Hukum Ngelawak Dalam Acara Ludruk ?

HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
  (Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Ludruk merupakan sebuah acara yang di dalamnya terdapat alunan kendang dan alat musik lainnya disertai lawak yang cukup menghibur masyarakat. Dalam ludruk juga menampilkan tarian-tarian yang diperankan oleh pria yang dihias/make up layaknya seperti wanita. Yang paling menarik dari ludruk adalah menampilkan ulang reka adegan historis yang ada di Nusantara!

Badrun (nama samaran) adalah pemain ludruk terkenal di salah satu pulau, dari panggung ke panggung badrun menjadi aktor dalam setiap lakon yang ia terima dari sutradara! sekaligus hal itu menjadi profesinya sebagai tulang punggung keluarga.

PERTANYAAN:

Bagaimana hukum ngelawak dalam acara ludruk seperti deskripsi di atas ?

JAWABAN:

Hukum ngelawak dalam acara ludruk ditafsil (diperinci) :

a) Boleh atau mubah selama tidak melewati batas dan tidak mengandung hal-hal yang dilarang agma seperti berbohong, ghibah, dll. Apabila mengandung hal-hal tersebut, maka haram.

b) Sunah, jika bisa menghibur lawan bicara atau mencairkan suasana dengan syarat materi candaan tidak mengandung unsur tuduhan, ghibah, dan tidak berlebihan sehingga bisa mengikis wibawa.

REFERENSI:

مرقاة المفاتيح، الجزء ٧ الصحفة ٣٠٦١

قال النووى (اعلم أنَّ المزَاح المنهيَّ عنه، هو الذي فيه إفراط ويُداوَم عليه، فإنَّه يُورث الضَّحك، وقسوة القلب، ويُشغل عن ذكر الله، والفِكْر في مهمَّات الدِّين، ويؤول في كثيرٍ من الأوقات إلى الإيذاء، ويُورث الأحقاد، ويُسقط المهابة والوَقار، فأمَّا ما سَلِم مِن هذه الأمور، فهو المباح الذي كان رسول الله ﷺ يفعله على النُّدرة؛ لمصلحة تَطْيِيب نفس المخَاطب ومؤانسته، وهو سنَّةٌ مستحبَّة)

Artinya: Berkata an-Nawawi : Ketahuilah bahwa bergurau yang dilarang adalah yang keterlaluan dan terus menerus, karena hal itu akan menyebabkan tertawa dan mengeraskan hati, serta memalingkan dari mengingat Allah dan dari memikirkan masalah-masalah agama. Bahkan seringnya menyakitkan orang lain dan menimbulkan dendam, begitu juga bisa menjatuhkan kewibawaan dan kehormatan seseorang. Adapun jika hal-hal di atas tidak ada, maka bergurau adalah sesuatu yang dibolehkan, seperti yang kadang dilakukan oleh Rasulullah, demi kemaslahatan dan menyenangkan orang yang diajak bicara serta menambah keakraban. Dan ini semua merupakan sunnah yang dianjurkan


 إحياء علوم الدين، الجزء ٢ الصحفة ٣٤١

وَإِنْ كَانَ فِيهَا مُضْحِكٌ بِالْحِكَايَاتِ وَأَنْوَاعِ النَّوَادِرِ فَإِنْ كَانَ يُضْحِكُ بِالْفُحْشِ وَالْكَذِبِ لَمْ يَجُزِ الْحُضُورُ وَعِنْدَ الْحُضُورِ يَجِبُ الْإِنْكَارُ عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ بِمَزْحٍ لَا كَذِبَ فِيهِ وَلَا فُحْشَ فَهُوَ مُبَاحٌ أَعْنِي مَا يُقِلُّ مِنْهُ فأما اتخاذه صنعة وعادة فليس بمباح وكل كذب لا يخفى أنه كذب ولا يقصد به التلبيس فليس من جملة المنكرات كقول الإنسان مثلاً طلبتك اليوم مائة مرة وأعدت عليك الكلام ألف مرة وما يجري مجراه مما يعلم أنه ليس يقصد به التحقيق فذلك لا يقدح في العدالة ولا ترد الشهادة به


