Hukum Penghasilan dari PSK (Pekerja Seks Komersial) ?


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Alicia (nama samaran) merupakan seorang janda muda yang ditinggal mati oleh suaminya. Untuk memenuhi hasrat birahinya dan memenuhi kebutuhan hidupnya, Alicia rela menjual dirinya sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial) kepada lelaki jalang atau hidung belang. Dengan profesinya yang baru ini, Dia bahkan bisa melayani (berzina) sampai 5 Lelaki perhari. Padahal hukuman bagi pelaku zina akan di rajam sampai mati apabila dia muhson.

PERTANYAAN:

Bagaimana hukum penghasilan dari PSK 

JAWABAN:

Hukum penghasilan sebagai PSK adalah haram karena cara mendapatkannya dengan jalan yang haram (PSK).

REFERENSI:

المهذب في فقه الإمام الشافعي، الجزء ٢ الصحفة ٢١

فصل: ولا يجوز مبايعة من يعلم أن جميع ماله حرام لما روى أبو مسعود البدري أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن حلوان الكاهن ومهر البغي وعن الزهري في امرأة زنت بمال عظيم قال لا يصلح لملاها أكله لأن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن مهر البغي

Artinya : Tidak boleh bertransaksi dengan orang yang diketahui seluruh hartanya haram karena ada hadist yang diriwayatkan oleh Abu Mas'ud Al-Badri sesungguhnya Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam melarang upah dukun dan upah pelacur. Imam az-Zuhri ditanya tentang wanita (hamba sahaya) yang berzina dan mendapat upah harta yang banyak beliau menjawab : bagi tuannya tidak boleh memakan harta (yang dihasilkan dari melacur) karena baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam melarang dari upah pelacur.


سبل السلام، الجزء ٣ الصحفة ٧

والثاني تحرم مهر البغي وهو ما تأخذه الزانية في مقابل الزنا، سماه مهر مجازا فهذا ما حرام، وللفقهاء تفاصيل في حكمه تعود إلى كيفية أخذه، والذي اختاره ابن القيم أنه في جميع كيفياته يجب التصدق به، ولا يرد إلى الدافع لأنه دفعه باختياره في مقابل عوض لا يمكن صاحب العوض استرجاعه فهو كسب خبيث يجب التصدق به ولا يعان صاحب المعصية بحصول غرضه ورجوع ماله

Artinya : Yang kedua ; diharamkan upah pelacur yaitu apa yang diambil oleh pelacur dari bayaran penzina dinamakan mahar sebagai majaz, maka ini perkara yang haram. Ulama' ahli fikih merincikan tentang hukumnya kembali kepada bagaimana cara mendapatkan (upah tersebut). Dan apa yang dipilih oleh Imam Ibnul Qayyim bahwasanya pada keseluruhan cara mendapatkannya maka wajib bershodaqoh dengannya (penghasilan tsb) dan tidak boleh dikembalikan kepada pembayar (konsumen yang menggunakan jasa pelacur) karena dia membayar sesuai keinginannya sebagai pembayaran yang mana pembayar tersebut tidak mungkin menarik kembali uang yang sudah dia bayarkan, maka bayaran tersebut merupakan pendapatan yang kotor yang wajib disedekahkan dengannya. Pelaku maksiat tidak boleh dibantu dengan terlaksana niat (maksiatnya) dan tidak boleh dikembalikan hartanya.


فتح الباري، الجزء ٤ الصحفة ٤٢٧

قوله: (ومهر البغي) هو ما تعطاها على الزنا، وسُمي مهرًا على سبيل المجاز وهو حرام؛ لأنه في مقابلة حرام، وفي حديث أبي هريرة نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن كسب الإماء، زاد أبو داود من حديث رافع بن خديج: نهى عن كسب الأمة حتى يعلم من أين هو

Artinya : Ungkapan : mahar pelacur yang dimaksud adalah apa yang diberikan kepada pelacur atas bayaran zina (yang dilakukan) dinamakan mahar dengan cara majaz (karena sama-sama pembayaran) yaitu hukumnya haram karena sebagai pembayaran haram dan di dalam hadist Abu Hurairah Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam melarang dari budak perempuan. Abu Daud menambahkan dari hadist rofi' bin khodij : Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam melarang dari mengambil hasil dari budak hingga tuannya mengetahui dari mana upah itu dihasilkan.


