Hukum Pernikahan dengan Cara Menggugurkan Kandungan untuk Mempercepat Masa Iddah

HASIL KAJIAN BM NUSANTARA
(Tanya Jawab Hukum Online)

السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRISPI:

Kejadian Na’as menimpa seorang perempuan yang bernama Dona, saat dirinya hamil , Dono suaminya meninggal dunia, saat menjalani masa idah, Dona tak sengaja bertemu dengan Doni (mantan kekasihnya dulu), sebagai mantan, ia pun menceritakan kepada Doni kejadiaan-kejadian na’as yang menimpanya, termasuk soal ketidak harmonisan Dona dengan mertuanya sepeninggal Dono, singkat cerita Doni mencari akal supaya bisa menikahi Dona secepatnya, akhirnya Doni menyuruh Dona untuk menggugurkan kandungan-nya, supaya masa idahnya cepat habis lalu menikah, pucuk di cinta ulam pun tiba, karena masih ada “rasa cinta yang terpendam” di masa lalu dona-pun mengabulkan permintaan mantan kekasihnya, singkat cerita Dona menikah dengan Doni, dan hidupnya bahagia seperti di film-film.

PERTANYAAN:

Apakah pernikahan antara Dona dengan Doni sebagaimana kasus di atas sudah dianggap sah secara kaca mata fikih? 

JAWABAN:

Sah, karena iddahnya telah selesai dengan digugurkannya kandungan tersebut, kecuali masih dalam bentuk 'alaqah saat digugurkan, maka dalam hal ini Dona harus menjalani iddah wafat selama 4 bulan 10 hari (120 hari) sejak wafatnya suaminya. 

REFERENSI:

تفسير حدائق الروح والريحان في روابي علوم القرآن، الحزء ٢٩ الصحفة ٤٢٠

وقد صح أن سبيعية بنت الحارث ولدت بعد وفاة زوجها بليال، فذكرت ذلك لرسول الله ﷺ، فقال: «قد حللت فتزوجي» وقرأ الجمهور ﴿حَمْلَهُنَّ﴾ مفردًا، والضحاك: ﴿أحمالهن﴾ جمعًا -الى ان قال- وحاصل معنى الآية (١): أي وعدة الحوامل أن يضعن حملهن، سواء كن مطلقات أو متوفى عنهن أزواجهن، كما روي عن عمر وابنه: فقد أخرج مالك، والشافعي، وعبد الرزاق، وابن أبي شيبة، وابن المنذر عن ابن عمر: أنه سئل عن المرأة يتوفى عنها زوجها وهي حامل، فقال: إذا وضعت حملها .. فقد حلت، فأخبره رجل من الأنصار أن عمر بن الخطاب قال: لو ولدت وزوجها على سريره لم يدفن حلت

Artinya : Di dalam hadits shahih dinyatakan bahwa Sabi'iyyah bintil Haris melahirkan beberapa malam setelah wafatnya suaminya. Kemudian Sabi'iyyah menceritakan kejadian tersebut kepada Rasulullah saw maka Rasulullah saw bersabda; "Sungguh kamu telah halal maka menikahlah !". Jumhur ulama membaca dengan (حملهنّ) dengan lafadz mufrad , adapun Imam Dohhak membacanya (احمالهن) dengan lafadz jama' -sampai pasa ucapan-

Dan kesimpulan makna ayat adalah iddah wanita hamil adalah dengan melahirkan kandungannya baik si wanita tersebut menjalani iddah talak atau Iddah sebab wafatnya suami sebagaimana diriwayatkan dari sayyidina Umar ra. dan anak beliau. Imam Malik, Imam Syafi'i, imam Abdul Rozak, Imam Ibnu Abi Syaibah, Imam Al Munzir dari sayyidina Ibnu Umar bahwa beliau ditanya mengenai seorang wanita yang ditinggal wafat oleh suaminya dalam keadaan hamil maka sayyidina Ibnu Umar mengatakan ; "Jika dia telah melahirkan kandungannya, maka dia sudah halal". Seorang lelaki Anshar telah mengabarkan kepada beliau bahwa Umar bin Khattab ra. mengatakan; "Jika ia melahirkan kandungannya padahal suaminya masih terbaring di atas ranjang dan belum dikuburkan, maka ia telah halal."


