tidak boleh mengikuti imam dalam meninggalkan fardhu, karena apabila makmum sengaja maka shalatnya menjadi batal dan apabila tidak sengaja maka pekerjaannya tidak dihitung -sampai perkataan- (perkataan beliau: apabila imam meninggalkan pekerjaan fardhu maka bagi makmum tidak boleh mengikuti imam) bahkan boleh memilih antara mufaroqoh (berpisah dari berjamaah dengan imam) dan menyempurnakan shalatnya sendiri, dan menunggu imam sampai urutan shalatnya sama kemudian mengikuti imam dalam urutan tersebut.


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama: Ummi Dinda Zulaeha 
Alamat: Cikijing Majalengka Jawa Barat 
____________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

PENASEHAT :

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung Jember Jawa Timur)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Perumus : Ust. Arif Mustaqim (Sumbergempol Tulungagung Jawa Timur), KH. Abdurrohim (Maospati Magetan Jawa Timur)
Muharrir : Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari Jember Jawa Timur)
Editor : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Ibrahim Al-Farisi (Tambelangan Sampang Madura)
____________________________________________

KETERANGAN:

1) Pengurus, adalah orang yang bertanggung jawab atas grup ini secara umum

2) Tim Ahli, adalah orang yang bertugas atas berjalannya grup ini

3) Bagi para anggota grup yang memiliki pertanyaan diharuskan untuk menyetorkan soal kepada kordinator soal dengan via japri. Ya'ni tidak diperkenankan nge-share soal di grup secara langsung.

4) Setiap anggota grup boleh usul atau menjawab walaupun tidak bereferensi, namun tetap keputusan berdasarkan jawaban yang berreferensi.

5) Dilarang memposting iklan / video / kalam-kalam hikmah / gambar yang tidak berkaitan dengan pertanyaan. Sebab, akan mengganggu akan berjalannya tanya jawab. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?