Artinya: Ketika di dalam perkumpulan terdapat seseorang yang membuat tertawa (komedian) dengan cerita-cerita dan bermagai macam dongeng, apabila melucu dengan kekejian dan kebohongan, maka tidak boleh hadir/menyaksikan, apabila terlanjur hadir maka wajib ingkar, apabila melucu dengan hal yang terpuji dan tidak ada kebohongan dan perbuatan keji maka boleh, maksud saya adalah: sekecil apapun itu. Adapun ketika dijadikan pekerjaan dan kebiasaan, maka tidak boleh. Dan setiap kebohongan yang tidak ditutupi bahwa hal itu adalah kebohongan, serta tidak dimaksudkan untuk menyamarkan maka tidak termasuk kemungkaran, seperti contoh perkataan seseorang: saya minta anda hari ini berkata seratus kali dan saya akan mengulanginya seribu kali, dan sesuatu yang terjadi termasuk hal yang telah diketahui bahwa tidak ditujukan untuk penyelidikan, maka hal ini tidak merusak dalam bab adil dan persaksiannya tidak tertolak.


نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج، الجزء ٨ الصحفة ٢١

قَوْلُهُ: وَكَمَنْ يَكْتَسِبُ بِاللَّهْوِ الْمُبَاحِ) أَيْ أَمَّا مَنْ يَكْتَسِبُ بِالْحَرَامِ فَالتَّعْزِيرُ عَلَيْهِ دَاخِلٌ فِي الْحَرَامِ؛ لِأَنَّهُ مِنْ الْمَعْصِيَةِ الَّتِي لَا حَدَّ فِيهَا وَلَا كَفَّارَةَ، وَمِنْ ذَلِكَ مَا جَرَتْ الْعَادَةُ بِهِ فِي مِصْرِنَا مِنْ اتِّخَاذِ مَنْ يَذْكُرُ حِكَايَاتٍ مُضْحِكَةً، وَأَكْثَرُهَا أَكَاذِيبُ فَيُعَزَّرُ عَلَى ذَلِكَ الْفِعْلِ، وَلَا يَسْتَحِقُّ مَا يَأْخُذُهُ عَلَيْهِ، وَيَجِبُ رَدُّهُ إلَى دَافِعِهِ وَإِنْ وَقَعَتْ صُورَةُ اسْتِئْجَارٍ؛ لِأَنَّ الِاسْتِئْجَارَ عَلَى ذَلِكَ الْوَجْهِ فَاسِدٌ

Artinya: Perkataan pengarang: dan seperti halnya orang yang bekerja dengan alat musik yang diperbolehkan) maksudnya: adapun orang yang bekerja dengan barang haram, maka ta'zir atas orang tersebut masuk pada ta'zir mengkonsumsi barang haram, karena hal tersebut termasuk maksiat yang tidak dihad dan tidak bayar kaffarot/tebusan bagi pelakunya, sebagian dari hal tersebut seperti yang telah menjadi tradisi kebiasaan di negara kita menjadikan seseorang menampilkan cerita-cerita lucu (komedian) dan sebagian besarnya adalah kebohongan-kebohongan, maka orang tersebut harus dita'zir atas pekerjaan tersebut, dan tidak punya haq atas apa yang dia dapatkan (upah) dan wajib mengembalikannya kepada pemberi meski penampilannya dalam bentuk ijaroh, karena menyewa untuk hal tersebut dihukumi fasid.