الموسوعة الفقهية الكويتية، الجزء ٢٩ الصحفة ٣١٧

ذَهَبَ الْفُقَهَاءُ إِلَى أَنَّ الْحَامِل تَنْقَضِي عِدَّتُهَا بِوَضْعِ الْحَمْل، سَوَاءٌ أَكَانَتْ عَنْ طَلاَقٍ أَمْ وَطْءِ شُبْهَةٍ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَأُولاَتُ الأَْحْمَال أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ﴾ وَلأَِنَّ الْقَصْدَ مِنَ الْعِدَّةِ بَرَاءَةُ الرَّحِمِ، وَهِيَ تَحْصُل بِوَضْعِ الْحَمْل وَاخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِي عِدَّةِ الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا إِذَا كَانَتْ حَامِلًا: فَذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى أَنَّ عِدَّتَهَا تَنْقَضِي بِوَضْعِ الْحَمْل، قَلَّتِ الْمُدَّةُ أَوْ كَثُرَتْ، حَتَّى وَلَوْ وَضَعَتْ بَعْدَ سَاعَةٍ مِنْ وَفَاةِ زَوْجِهَا، فَإِنَّ الْعِدَّةَ تَنْقَضِي وَتَحِل لِلأَْزْوَاجِ


Artinya : Para fuqaha berpendapat bahwa wanita yang hamil iddahnya selesai dengan melahirkan kandungannya baik ia menjalankan iddah talak atau iddah Wati' syubhat berdasarkan firman Allah ta'ala; "(Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya) ini dikarenakan tujuan dari iddah adalah mengosongkan rahim dan itu dapat terhasilkan dengan melahirkan kandungan. Para fuqaha berbeda pendapat dalam iddahnya wanita yang ditinggal wafat oleh suaminya dalam keadaan hamil. Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa iddahnya habis dengan melahirkan kandungan baik dalam masa yang singkat ataupun panjang sehingga Jika ia melahirkan sesaat setelah wafatnya suaminya, maka iddahnya dianggap selesai dan ia boleh untuk menikah lagi


فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب = القول المختار في شرح غاية الاختصار، الصفحة ٢٥٣


فالمتوفى عنها) زوجها (إن كانت) حرة (حاملا فعدتها) عن وفاة زوجها (بوضع الحمل) الى ان قال - (وإن كانت حائلا فعدتها أربعة أشهر وعشر) من الأيام بلياليها. وتعتبر الأشهر بالأهلة ما أمكن، ويكمل المنكسر ثلاثين يوما٠

Artinya : Wanita yang ditinggal wafat suaminya, apabila dia itu seorang yang merdeka dan dalam kondisi hamil, maka iddah si wanita yang ditinggal mati suami tersebut adalah hingga masa melahirkan bayi. sampai pada ucapan..Dan apabila wanita tersebut dalam kondisi tidak hamil, maka iddahnya adalah 4 bulan 10 hari beserta malamnya. Dan hitungan di atas harus menggunakan hitungan bulan Hijriyah apabila mungkin (yakni gambarannya suami meninggal pas di awal bulan hijriyyah). Dan bulan yang kurang, maka disempurnakan 30 hari.


نهاية الزين، الجزء ١ الصحفة ٣٣٠

٠(بِوَضْع) جَمِيع (حمل) بِشَرْط نِسْبَة إِلَى ذِي الْعدة حَيا كَانَ أَو مَيتا أَو مُضْغَة وَلَو على غير صُورَة الْآدَمِيّ وَلَو مَعَ وَطْء غير الْآدَمِيّ لتِلْك الْمَرْأَة الْمُعْتَدَّة وَاحْتمل كَونه من الزَّوْج

Artinya : Kedua wanita tersebut mengalami iddah dengan keluarnya seluruh kehamilan dengan syarat dinisbahkan kepada pemilik iddah (baik suami atau orang lain, misalnya dalam wathi' syubhat) baik janin yang dilahirkan itu dalam keadaan hidup atau mati atau berupa segumpal darah dan walaupun belum berbentuk manusia meskipun (dihamili) oleh selain manusia bagi wanita yang sedang menjalani masa iddah dan dimungkinkan keberadaan janin dari suami. 

لِأَن الشَّرْط نسبته إِلَى ذِي الْعدة وَلَو احْتِمَالا وَهُوَ مَوْجُود هُنَا
أما الْعلقَة وَهِي مني يصير دَمًا غليظا فَإِن لم يكن فِيهَا صُورَة خُفْيَة فَلَا تَنْقَضِي بهَا الْعدة لِأَنَّهَا لَا تسمى حملا وَإِلَّا فتنقضي بهَا كَمَا قَالَه ابْن حجر فِي شَرحه على الْمِنْهَاج

Karena itu disyaratkan penisbahannya kepada yang memiliki iddah walau hanya kemungkinan sedangkan kemungkinan itu yang wujud disini. Adapun alaqoh adalah mani yang menjadi darah menggumpal namun jika di dalam janinnya tidak ada bentuk yang samar, maka tidak berhenti iddah pada wanita tersebut karena yang demikian itu tidak disebut hamil. Adapun jika terdapat bentuk yang samar pada kehamilan maka terhenti iddahnya dengan melahirkan sebagaimana yang di jelaskan oleh Imam Ibnu Hajar dalam syarahnya terhadap kitab minhaj. 


