Hukum Menyembelih Hewan yang Sudah Disembelih, Tapi Belum Mati, Bolehkah Disembelih Lagi
HASIL KAJIAN BM NUSANTARA
(Tanya Jawab Hukum Online)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
DESKRIPSI:
Suatu ketika Badrun (nama samaran) menyembelih Ayam untuk Tasyakuran Rumah barunya. Namun Ayam tersebut ketika disembelih tidak mati dan bahkan sampai lari.
Tanpa berfikir panjang, Badrun mengejar ayam tersebut. Lalu 5 menit kemudian, ayam tersebut tertangkap dan disembelih lagi oleh Badrun sampai akhirnya ayam tersebut mati.
PERTANYAAN:
Bagaimana hukum hewan yang disembelih tidak mati, apakah boleh disembelih 2 kali?
JAWABAN:
Hukum hewan yang disembelih tidak mati adalah ada 2 ;
1: Apabila Hewan yang tidak mati tersebut secara syar'i sudah memenuhi penyembelihan dengan terputusnya hulqum dan mari', maka hukumnya makruh menyembelihnya lagi baik dengan waktu yang lama atau tidak. Karena yang ada padanya adalah 'Aisyul Madzbuh.
REFERENSI :
المجموع شرح المهذب، الجزء ١٠ الصحفة ١٠٧
المسألة السادسة. قال أصحابنا - رحمهم الله - : إذا قطع الحلقوم أو المريء والودجين استحب أن يقتصر على ذلك
ويكره أن يبين رأسه في الحال ، وأن يزيد في القطع وأن يكسر عنقها وأن يكسر الفقار ، وأن يقطع عضوا منها وأن يحركها ، وأن ينقلها إلى مكان آخر ، وكل ذلك مكروه بل يتركه كله حتى تفارقها الروح وتبرد . ويستحب أن لا يمسكها بعد الذبح مانعا لها من الاضطراب٠
Artinya : Masalah ke - 6 Ashab Syafi'iyah berpendapat : apabila khulqum dan mari' telah terpotong begitu juga urat leher, maka sunnah untuk mencukupkan hal itu saja. Dan dimakruhkan ;memotong kepalanya seketika. Menambah sembelihan. Mematahkan leher. Memotong bagian anggota badannya. Menggerak-gerakkannya. Memindahkannya ke tempat lain. Semua itu makruh bahkan yang dianjurkan adalah membiarkannya hingga mati dan badannya dingin. Dan disunnahkan untuk tidak memegangi atau mengikatnya setelah disembelih meskipun bertujuan agar tidak bergerak.
المجموع شرح المهذب، الجزء ٩ الصحفة ٩١
فرع: في مذاهبهم إذا قطع رأس الذبيحة٠ مذهبنا أنها إذا ذكيت الذكاة المعتبرة وقطع رأسها في تمام الذبح حلت
Artinya : Cabang hukum tentang pendapat para Ulama' mengenai hukum memotong kepala sembelihan. Adapun Madzhab kami menyatakan bahwa apabila hewan sudah disembelih secara sempurna lalu kepalanya dipotong untuk menyempurnakan penyembelihan, maka sembelihan seperti ini hukumnya halal.
2 : Apabila hewan yang tidak mati tersebut adalah hewan yang penyembelihannya belum sempurna karena salah satu dari hulqum dan mari' tersebut belum putus, maka untuk menyembelihnya kembali harus dengan waktu pemisah yang tidak lama antara sembelihan pertama dan kedua. Dan ketika jaraknya lama diperlukan adanya hayat mustaqirroh supaya hewan dengan penyembelihan kedua menjadi halal.
REFERENSI :
الباجوري، الجزء ٢ الصحفة ٥٣٧
قوله يكون قطع ما ذكر أي من الحلقوم والمريء قوله دفعة واحدة لا دفعتين أي إذا لم توجد الحياة المستقرة عند الدفعة الثانية, أما إذا وجدت الحياة المستقرة عند الدفعة الثانية فيحل المذبوح حينئذ ومثل الدفعة الثانية غيرها كالثالثة
Artinya : Pemotongan urat hulqum dan mari' itu harus satu kali sembelihan, tidak boleh dua kali, apabila tidak ada hayatul mustaqirroh pada sembelihan ke-dua. Namun apabila ada hayatul mustaqirroh ketika proses penyembelihan yang ke-dua, maka sembelihan tersebut halal. Sebagaimana hukum penyembelihan ke-dua begitu juga hukum penyembelihan ke tiga.
الفقه على مذاهب الأربعة، الجزء ١ الصحفة ٦٥٤
ويشترط لحل الدبح شروط٠ سادسا : ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ اﻟﻘﻄﻊ ﺩﻓﻌﺔ ﻭاﺣﺪﺓ، ﻓﻠﻮ ﻗﻄﻊ اﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ﻭﺳﻜﺖ، ﺛﻢ ﺗﻤﻢ اﻟﺬﺑﺢ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ اﻟﻔﻌﻞ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻣﻨﻔﺼﻼ ﻋﻦ اﻷﻭﻝ ﻋﺮﻓﺎ اﺷﺘﺮﻁ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﻓﻲ اﻟﺤﻴﻮاﻥ حياة مستقرة في ابتداء العمل الثاني
Artinya : Syarat halalnya sembelihan. Syarat ke - 6 : Penyembelihan itu hendaknya dilakukan cuma satu kali, apabila seseorang memotong hulqum kemudian diam, lalu Dia menyempurnakan sembelihannya, maka dilihat: Apabila menurut pandangan urf penyembelihan kedua terpisah dari penyembelihan pertama, maka disyaratkan hewan dalam kondisi memiliki hayatul mustaqirroh di awal penyembelihan yang ke-dua.