 نيل الأوطار، الجزء ٥ الصحفة ٣٤٠

قَوْلُهُ: (الْبَغِيِّ) بِفَتْحِ الْمُوَحَّدَةِ وَكَسْرِ الْمُعْجَمَةِ وَتَشْدِيدِ الْيَاءِ بِمَعْنَى فَاعِلَةٍ أَوْ مَفْعُولَةٍ وَهِيَ الزَّانِيَةُ وَمِنْهُ قَوْله تَعَالَى: {وَلا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِغَاءِ} [النور: 33] أَيْ: عَلَى الزِّنَا، وَأَصْلُ الْبَغْيِ الطَّلَبُ، غَيْرَ أَنَّهُ أَكْثَرُ مَا يُسْتَعْمَلُ فِي طَلَبِ الْفَسَادِ وَالزِّنَا، وَالْمُرَادُ مَا تَكْتَسِبُهُ الْأَمَةُ بِالْفُجُورِ لَا بِالصَّنَائِعِ الْجَائِزَةِ، وَقَدْ قَدَّمْنَا فِي أَوَّلِ كِتَابِ الْبَيْعِ أَنَّهُ مُجْمَعٌ عَلَى تَحْرِيمِ مَهْرِ الْبَغِيِّ

Artinya : Ungkapan Al-baghiyyi dengan fathah ba' dan dikasroh ghoinnya serta ya' yang ditasydid dengan makna (ikut wazan Fa'ilah atau Maf'ulah yaitu pelacur dan diantara rujukannya adalah firman Allah ta'ala: "Dan jangan engkau paksa hamba sahaya kalian untuk melakukan pelacuran". {An-Nur 33} untuk melakukan perzinahan. Asal Al-Baghiyyi adalah tuntutan hanya saja paling banyak digunakan untuk tuntutan kerusakan dan pelacuran. Yang dikehendaki adalah ongkos yang dihasilkan oleh hamba sahaya sebab perbuatan mesum bukan sebab pekerjaan yang diperbolehkan. Sungguh kami telah terdahulu menjelaskan di awal kitab jual beli bahwasanya disepakati (oleh para Ulama') tentang keharaman mahar pelacur.


الموسوعة الفقهية الكويتية، الجزء ٨ الصحفة ١٢٩

وَالْمُرَادُ بِمَهْرِ الْبَغِيِّ: مَا تُؤْجِرُ بِهِ الْمَرْأَةُ نَفْسَهَا عَلَى الزِّنَى، وَلاَ خِلاَفَ بَيْنَ الْعُلَمَاءِ فِي تَحْرِيمِهِ. وَتَفْصِيل بَقِيَّةِ الأَْحْكَامِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالْبِغَاءِ مَحَلُّهَا مُصْطَلَحُ: (زِنَى)٠

Artinya : Yang dikehendaki dengan mahar pelacur adalah ongkos yang diambil oleh pelacur terhadap pekerjaan zina yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan tidak ada perselisihan antar para Ulama' tentang keharamannya. Dan perincian lanjutan terhadap beberapa hukum yang berhubungan dengan pelacuran berlokasi pada kata kunci zina.


