Hukum Drumben, Haramkah ?


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 DESKRIPSI:

Setiap akhirussanah di berbagai Lembaga Pendidikan Islam terutama di Pesantren diadakannya yang namanya Haflah atau di acara lain seperti Walimahan. Terkadang saat acara seperti Haflah atau Walimahan juga disajikan sebuah hiburan Drumben. Drumben, disebut juga orkes barisan (bahasa Inggris: drum band, marching band) adalah sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan menggunakan sejumlah kombinasi alat musik (tiup, perkusi, dan sejumlah instrumen pit) secara bersama-sama.

Penampilan drumben merupakan kombinasi dari permainan musik (tiup, dan perkusi) serta aksi baris-berbaris dari pemainnya. Umumnya, penampilan Drumben dipimpin oleh satu atau dua orang Komandan Lapangan dan dilakukan baik di lapangan terbuka maupun lapangan tertutup dalam barisan yang membentuk formasi dengan pola yang senantiasa berubah-ubah sesuai dengan alur koreografi terhadap lagu yang dimainkan, dan diiringi pula dengan aksi tarian yang dilakukan oleh sejumlah pemain bendera.

Drumben anggotanya ada yang Perempuan, seperti Mayoretnya (Mayoret merupakan seseorang yang melakukan aksi tari, atau gerakan dalam suatu penampilan parade Drumband dengan menggunakan sebuah tongkat mayoret yang disebut dengan baton). Ketika sedang menabuh mayoretnya berjoget sambil memutar tongkatnya, bahkan disitu ada fenomena yang namanya saweran.

PERTANYAAN:

Bagaimana hukum Group Drumben memainkan satu atau beberapa lagu dengan menggunakan sejumlah kombinasi alat musik (tiup, perkusi, dan sejumlah instrumen pit) secara bersama-sama ?

JAWABAN:

Boleh memainkan Drumben seperti deskripsi di atas (menggunakan sejumlah kombinasi alat musik tiup, perkusi, dan instrumen pit secara bersama-sama) apabila alat-alat musik tersebut tidak diharamkan untuk dimainkan oleh Mayoritas Ulama' dan niatnya baik, seperti supaya Masyarakat tahu bahwa akan dilaksanakannya pengajian pada tempat Drumben diadakan.

Adapun apabila kebisingan atau kegaduhan dari Drumben dapat menyusahkan atau menyakiti (terutama terhadap orang yang sedang sakit), maka hukumnya haram.

REFERENSI:
 
البيان لما يشغل الاذهان، الجزء ١ الصحفة ٣٦٥-٣٦٨

وقال الغزالي أيضا ؛ « إن الآلة إذا كانت من شعار أهل الشرب، أو الخنين، وهي ؛ المزامير، والأوتار، وطبل الكوبة فهذه ثلاثة أنواع ممنوعة، وما عدا ذلك يبقى على اصل الإباحة كالدف وإن كان فيه الجلاجل، وكالطبل، والشاهين، والضرب بالقضيب، وسائر الآلات »

Artinya : Imam Al-Ghazali juga mengatakan; “Sesungguhnya apabila alat musik itu termasuk salah satu simbol dari orang-orang yang suka mabuk atau suka berbuat dzolim, contohnya seperti seruling, gitar, dan kendang. Maka alat-alat ini merupakan tiga jenis alat yang dilarang, dan adapun alat musik yang lainnya tetap pada prinsip kebolehan, seperti rebana, meskipun menimbulkan suara yang bergema/bergaung dan begitu juga seperti Genderang, syahin (bersuara melengking seperti burung elang), (bunyi) pemukulan dengan tongkat, maupun alat-alat lainnya.”