الغرر البهية في شرح البهجة الوردية، الجزء ٤ الصحفة ٣٥٢

٠(وَالتَّصْوِيرُ أَقَلُّهُ) أَيْ: وَأَقَلُّ مُدَّةِ إمْكَانِ وَضْعِ سِقْطٍ مُصَوَّرٍ (أَرْبَعَةٌ شُهُورُ) مِائَةٌ وَعِشْرُونَ يَوْمًا كَمَا عَبَّرَ بِهَا الْمِنْهَاجُ كَأَصْلِهِ وَلَحْظَتَانِ وَأَقَلُّ إمْكَانِ وَضْعِ (لَحْمٍ) أَيْ: سِقْطٍ غَيْرِ مُصَوَّرٍ (ثَمَانُونَ) يَوْمًا وَلَحْظَتَانِ، وَذَلِكَ لِخَبَرِ الصَّحِيحَيْنِ "إنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ"٠

Artinya : (Dan paling sedikitnya terbentuknya janin) artinya paling sedikitnya masa dimungkinkan lahirnya janin keguguran yang berbentuk (manusia) adalah 4 bulan yaitu 120 hari sebagaimana ibarot dalam kitab minhaj tentang permasalahan ini seperti aslinya dan 2 masa yang sedikit dan paling sedikit kemungkinan keluar nya segumpal darah yaitu keguguran yang belum terbentuk adalah 80 hari dan tambahan sedikit 2 masa yang demikian itu karena ada hadist shohih: Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud nutfah (mani), kemudian menjadi 'alaqah (gumpalan darah) selama itu juga, kemudian menjadi mudghah (gumpalan daging) selama itu juga. Kemudian diutus seorang malaikat, lalu dia meniupkan roh kepadanya, dan dia (malaikat tadi) diperintahkan menulis 4 kalimat (perkara): tentang rezekinya, amalannya, ajalnya dan (apakah) dia termasuk orang yang sengsara atau bahagia.


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


PENANYA

Nama : Robit Subhan
Alamat : Balung, Jember, Jatim
__________________________________

MUSYAWWIRIN

Anggota Grup BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

PENASIHAT

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep, Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang, Malang, Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung, Jember, Jawa Timur)

PENGURUS

Ketua: Ustadz Suhaimi Qusyairi (Ketapang, Sampang, Madura)
Wakil: Ustadz Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari, Jember, Jawa Timur)
Sekretaris: Ustadz Moh. Kholil Abdul Karim (Karas, Magetan, Jawa Timur)
Bendahara: Ustadz Syihabuddin (Balung, Jember, Jawa Timur)

TIM AHLI

Kordinator Soal: Ustadz Qomaruddin (Umbul Sari, Jember, Jawa Timur), Ustadz Faisol Umar Rozi (Proppo, Pamekasan, Madura) 
Deskripsi Masalah: Ustadz Taufik Hidayat (Pegantenan, Pamekasan, Madura)
Moderator: Ustadz Hosiyanto Ilyas (Jrengik, Sampang, Madura)
Perumus: Ustadz Taufik Hidayat (Pegantenan, Pamekasan, Madura)
Muharrir: Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari, Jember, Jawa Timur), K.H. Abdurrohim (Maospati, Magetan, Jawa Timur)
Editor: Ustadz Taufik Hidayat (Pegantenan, Pamekasan, Madura), Ustadzah Nuurul Jannah (Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah) 
Terjemah Ibarot : Ustadz Rahmatullah Metuwah (Babul Rahmah, Aceh Tenggara, Aceh), Gus Robbit Subhan (Balung, Jember, Jawa Timur), Kyai Muntahal 'Ala Hasbullah (Giligenting, Sumenep, Madura)
Mushohhih terjemahan : K.H. Abdurrohim (Maospati, Magetan, Jawa Timur), Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari, Jember, Jawa Timur)

________________________________________

Keterangan:

1) Pengurus adalah orang yang bertanggung jawab atas grup ini secara umum.

2) Tim ahli adalah orang yang bertugas atas berjalannya grup ini.

3) Bagi para anggota grup yang memiliki pertanyaan diharuskan untuk menyetorkan soal kepada koordinator soal dengan via japri, yakni tidak diperkenankan -sharing- soal di grup secara langsung.

4) Setiap anggota grup boleh usul atau menjawab walaupun tidak berreferensi. Namun, keputusan tetap berdasarkan jawaban yang berreferensi.

5) Dilarang -posting- iklan/video/kalam-kalam hikmah/gambar yang tidak berkaitan dengan pertanyaan, sebab akan mengganggu berjalannya diskusi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?