Syarat Sah Puasa bagi Perempuan

HASIL KAJIAN BM NUSANTARA
(Tanya Jawab Hukum Online)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Badriah (nama samaran) dia memang sejak masih kecil puasa Ramadhan penuh, meskipun dia masih belum kena taklif (belum punya kewajiban puasa Ramadhan karena dia masih belum balighah), kemudian suatu ketika dia menjalani puasa ramadhan dan dipertengahan puasa dia mengeluarkan darah haidl, tapi dia melanjutkan puasanya sampai masuk waktu berbuka. Esok harinya dia masih berpuasa sampai maghrib, padahal darah masih saja tetap keluar, sehingga ibunya menyuruh badriah untuk berhenti berpuasa karena orang haid itu tidak boleh puasa, tapi badriah membantah ingin puasa terus dan dia bertanya kepada sang ibu alasan kenapa kalau orang haid itu tidak boleh berpuasa.

PERTANYAAN:

Apakah syarat puasa itu harus suci dari hadats besar seperti haidl atau nifas seperti halnya sholat?

JAWABAN:

Suci dari hadas besar bukan merupakan syarat sah puasa, adapun yang menjadi syarat sah puasa bagi seorang wanita di antaranya adalah naqo' (bersih) dari darah haid dan nifas. 

REFERENSI :

سفينة النجاة، الصحفة ٣٨

فصل في شروط صحة الصوم٠ شروط صحته اربعة اشياء اسلام وعقل و نقاء من نحو حيض وعلم بكون الوقتقابلا للصوم

Artinya : Pasal menjelaskan syarat sah sah puasa. Adapun syarat sah puasa ada empat, yaitu : Islam, berakal, suci dari semisal haid, mengetahui bahwa waktu tersebut sah digunakan untuk berpuasa.


قوت الحبيب الغريب، الصحفة ١٧٦

وشروط صحة الصوم الإسلام في الحال والتمييز والنقاء من الحيض والنفاس وقبول الوقت للصوم

Artinya : Syarat sah puasa adalah : islam pada saat puasa, sudah mumayyiz (sudah bisa makan minum sendiri, ke toilet sendiri dan semisalnya), bersih dari haid dan nifas, dan hari atau waktu yang sah untuk berpuasa.



تقريرات السديدة، الصحفة ٤٣٨

النقاء من الحيض والنفاس، فيشترط أن تكون المرأة طاهرة جميع النهار، فلو حاضت في آخر لحظة من النهار بطل صومها، وكذلك لو طهرتأثناءه ولكن يسن لها الإمساك 

Artinya : Bersih dari haid dan nifas. Maka disyaratkan bagi perempuan harus bersih dalam selama siang hari sampai maghrib, sehingga seumpama dia haid di bagian akhir dari siang hari, maka batallah puasanya. Begitu juga seumpama dia bersih dari haid di siang hari. (Yakni tidak sah baginya untuk berpuasa) akan tetapi disunnahkan baginya untuk tidak makan dan minum sampai maghrib.


مغني المحتاج، الجزء ١ الصحفة ١٠٩

 قال الإمام: وكون الصوم لا يصح منها لا يدرك معناه، لأن الطهارة ليست مشروطة فيه. وهل وجب عليها ثم سقط أو لم يجب أصلا وإنما يجب القضاء بأمر جديد؟ وجهان، أصحهما الثاني


Artinya : Imam Haramain berkata : "Puasa perempuan yang sedang haid tidak sah, itu tidak ditemukan poin alasannya (secara logika ), karena suci (secara umum) bukan merupakan syarat sah dalam puasa. 
Dan apakah puasa sebenarnya awalnya wajib baginya, lalu kemudian gugur ? ataukah memang puasa tidak wajib baginya dari sejak awal ? Sedangkan kewajiban qodlo itu karena ada perintah baru ? Dalam hal ini ada 2 (dua) pendapat. Pendapat ashab yang diunggulkan adalah pendapat yang kedua.



الحاوي الكبير في فقه مذهب الإمام الشافعي، الجزء ٣ الصحفة ٤١٥

مَسْأَلَةٌ : قَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : "وَمَنْ أَصْبَحَ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ أَوِ احْتِلَامٍ اغْتَسَلَ وَأَتَمَّ صَوْمَهُ ؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ ثَمَّ يَصُومُ"٠

Artinya : Masalah : mam Syafi'i berkata : " Barang siapa di pagi hari masih dalam kondisi junub, baik sebab jima' maupun mimpi basah, maka dia harus mandi dan tetap menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya Baginda Nabi saw pernah di saat subuh masih dalam kondisi junub akibat jima' (di malam hari), kemudian beliau tetap berpuasa. 

قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ : أَمَّا مَنْ يُصْبِحُ جُنُبًا مِنَ احْتِلَامٍ فَهُوَ عَلَى صَوْمِهِ إِجْمَاعًا ، وَكَذَلِكَ لَوِ احْتَلَمَ نَهَارًا كَانَ عَلَى صَوْمِهِ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ ، فَأَمَّا مَنْ أَصْبَحَ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ كَانَ فِي اللَّيْلِ ، فَعِنْدَ جَمَاعَةِ الْفُقَهَاءِ أَنَّهُ عَلَى صَوْمِهِ يَغْتَسِلُ وَيُجْزِئُهُ

Imam al-Mawardi berkata : "Adapun orang yang masih dalam kondisi junub di saat memasuki waktu subuh disebabkan mimpi basah semalam, maka dia tetap terus berpuasa menurut ijma' ulama". Begitu juga jika dia mimpi basah di siang hari, maka dia tetap melanjutkan puasanya menurut kesepakatan ulama. Adapun orang yang di waktu subuh masih dalam kondisi junub akibat jima tadi malam, maka menurut segolongan ulama ahli fiqih dia tetap berpuasa dan wajib mandi besar dan hal itu mencukupi baginya (artinya puasa nya sah). 



المجموع شرح المهذب، الجزء ٦ الصحفة ٣٢٨

الْمَسْأَلَةُ الْخَامِسَةُ) إذَا جَامَعَ فِي اللَّيْلِ وَأَصْبَحَ وَهُوَ جُنُبٌ صَحَّ صَوْمُهُ بِلَا خِلَافٍ عِنْدَنَا ، وَكَذَا لَوْ انْقَطَعَ دَمُ الْحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ فِي اللَّيْلِ فَنَوَتَا صَوْمَ الْغَدِ وَلَمْ يَغْتَسِلَا صَحَّ صَوْمُهُمَا بِلَا خِلَافٍ عِنْدَنَا ، وَبِهِ قَالَ جُمْهُورُ الْعُلَمَاءِ مِنْ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ

Artinya : Masalah ke-lima. Apabila seorang berjima di malam hari dan masih dalam kondisi junub di saat memasuki waktu subuh, maka puasanya tetap sah, tanpa ada perbedaan pendapat dikalangan ulama madzhab Syafi'i. Begitu juga tetap sah puasanya jika ada seorang wanita yang sedang haid atau menjalani nifas, tiba-tiba darah haid ataupun nifasnya berhenti di malam hari, kemudian dia niat puasa untuk esok hari, dan keduanya belum mandi besar. Maka puasa keduanya juga tetap sah tanpa ada perbedaan pendapat dikalangan madzhab Syafi'i. Pendapat di atas juga merupakan pendapat mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabi'in dan generasi berikutnya. 



والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


PENANYA:

Nama : Syamsiyah
Alamat : Sungai Kakap, Kubu Raya, Pontianak, Kalimantan Barat
__________________________________

MUSYAWWIRIN

Anggota Grup BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

PENASIHAT

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep, Madura)

PENGURUS

Ketua: Ustadz Suhaimi Qusyairi (Ketapang, Sampang, Madura)
Wakil: Ustadz Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari, Jember, Jawa Timur)
Sekretaris: Ustadz Moh. Kholil Abdul Karim (Karas, Magetan, Jawa Timur)
Bendahara: Ustadz Supandi (Pegantenan, Pamekasan, Madura)

TIM AHLI

Kordinator Soal: Ustadz Qomaruddin (Umbul Sari, Jember, Jawa Timur), Ustadz Faisol Umar Rozi (Proppo, Pamekasan, Madura) 
Deskripsi Masalah: Ustadz Taufik Hidayat (Pegantenan, Pamekasan, Madura)
Moderator: Ustadz Hosiyanto Ilyas (Jrengik, Sampang, Madura)
Perumus: Ustadz Taufik Hidayat (Pegantenan, Pamekasan, Madura)
Muharrir: Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari, Jember, Jawa Timur), K.H. Abdurrohim (Maospati, Magetan, Jawa Timur)
Editor: Ustadz Taufik Hidayat (Pegantenan, Pamekasan, Madura), Ustadzah Nuurul Jannah (Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah) 
Terjemah Ibarot : Gus Robbit Subhan (Balung, Jember, Jawa Timur), Ustadzah Lusy Windari (Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah)
Mushohhih terjemahan : K.H. Abdurrohim (Maospati, Magetan, Jawa Timur)

________________________________________

Keterangan:

1) Pengurus adalah orang yang bertanggung jawab atas grup ini secara umum.

2) Tim ahli adalah orang yang bertugas atas berjalannya grup ini.

3) Bagi para anggota grup yang memiliki pertanyaan diharuskan untuk menyetorkan soal kepada koordinator soal dengan via japri, yakni tidak diperkenankan -sharing- soal di grup secara langsung.

4) Setiap anggota grup boleh usul atau menjawab walaupun tidak berreferensi. Namun, keputusan tetap berdasarkan jawaban yang berreferensi.

5) Dilarang -posting- iklan/video/kalam-kalam hikmah/gambar yang tidak berkaitan dengan pertanyaan, sebab akan mengganggu berjalannya diskusi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?