الموسوعة الفقهية الكويتية، الجزء ٢٤ الصحفة ٢٥٧

مَهْرُ الْبَغِيِّ ؛
٥ - مِنْ أَنْوَاعِ السُّحْتِ مَهْرُ الْبَغِيِّ، وَهُوَ مَا تَأْخُذُهُ الزَّانِيَةُ فِي مُقَابِل الزِّنَى، سُمِّيَ مَهْرًا مَجَازًا وَقَدِ اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى حُرْمَتِهِ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: شَرُّ الْمَكَاسِبِ ثَمَنُ الْكَلْبِ وَكَسْبُ الْحَجَّامِ وَمَهْرُ الْبَغِيِّ  وَقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مِنَ السُّحْتِ مَهْرُ الْبَغِيِّ  الْحَدِيثُ قَال ابْنُ الْقَيِّمِ: يَجِبُ التَّصَدُّقُ بِمَهْرِ الزَّانِيَةِ لأَِنَّهُ كَسْبٌ خَبِيثٌ وَلاَ يُرَدُّ إِلَى الدَّافِعِ، لأَِنَّهُ دَفَعَهُ بِاخْتِيَارِهِ فِي مُقَابِل عِوَضٍ لاَ يُمْكِنُ لِصَاحِبِهِ اسْتِرْجَاعُهُ، وَلِكَيْ لاَ يُعَانَ صَاحِبُ الْمَعْصِيَةِ بِحُصُول غَرَضِهِ وَرُجُوعِ مَالِهِ٠ وَالتَّفَاصِيل فِي مُصْطَلَحِ: (زِنًى، مَهْرٍ، أُجْرَةٍ)٠

Artinya : Mahar pelacur:
Termasuk macam dari penghasilan haram adalah mahar pelacur yaitu upah yang diambil oleh pelacur sebagai pembayaran dari pekerjaan zina yang dilakukan, dinamakan mahar sebagai majaz / kiasan. Para Ulama' sepakat tentang keharamannya karena ada sabda Baginda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam : "Paling buruknya penghasilan adalah harga anjing, ongkos dari membekam dan upah pelacur." Ibnu Qoyyum berkata; wajib menyedekahkan mahar pelacur karena ianya merupakan penghasilan yang buruk. Dan tidak boleh dikembalikan kepada pembayar (pasien yang menggunakan jasa pelacur), karena dia membayar sesuai keinginannya sebagai pembayaran yang mana pembayar tersebut tidak mungkin menarik kembali uang yang sudah dia bayarkan agar pelaku maksiat tidak merasa dibantu karena terlaksana niat (maksiatnya) dan tidak boleh dikembalikan hartanya.


الشرح النووي على مسلم، الجزء ١٠ الصحفة ٢٣١


أَمَّا مَهْرُ الْبَغِيِّ فهو ما تأخذه الزانية على الزنى وَسَمَّاهُ مَهْرًا لِكَوْنِهِ عَلَى صُورَتِهِ وَهُوَ حَرَامٌ بِإِجْمَاعِ الْمُسْلِمِينَ

Artinya : Adapun mahar pelacur adalah upah yang diambil oleh pelacur terhadap pembuatan zina (yang dilakukannya) dan dinamakan mahar karena ongkos itu sama bentuk pembayarannya yaitu haram hukumnya sesuai kesepakatan para Ulama'.


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

PENANYA:

Nama : Mujib
Alamat : Sekarbela Mataram NTB
____________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum

PENASEHAT :

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung Jember Jawa Timur)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Perumus : Ust. Arif Mustaqim (Sumbergempol Tulungagung Jawa Timur)
Muharrir : Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari Jember Jawa Timur)
Editor : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Terjemah Ibarot : Kyai Muntahal 'Ala Hasbullah (Giligenting Sumenep Madura)

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :

https://chat.whatsapp.com/ELcAfCdmm5AFXhPJdEPWT3 
____________________________________________

KETERANGAN:

1) Pengurus, adalah orang yang bertanggung jawab atas grup ini secara umum

2) Tim Ahli, adalah orang yang bertugas atas berjalannya grup ini

3) Bagi para anggota grup yang memiliki pertanyaan diharuskan untuk menyetorkan soal kepada kordinator soal dengan via japri. Ya'ni tidak diperkenankan nge-share soal di grup secara langsung.

4) Setiap anggota grup boleh usul atau menjawab walaupun tidak bereferensi, namun tetap keputusan berdasarkan jawaban yang bereferensi.

5) Dilarang memposting iklan / video / kalam2 hikmah / gambar yang tidak berkaitan dengan pertanyaan. Sebab, akan mengganggu akan berjalannya tanya jawab. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?