وان لم يكن الفعل الثاني منفصلا عن الاول عرفا فلا تشترط الحياة المستقرة ، ﻭﺫﻟﻚ ﻛﺄﻥ ﺭﻓﻊ اﻟﺴﻜﻴﻦ ﻭﺃﻋﺎﺩﻫﺎ ﻓﻮﺭا، ﺃﻭ ﺃﻟﻘﺎﻫﺎ ﻟﻜﻮﻧﻬﺎ ﻻ ﺗﻘﻄﻊ ﻭﺃﺧﺬ ﻏﻴﺮﻫﺎ ﻓﻮﺭا ﺃﻭ ﺳﻘﻄﺖ ﻣﻨﻪ ﻓﺘﻨﺎﻭﻟﻬﺎ، ﺃﻭ ﺃﺧﺬ ﻏﻴﺮﻫﺎ ﺳﺮﻳﻌﺎ، ﺃﻭ ﻗﻠﺒﻬﺎ ﻭﻗﻄﻊ ﺑﻬﺎ ﻣﺎ ﺑﻘﻲ، ﻓﻜﻞ ﺫﻟﻚ ﺟﺎﺋﺰ، ﺇﺫ ﻻ ﻓﺼﻞ ﻓﻴﻪ ﺑﻴﻦ اﻟﻌﻤﻞ اﻷﻭﻝ ﻭاﻟﺜﺎﻧﻲ
Apabila menurut urf, penyembelihan kedua tidak terpisah dari penyembelihan yang pertama, maka tidak disyaratkan adanya hayatul mustaqirroh pada hewan tersebut. Contoh : Saat menyembelih Dia mengangkat pisaunya lalu segera mengulangi sembelihannya lagi. Atau Dia membuang pisaunya karena tumpul, lalu segera mengambil pisau lain untuk menyembelih. Atau pisaunya jatuh saat menyembelih lalu mengambilnya atau mengambil pisau lain dengan cepat dan meneruskan sembelihannya. Atau membalik pisaunya dan meneruskan memotong bagian yang masih ada. Kasus di semua contoh tersebut hukumnya boleh, karena dalam contoh-contoh tersebut tidak ada pemisah antara sembelihan pertama dengan yang ke-dua.
_____________________
NB. BEBERAPA ISTILAH DALAM SEMBELIHAN
الباجوري، الجزء ٢ الصحفة ٥٣٧
واعلم أنه يوجد في عبارتهم حياة مستقرة وحياة مستمرة، وحركة مذبوح ويقال عيش مذبوح
Artinya : Ketahuilah para Ulama' (dalam bab penyembelihan) menggunakan beberapa istilah diantaranya ; Hayatul mustaqirroh (kemampuan bertahan hidup) Hayatul mustamirroh (sisa-sisa nafas kehidupan) Harokatul madzbuh (gerakan saat meregang nyawa atau bahasa jawanya kejet-kejet) atau 'Aisyul Madzbuh.
والفرق بينها أن الحياة مستقرة يكون معها إبصار باختيار ونطق باختيار وحركة اختيارية والحياة مستمرة هي التي تستمر إلى خروج الروح من الجسد وحركة المذبوح هي التي لايبقى معها إبصار باختيار ولا نطق باختيار ولا حركة اختيارية بل يكون معهاإبصار ونطق وحركة اضطرارية
Adapun perbedaan diantara ketiga-tiganya adalah : Hayatul mustaqirroh adalah kemampuan untuk bertahan hidup, sehingga masih bisa melihat, bersuara dan bergerak secara sadar. Hayatul mustamirroh adalah sisa-sisa kehidupan saat ruh akan keluar dari jasad. Harokatul madzbuh adalah ketidak sadaran untuk melihat, bersuara, maupun bergerak, akan tetapi semua itu terjadi diluar kendalinya (atau lebih mudahnya penglihatan, suara, atau gerakan yang timbul saat meregang nyawa).
وبعضهم فرق بينها بأن الحياة المستقرة هي التي لو ترك الحيوان لجاز ان يبقىى يوماً أو يومين والحياة مستمرة التي تستمر إلى الى إنقضاء الأجل وحركة المذبوح هي التي لو ترك لمات في الحال والأول هو المشهور٠
Sebagian Ulama' lain membedakan definisi ketiganya sebagai berikut : Hayatul Mustaqirroh adalah kemampuan hewan untuk bertahan hidup hingga satu atau dua hari kedepan. Hayatul mustamirroh adalah sisa kehidupan saat menanti ajal. Harokatul madzbuh adalah jikalau hewan itu dibiarkan sejenak Dia akan mati. Adapun yang masyhur adalah pendapat yang awal.
والله أعلم بالصواب
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
PENANYA
Nama : Taufik Hidayat
Alamat : Pegantenan Pamekasan Madura Jawa Timur
_______________________________
MUSYAWWIRIN :
Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum.
PENGURUS :
Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin
TIM AHLI :
Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Zainul Qudsiy, Ust. Robit Subhan
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda, Ust. Anwar Sadad
Editor : Ust. Hosiyanto Ilyas
Terjemah Ibarot : Ust. Abd. Lathif, Ust. Robit Subhan
PENASEHAT : Gus Abd. Qodir
_________________________
Komentar
Posting Komentar