Hukum Imsak (Menahan dari Makan dan Minum) Bagi Wanita Yang Udzur

HASIL KAJIAN BM NUSANTARA
(Tanya Jawab Hukum Online)

السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Badriyah (nama samaran) ketika awal bulan Ramadhan, dia tidak bisa berpuasa karena datang bulan. Meskipun begitu, dia tidak makan dan minum mulai imsak sampai terbenamnya matahari, hal ini ia lakukan demi menghormati bulan ramadhan. Kemudian setelah memasuki hari ke 4 puasa, dia sudah bisa berpuasa.

PERTANYAAN:

Apakah Badriyah yang sedang datang bulan (haidl) mempunyai kesunnahan untuk imsak dari makan dan minum demi menghormati bulan Ramadhan? 

JAWABAN:

Tidak mempunyai kesunahan, kecuali darahnya terputus (mampet) dipertengahan hari (siang hari) dan bahkan haram hukumnya dia imsak apabila disertai niat berpuasa di malam harinya. 

REFERENSI:

نهاية الزين، الجزء ١ الصحفة ١٩١

وَاعْلَم أَن الْإِفْطَار فِي رَمَضَان أَرْبَعَة أَنْوَاع : مُوجب للْقَضَاء فَقَط, وَهُوَ الْحَائِض وَالنُّفَسَاء . وَالْفطر فيهمَا وَاجِب ، وَيحرم عَلَيْهِمَا الصَّوْم ، وَلَا يَصح مِنْهُمَا ۔ وَلَا يسن لَهما الْإِمْسَاك إِلَّا إِذا انْقَطع الدَّم فِي أثْنَاء يَوْم . فَيسنّ إمْسَاك بَاقِي ذَلِك الْيَوْم

Ketahuilah bahwa tidak berpuasa di bulan Ramadan ada empat macam : Perkara-perkara yang hanya mewajibkan qadha saja. Yaitu wanita yang sedang menjalani haid dan wanita yang sedang menjalani nifas. Tidak berpuasa bagi keduanya adalah wajib, sehingga berpuasa bagi keduanya hukumnya harom dan tidak sah. Adapun hukum imsak (menahan diri dari yang membatalkan puasa padahal dihukumi tidak puasa) bagi keduanya tidaklah disunnahkan, kecuali jika darah haid atau darah nifasnya berhenti di pertengahan siang hari puasa, maka disunnahkan bagi keduanya untuk imsak sampai waktu berbuka.


تحفة المحتاج في شرح المنهاج، الجزء ١٣ الصحفة ٣٧٣

يَحْرُمُ كَمَا فِي الْأَنْوَارِ عَلَى حَائِضٍ وَنُفَسَاءَ الْإِمْسَاكُ أَيْ : بِنِيَّةِ الصَّوْمِ فَلَا يَجِبُ عَلَيْهِمَا تَعَاطِي مُفْطِرٍ وَكَذَا فِي نَحْوِ الْعِيدِ خِلَافًا لِمَنْ أَوْجَبَهُ فِيهِ وَذَلِكَ اكْتِفَاءً بِعَدَمِ النِّيَّةِ 

Haram imsak (menahan dari yang membatalkan puasa) bagi orang yang sedang haidl dan nifas seperti keterangan dalam kitab anwar, yaitu dengan berniat puasa. Maka tidak wajib bagi keduanya untuk mempraktikkan sesuatu yang membatalkan puasa. Dan demikian di dalam seumpama hari raya, berbeda bagi seorang yang mewajibkan imsak baginya. Dan itu dianggap cukup sebab tidak adanya niat. 


موسوعة الفقه الإسلامي، الجزء ٢٧ الصحفة ١١٤

فقد أجمعوا على أن الإمساك لا يجب على الحائض والنفساء والمريض والمسافر حال قيام الحيض والنفاس والمرض والسفر. وهل تأكل الحائض والنفساء سرا أو جهرا؟. قيل سرا. وقيل: جهرا ولا يجب عليها التشبه بالصائم حال قيام العذر، لأن صومها حرام والتشبه بالحرام حرام

Sungguh para ulama' sepakat bahwasanya imsak (menahan dari yang membatalkan puasa) tidak wajib bagi orang sedang haidl, nifas, sakit, dan sedang bepergian. Dan apakah orang haidl dan nifas boleh makan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan?, ada yang berpendapat (boleh makan) secara sembunyi-sembunyi, dan ada yang berpendapat (boleh makan) secara terang-terangan. Dan tidak wajib baginya menyerupai orang yang berpuasa di saat adanya udzur, karena puasanya orang uang yang udzur (haidl dan nifas) adalah haram, sedangkan menyerupai terhadap yang haram adalah haram. 


تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي، الجزء ٣ الصحفة ٤١٤

وَيَحْرُمُ كَمَا فِي الْأَنْوَارِ عَلَى حَائِضٍ وَنُفَسَاءَ الْإِمْسَاكُ أَيْ: بِنِيَّةِ الصَّوْمِ فَلَا يَجِبُ عَلَيْهِمَا تَعَاطِي مُفْطِرٍ -الى ان قال- وَلَوْ أَمْسَكَتْ لَا بِنِيَّةِ الصَّوْمِ لَمْ تَأْثَمْ وَإِنَّمَا تَأْثَمُ إذَا نَوَتْهُ وَإِنْ كَانَ لَا يَنْعَقِدُ انْتَهَى اهـ 

Di haromkan bagi wanita yang haid dan nifas untuk melakukan imsak, (sebagaimana penjelasan di dalam kitab Al Anwar) apabila imsaknya dengan niat puasa. Dan juga tidak wajib bagi keduanya untuk mengerjakan perkara yang membatalkan puasa. Dan jika si wanita yang haid atau nifas tersebut melakukan imsak tanpa diiringi niat untuk puasa, maka ia tidak berdosa. Karena munculnya dosa hanyalah ketika ia melakukan imsak dengan niat melakukan puasa, walaupun hukim puasanya tidak sah.


أسنى المطالب في شرح روض الطالب، الجزء ١ الصحفة ٤٢٤

وَلَا يَلْزَمُهَا) أَيْ الْحَائِضَ (الْإِمْسَاكُ لِانْقِطَاعِ الْحَيْضِ) فِي أَثْنَاءِ النَّهَارِ لِمَا مَرَّ فِيمَا إذَا أَفَاقَ الْمَجْنُونُ وَمِثْلُهَا النُّفَسَاءُ كَمَا صَرَّحَ بِهَا الْأَصْلُ

Dan tidak wajib bagi wanita yang haid untuk meninggalkan perkara-perkara yang membatalkan puasa ketika darah haidnya sudah berhenti di pertengahan hari, karena alasan yang telah lewat mengenai orang gila yang sadar di siang hari. Kemudian wanita yang nifas sama hukumnya dengan wanita haid di dalam permasalahan di atas, sebagian dijelaskan oleh kitab asal (yakni kitab Roudhoh).


والله أعلم بالصواب

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

PENANYA

Nama : Farida
Alamat : Blimbing, Malang, Jawa Timur
__________________________________

MUSYAWWIRIN

Anggota Grup BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

PENASIHAT

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep, Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang, Malang, Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung, Jember, Jawa Timur)

PENGURUS

Ketua: Ustadz Suhaimi Qusyairi (Ketapang, Sampang, Madura)
Wakil: Ustadz Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari, Jember, Jawa Timur)
Sekretaris: Ustadz Moh. Kholil Abdul Karim (Karas, Magetan, Jawa Timur)
Bendahara: Ustadz Syihabuddin (Balung, Jember, Jawa Timur)

TIM AHLI

Kordinator Soal: Ustadz Qomaruddin (Umbul Sari, Jember, Jawa Timur), Ustadz Faisol Umar Rozi (Proppo, Pamekasan, Madura) 
Deskripsi Masalah: Ustadz Taufik Hidayat (Pegantenan, Pamekasan, Madura)
Moderator: Ustadz Hosiyanto Ilyas (Jrengik, Sampang, Madura)
Perumus: Ustadz Taufik Hidayat (Pegantenan, Pamekasan, Madura) 
Muharrir: Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari, Jember, Jawa Timur), K.H. Abdurrohim (Maospati, Magetan, Jawa Timur)
Editor: Ustadz Taufik Hidayat (Pegantenan, Pamekasan, Madura), Ustadzah Nuurul Jannah (Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah) 
Terjemah Ibarot : Ustadz Rahmatullah Metuwah (Babul Rahmah, Aceh Tenggara, Aceh),

________________________________________

Keterangan:

1) Pengurus adalah orang yang bertanggung jawab atas grup ini secara umum.

2) Tim ahli adalah orang yang bertugas atas berjalannya grup ini.

3) Bagi para anggota grup yang memiliki pertanyaan diharuskan untuk menyetorkan soal kepada koordinator soal dengan via japri, yakni tidak diperkenankan -sharing- soal di grup secara langsung.

4) Setiap anggota grup boleh usul atau menjawab walaupun tidak berreferensi. Namun, keputusan tetap berdasarkan jawaban yang berreferensi.

5) Dilarang -posting- iklan/video/kalam-kalam hikmah/gambar yang tidak berkaitan dengan pertanyaan, sebab akan mengganggu berjalannya diskusi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?