فتح الباري لابن حجر، الجزء ١٠ الصحفة ٥٢٦-٥٢٧

وَالْجَمْعُ بَيْنَهُمَا أَنَّ الْمَنْهِيَّ عَنْهُ مَا فِيهِ إِفْرَاطٌ أَوْ مُدَاوَمَةٌ عَلَيْهِ لِمَا فِيهِ مِنَ الشُّغْلِ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَالتَّفَكُّرِ فِي مُهِمَّاتِ الدِّينِ وَيَئُولُ كَثِيرًا إِلَى قَسْوَةِ الْقَلْبِ وَالْإِيذَاءِ وَالْحِقْدِ وَسُقُوطِ الْمَهَابَةِ وَالْوَقَارِ وَالَّذِي يَسْلَمُ مِنْ ذَلِكَ هُوَ الْمُبَاحُ فَإِنْ صَادف مصلحَة مثل تطييب نَفْسِ الْمُخَاطَبِ وَمُؤَانَسَتِهِ فَهُوَ مُسْتَحَبٌّ قَالَ الْغَزَالِيُّ مِنَ الْغَلَطِ أَنْ يُتَّخَذَ الْمِزَاحُ حِرْفَةً وَيُتَمَسَّكُ بِأَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَزَحَ فَهُوَ كَمَنْ يَدُورُ مَعَ الرِّيحِ حَيْثُ دَارَ وَيَنْظُرُ رَقْصَهُمْ وَيُتَمَسَّكُ بِأَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أذن لعَائِشَة أَن تنظر إِلَيْهِم

Artinya: Adapun cara menyatukan pemahaman diantara kedua hadits, adalah bahwa yang dilarang itu sesuatu yang berlebihan atau terus menerus (kontinuitas) melakukan hal tersebut (bercanda) karena bisa menyibukkan diri jauh dari ingat pada Allah dan tafakkur dalam masalah penting dalam agama, serta bisa menyebabkan kerasnya hati, menyakiti, menimbulkan kebencian, jatuhnya wibawa dan harga diri, dan apabila bisa selamat dari hal-hal tersebut maka boleh bahkan jika demi kemaslahatan seperti mengobati hatinya orang yang diajak bicara dan berbuat lucu/humor padanya maka hukumnya sunnah. Imam ghozali berkata: "Sebagian dari kesalahan adalah dijadikannya melawak sebagai keahlian dan berpendirian bahwa baginda Nabi SAW pernah bercanda, beliau seperti orang yang berputar mengikuti arah angin sekiranya orang tersebut berputar dan melihat tarian mereka, juga berpendirian bahwa baginda Nabi SAW mengizinkan Sayyidah 'Aisyah rha. untuk menontonnya.


مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح، الجزء ٧ الصحفة ٣٠٣٨

٤٨٣٦ - (وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ الْعَبْدَ) أَيِ: الشَّخْصَ (لَيَقُولُ الْكَلِمَةَ) أَيِ: الْكَاذِبَةَ (لَا يَقُولُهَا إِلَّا لِيُضْحِكَ بِهِ النَّاسَ) أَيْ: بِتَلَفُّظِهَا أَوِ الْمُرَادُ بِهَا الْكَلَامُ عَلَى أَنَّهَا كَلِمَةٌ لُغَوِيَّةٌ وَالْمُسْتَثْنَى مِنْ أَعَمَّ عَامُّ الْغَرَضِ (يَهْوِي) : بِفَتْحِ الْيَاءِ وَكَسْرِ الْوَاوِ أَيْ: يَسْقُطُ فِي جَهَنَّمَ (بِهَا) أَيْ: بِسَبَبِهَا (أَبْعَدَ) أَيْ: هَوْيًا وَسُقُوطًا أَبْعَدَ (مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ) وَفِي نُسْخَةٍ: أَبْعَدَ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، وَقِيلَ: مَعْنَاهُ يَبْعُدُ بِهِمَا عَنِ الْخَيْرِ وَالرَّحْمَةِ بُعْدًا أَبْعَدَ مَا بَيْنَهُمَا (وَإِنَّهُ) أَيِ: الْعَبْدُ، وَالْمُرَادُ بِهِ الْجِنْسُ، فَلَا يُرَدُّ أَنَّ الْمَعْرِفَةَ إِذَا أُعِيدَتْ تَكُونُ عَيْنَ الْأَوَّلِ فَتَأَمَّلْ. (لَيَزِلُّ) : بِفَتْحِ اللَّامِ وَالْيَاءِ وَكَسْرِ الزَّايِ وَتَشْدِيدِ اللَّامِ أَيْ: لَيَعْثُرُ وَيَزْلِقُ وَيَخْطَأُ (عَنْ لِسَانِهِ) أَيْ: عَنْ جِهَتِهِ وَمِنْ قِبَلِهِ وَبِسَبَبِهِ (أَشَدَّ) أَيْ: زَلَلًا أَقْوَى وَأَكْثَرَ (مِمَّا يَزِلُّ عَنْ قَدَمِهِ) وَالْمَعْنَى: أَنَّ صُدُورَ الْكَذِبِ وَنَحْوِهِ عَنْ لِسَانِهِ أَضَرُّ عَلَيْهِ مِنْ ضَرَرِ سُقُوطِهِ عَنْ رِجْلِهِ عَلَى وَجْهِهِ، فَإِنَّ الضَّرَرَ الْبَدَنِيَّ أَهْوَنُ مِنَ الضَّرَرِ الدِّينِيِّ