وكذلك سلطان العلماء العز بن عبد السلام نقل عنه أن الغناء بالآلات وبدونها قد يكون سبيلا لصلاح القلوب فقال ؛ « الطريق في صلاح القلوب يكون بأسباب من خارج ، فيكون بالقرآن، وهؤلاء أفضل أهل السماع، ويكون بالوعظ والتذكير، ويكون بالحداء والنشيد، ويكون بالغناء بالآلات، المختلف في سماعها، كالشبابات، فإن كان السامع لهذه الآلات مستحلا سماع ذلك، فهو محسن بسماع ما يحصل له من الأحوال، وتارك للورع لسماعه ما اختلف في جواز سماعه»٠ 

Demikian pula Sultan para Ulama', Al-Izz bin Abd al-Salam, menuqil dari Imam Al-Ghazali bahwa sesungguhnya menyanyi baik dengan alat musik ataupun tanpa alat musik terkadang hal itu dapat menjadi cara / metode untuk memperbaiki kondisi hati. Kemudian beliau berkata “metode memperbaiki kondisi hati terkadang dengan menggunakan faktor eksternal (sebab dari luar) diantaranya ; Ada yang menggunakan metode mendengarkan Al-Qur’an, mereka yang menggunakan metode ini merupakan golongan terbaik dari orang-orang ahli sima'. Ada juga yang dengan mendengarkan nasehat dan peringatan. Ada yang dengan mendengarkan nyanyian dan lagu.  Ada juga yang dengan bernyanyi dengan menggunakan alat musik yang hukum mendengarkannya masih diperdebatkan, sebagaimana mendengarkan suara para wanita. Jika orang yang mendengar alat-alat ini berpendapat bahwa mendengarkannya itu boleh, maka dia baik-baik saja kondisi hatinya baik ketika dia mendengarkannya, namun meninggalkan mendengar perkara yang masih diperdebatkan hukum kebolehannya itu termasuk sikap yang waro'.

ونقل القرطبي في الجامع لأحكام القرآن » قول القشيري : « ضرب بین يدي النبي يوم دخل المدينة ، فهم أبو بكر بالزجر، فقال رسول الله ؛ « دعهن یا ابا بکر حتى تعلم اليهود أن ديننا فسيح ) فكن يضربن ويقلن ؛ نحن بنات النجار ، حبذا محمد من جار٠

Dalam kitab Al-Jami' Li ahkam Al-Qur'an” Imam Qurtubi menukil perkataan Imam Al-Qusyairi: “Saat Nabi di hari Nabi Muhammad masuk Madinah, maka beliau disambut dengan tetabuhan, lalu Abu Bakar bermaksud mencegah mereka, maka Rasulullah bersabda: “Biarkan para Wanita itu wahai Abu Bakar, biar orang-orang Yahudi tahu bahwa Agama kita itu luas / mudah”. Maka para Wanita itupun menabuh bebunyian mereka seraya berucap (menyanyi) ; Kami adalah para wanita keturunan Bani Najjar, kami lebih memilih Muhammad sebagai tetangga.

ثم قال القرطبي ؛ وقد قيل إن الطبل في النكاح کالدف، وكذلك الآلات المشهرة للنكاح يجوز استعمالها فيه بما يحسن من الكلام ولم يكن فيه رفث

Kemudian Al-Qurthubi berkata: Dikatakan bahwa genderang dalam perkawinan itu seperti rebana, dan juga alat-alat musik yang dikenal untuk perkawinan, diperbolehkan menggunakannya dengan cara menggunakan perkataan yang baik dan tidak mengandung kejelekan.

وقال ابن حزم : « أن رسول الله قال : (إنما الأعمال بالنيات، ولكل امرىء ما نوی)، فمن نوى استماع الغناء عونا على معصية الله تعالى؛ فهر فاسق، وكذلك كل شيء غير الغناء ومن نوی به ترويح نفسه ليقوي بذلك على طاعة الله عز وجل وينشط نفسه بذلك على البر، فهو مطيع محسن وفعله هذا من الحق، ومن لم ينو طاعة ولا معصية فهو لغو معفو عنه، كخروج الإنسان إلى بستانه متنزها وقعوده على باب داره متفرجا)٠

Ibn Hazm berkata: “Rasulullah bersabda: (setiap perbuatan tergantung niatnya, dan setiap orang memiliki apa yang dia niatkan), jadi barangsiapa yang berniat mendengarkan nyanyian dengan bertujuan untuk membantu dalam bermaksiat kepada Allah SWT; Maka Dia termasuk orang yang fasik, dan begitu juga segala sesuatu selain bernyanyi. Dan barangsiapa berniat menghibur dirinya sendiri untuk memperkuat ketaatannya kepada Allah SWT dan menumbuhkan semangat dirinya untuk melakukan suatu kebaikan, maka dia termasuk orang yang taat dan baik, dan melakukan hal seperti ini merupakan suatu hal yang benar. Dan barang siapa yang melakukan hal itu tidak berniat taat namun juga tidak berniat maksiat maka ini termasuk pekerjaan yang tersia-sia yang dimaafkan, hukumnya seperti seseorang keluar ke taman untuk menjernihkan pikirannya atau duduk di depan pintu rumahnya agar pikirannya longgar (fres).