Artinya: Dan datangnya hadis dari Abu Hurairah ra. Beliau berkata: Berkata Rosulullah SAW: "Sesungguhnya seseorang pastinya akan berkata bohong, tidak akan mengatakannya kecuali untuk membuat orang-orang tertawa, maksudnya tertawa dengan perkataannya, atau maksudnya adalah kata-kata yang sia-sia, adapun yang dikecualikan sebagian dari yang lebih umum adalah umumnya tujuan, orang tersebut mengikuti hawa nafsu, maksudnya akan terjerumus dalam neraka Jahannam sebab perkataan bohong tersebut lebih dalam, maksudnya jatuh lebih jauh dan lebih dalam dari antara langit dan bumi, dalam satu kitab tertulis: lebih jauh dari antara langit dan bumi, dan dikatakan juga: artinya dengan berbohong membuat lebih jauh dari kebaikan dan rahmat dengan jarak lebih jauh dari antara langit dan bumi, dan sesungguhnya seorang hamba, maksudnya jenis hamba, maka tidak bisa dipungkiri bahwa sesungguhnya ma'rifat ketika disediakan maka akan menjadi bentuk semula, maka pikirkanlah, (maka akan tergelincir): dengan harkat fathah lam dan ya' serta kasroh za' juga tasydid lam, maksudnya: akan terpeleset, tersandung dan salah berpijak dari mulutnya, maksudnya: dari sisi lisannya juga dari sisi hatinya, dan dengan sebab itu akan lebih tergelincir, maksudnya tergelincir lebih kuat serta lebih banyak dari tergelincirnya kaki, artinya: bahwa timbulnya kebohongan dan semisalnya dari lisan seorang hamba lebih bahaya dari jatuhnya dia dari kaki atas wajahnya, maka sesungguhnya bahaya badan lebih ringan dari bahaya yang bersifat agama.


وسائل الوصول إلى شمائل الرسول، الجزء ١ الصحفة ٢٣٠


[مزاح رسول الله ] وأمّا مزاح رسول الله صلّى الله عليه وسلّم: فقد كان صلّى الله عليه وسلّم يمزح مع النّساء والصّبيان وغيرهم، ولا يقول إلّا حقّا. الى ان قال- وعن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه قال: قالوا: يا رسول الله؛ إنّك تداعبنا، فقال: «نعم، غير أنّي لا أقول إلّا حقّا» وعن أنس رضي الله تعالى عنه: أنّ رجلا استحمل رسول الله صلّى الله عليه وسلّم، فقال: «إنّي حاملك على ولد ناقة» ، فقال: يا رسول الله؛ ما أصنع بولد النّاقة؟! فقال: «وهل تلد الإبل إلّا النّوق ؟  الى ان قال- وعن الحسن رضي الله تعالى عنه قال: أتت عجوز «٤» النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم فقالت: يا رسول الله؛ ادع الله أن يدخلني الجنّة، فقال: «يا أمّ فلان؛ إنّ الجنّة لا يدخلها عجوز»  قال: فولّت تبكي، فقال: «أخبروها أنّها لا تدخلها وهي عجوز  إنّ الله تعالى يقول: إِنَّا أَنْشَأْناهُنَّ إِنْشاءً. فَجَعَلْناهُنَّ أَبْكاراً. عُرُباً أَتْراباً» [الواقعة: ٣٥- ٣٧]٠


Artinya: Candaan Rosululloh SAW. 
Adapun candaan Rosululloh SAW, maka sungguh beliau pernah bercanda bersama para istrinya dan anak kecil juga lainnya, dan beliau tidak pernah berkata (dalam candaan) kecuali sesuatu yang nyata/benar. sampai pada perkataan. Datangnya hadis dari Abu Hurairah ra, beliau berkata. Para sahabat berkata: Wahai Rosulullah sesungguhnya anda telah menggoda kami, beliau berkata: iya, akan tetapi saya tidak pernah berkata kecuali hal yang nyata/haq. Dan datangnya hadis dari sahabat Anas ra, sesungguh ada seorang laki-laki meminta diajak kepada Rosululloh SAW, maka beliau berkata: aku akan membawamu di atas anak unta, maka lelaki tersebut berkata: wahai Rosulullah. Apa yg akan aku lakukan terhadap anak unta? Maka beliau berkata: tidakkah unta dewasa melahirkan kecuali anak unta ? Sampai perkataan. Dan datangnya hadis dari hasan ra, beliau berkata, telah menghadap seorang nenek tua kepada Rosululloh SAW. maka nenek tersebut berkata: wahai Rosulullah, berdoalah kepada Allah agar aku dimasukkan ke dalam surga, maka beliau berkata: wahai ibunya fulan, sesungguhnya surga tidak akan dimasuki oleh orang yang sudah tua, berkata Hasan ra, maka nenek tersebut berpaling sambil menangis, maka Rasulullah berkata: kalian katakanlah padanya bahwa dia tidak akan masuk surga dalam kondisi fisik yang sudah tua, sesungguhnya Allah berfirman: kami meciptakan mereka (bidadari) secara langsung, lalu kami jadikan mereka gadis-gadis. (QS. al Waqi'ah ayat 35-36)


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

PENANYA

Nama : Rozi
Alamat : Proppo Pamekasan Madura
__________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

PENASEHAT :

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung Jember Jawa Timur)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Perumus : Ust. Arif Mustaqim (Sumbergempol Tulungagung Jawa Timur), KH. Abdurrohim (Maospati Magetan Jawa Timur)
Muharrir : Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari Jember Jawa Timur)
Editor : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Ahmad Marzuki (Cikole Sukabumi Jawa Barat),
________________________________________

Keterangan :

1) Pengurus, adalah orang yang bertanggung jawab atas grup ini secara umum

2) Tim Ahli, adalah orang yang bertugas atas berjalannya grup ini

3) Bagi para anggota grup yang memiliki pertanyaan diharuskan untuk menyetorkan soal kepada kordinator soal dengan via japri. Ya'ni tidak diperkenankan nge-share soal di grup secara langsung.

4) Setiap anggota grup boleh usul atau menjawab walaupun tidak bereferensi, namun tetap keputusan berdasarkan jawaban yang berreferensi.

5) Dilarang memposting iklan / video / kalam-kalam hikmah / gambar yang tidak berkaitan dengan pertanyaan. Sebab, akan mengganggu akan berjalannya tanya jawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?