ولهذا نرى جواز الغناء ، سواء كان مصحوبا بالموسيقى، أو لا، بشرط ألا يدعو إلى معصية أو تتنافى معانيه مع معاني الشرع الشريف، غير أن استدامته والإكثار منه يخرجه من حد الإباحة، إلى حد الكراهة، وربما إلى حد الحرمة، والله تعالى أعلى وأعلم

Itulah sebabnya kita melihat kebolehan bernyanyi, baik yang disertai musik ataupun tidak, dengan syarat tidak mengarah kepada kemaksiatan atau maknanya bertentangan dengan makna syariat yang mulia. Akan tetapi terus menerus dan seringnya dia melakukan hal itu, dapat mengeluarkannya dari batas hukum kebolehan ke batas yang dimakruhkan, bahkan bisa mengarah kepada keharaman. 


بغية المسترشدين، الجزء ١ صفحة ١٣٣

مسألة : ك : لا يكره في المسجد الجهر بالذكر بأنواعه، ومنه قراءة القرآن إلا إن شوّش على مصلّ أو أذى نائماً ، بل إن كثر التأذي حرم فيمنع منه حينئذ

Artinya : Imam Abdurrahman Ibnu Muchammad Ibnu Husain Ibnu ‘Amr Ba’alawi didalam kitabnya Bughyah Al Mustarsyidin menyatakan bahwa tidak dimakruhkan mengeraskan suara dalam berdzikir dengan segala jenisnya didalam Masjid. Diantaranya adalah membaca Al Qur’an. Kecuali jika mengganggu terhadap orang yang sedang melaksanakan s8halat atau menyakiti terhadap orang yang sedang tidur. Bahkan jika sering menyakiti, maka hukumnya adalah haram dan dilarang. 


الفقه على المذاهب الأربعة، الجزء ١ الصحفة . ٣٢٦

الشافعية قالوا : يكره رفع الصوت بالذكر في المسجد إن هوش على مصل أو مدرس أو قارئ أو مطالع أو نائم لا يسن إيقاظه وإلا فلا كراهة أما رفع الصوت بالكلام فإن كان بما لا يحل كمطالعة الأحاديث الموضوعة ونحوها فإنه يحرم مطلقا . وإن كان بما يحل لم يكره إلا إذا ترتب عليه تهويش ونحوه

Artinya : Kalangan madzhab Syafi'i yang menyatakan bahwa makruh mengeraskan suara dengan berdzikir di dalam Masjid jika mengganggu terhadap orang yang sedang melaksanakan sholat atau orang yang sedang mengajar atau orang yang sedang membaca Al-Qur'an atau orang yang sedang menelaah atau orang yang sedang tidur yang tidak dianjurkan untuk membangunkannya. Namun jika dianjurkan untuk membangunkannya, maka hukumnya tidak makruh. Adapun mengeraskan suara dengan ucapan, jika ucapan tersebut merupakan ucapan yang tidak halal seperti menelaah hadits-hadits palsu, maka hukum mengeraskannya adalah haram secara mutlak. Apabila ucapan tersebut adalah ucapan yang halal maka hal itu tidak dimakruhkan kecuali apabila berkonsekwensi menggangu dan semacamnya.


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA :

Nama: Ibrahim
Alamat: Tambelangan Sampang Madura
_______________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group Telegram Tanya Jawab Hukum. 

PENASEHAT :

Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Habib Abdurrahman Al-Khirid (Kota Sampang Madura)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Batu Licin Kalimantan Selatan)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Perumus + Muharrir : Ust. Mahmulul Huda (Bangsal Jember Jawa Timur)
Editor : Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan (Balung Jember Jawa Timur), Ust. Ibrahim (Tambelang Sampang Madura)

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :

https://t.me/joinchat/ER-KDnY2TDI7UInw 
________________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?