Hukum Merayakan Maulid Nabi


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)


 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

DESKRIPSI:

Ahmad (nama samaran) karena begitu cintanya kepada Nabi Muhammad SAW dan mengharapkan syafa'at Nabi Muhammad SAW, Ahmad selalu menghadiri peringatan maulid diberbagai Desa sampai pun di Kota.

Suatu ketika saat Ahmad pulang dari  acara maulidan, Dia bertemu Yazid (nama samaran) yang merupakan teman Ahmad saat Sekolah Dasar (SD) dulu. Yazid pun berbincang-bincang lalu bertanya kepada Ahmad datang dari mana ?, ketika Ahmad menjawab bahwasanya Dia datang dari Acara Maulidan, lantas Yazid pun mengatakan bahwa acara Maulidan adalah bid'ah dan sesat, bahkan hal tersebut tidak ada dasarnya dari Al-Qur'an maupun Hadits.

PERTANYAAN:

Adakah Dalil atau landasan mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ?

JAWABAN:

Ada. Dan yang melaksanakan peringatan maulid atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah Nabi Muhammad SAW sendiri.

REFERENSI:
 

حول الاحتفال بذكرى مولد النبي الشريف، الصحفة ١١

أول المحتفلين بالمولد النبوي٠ إن أول المحتفلين بالمولد هو صاحب المولد وهو النبي صلى الله عليه وسلم كما جاء في الحديث الصحيح الذي رواه مسلم : لما سئل عن صيام يوم الإثنين ، قال ذاك يوم ولدت فيه ، فهذا أصح وأصرح نص في مشرعية الإحتفال بالمولد النبوي الشريف٠ ولا يلتفت لقول من قال: إن أول من إحتفل به الفاطميون لأن هذا إما جهل أو تعامي عن الحق٠


Artinya : Orang Yang Pertama Kali Merayakan Maulid Nabi. Orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi adalah Shahibul Maulid  (pemiliknya sendiri) yakni Nabi Muhammad SAW seperti keterangan dalam hadits shahih yang di riwayatkan oleh Imam Muslim: Ketika Nabi ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab:“Hari Senin adalah hari kelahiranku”. Hadist ini lebih shahih dan lebih shorihnya Nash di dalam legalitas perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dan tidak perlu mempedulikan ucapan seseorang yang mengatakan: Bahwa yang pertama kali merayakan Maulid Nabi adalah Al–Fathimiyun (keturunan Sayyidah Fatimah) sebab hal ini bisa jadi karena suatu kebodohan atau pura-pura tidak tahu kebenaran.


حول الاحتفال بذكرى مولد النبي الشريف، الصحفة ٩

وقبل أن أسرد الأدلة على جواز الاحتفال بالمولد الشريف والاجتماع عليه أحب أن أبين المسائل الآتية؛

Artinya : Sebelum Saya menyebutkan dalil-dalil tentang legalitas (kebolehan) perayaan maulid Nabi dan berkumpul untuk merayakannya, Saya lebih senang menjelaskan masalah-masalah berikut :

  
الأولى : أننا نحتفل بمولد سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم دائما وأبدا في كل وقت وفي كل مناسبة وعند كل فرصة يقع فيها فرح أو سرور أو نشاط ويزداد ذلك في شهر مولده وهو الربيع ، وفي يوم مولده وهو الإثنين ، ولا يصح لعاقل أن يسأل لما ذا تحتفلون ؟ . . لأنه كأنه يقول : لماذا تفرحون بالنبي صلى الله عليه وسلم ؟ . . وكأنه يقول : لماذا يحصل عندكم هذا السرور وهذا الإبتهاج بصاحب الإسراء والمعراج ؟ فهل يصح أن يصدر هذا السؤال من مسلم يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ؟ لأنه سؤال بارد لايحتاج إلى جواب ، ويكفي أن يقول المسئول في الجواب؛ أنا أحتفل لأني مسرور وفرح به صلى الله عليه وسلم ، وأنا مسرور وفرح به صلى الله عليه وسلم لأني محب له صلى الله عليه وسلم ، وأنا محب له صلى الله عليه وسلم لأني مؤمن٠



Pertama: Kami (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) senantiasa merayakan Maulid Nabi SAW sepanjang waktu, setiap kesempatan yang layak serta terdapat rasa suka cita dan semangat di dalamnya, terlebih di bulan Maulid (Robi’ul Awal) dan di hari kelahirannya (Senin). Dan tidak pantas jika ada orang yang berakal sehat bertanya: “Mengapa kalian merayakan kelahiran Nabi?” karena seakan-akan dia bertanya: “Kenapa kalian senang kepada Nabi SAW?”dan seakan-akan dia bertanya: “Kenapa kalian bisa senang kepada Nabi pemilik peristiwa Isro’ Mi’roj?”, Maka apakah pantas pertanyaan seperti itu diucapkan orang islam yang bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah ?, karena itu pertanyaan orang bodoh yang tidak butuh jawaban, dan orang yang ditanyakan cukup menjawab: "Saya merayakan maulid Nabi sebagai ungkapan rasa senang dan cinta karena saya adalah orang yang beriman".


حول الاحتفال بذكرى مولد النبي الشريف، الصحفة ٢٢ - ٢٣
 
رأي الشيخ ابن تيمية في المولد يقول : قد يُثاب بعض الناس على فعل المولد، وكذلك ما يحدثه بعض الناس إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى عليه السلام وإما محبة للنبي صلّى الله عليه وسلّم وتعظيما له ، والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد لا على البدع، ثم قال واعلم أن من الأعمال ما يكون فيه خير لاشتماله على أنواع من المشروع ، وفيه أيضاً شر من بدعة وغيرها فيكون ذلك العمل شراً بالنسبة إلى الإعراض عن الدين بالكلية كحال المنافقين والفاسقين٠


Artinya : Pendapat Syaikh Ibnu Taimiyah tentang Maulid Nabi SAW. Syaikh Ibnu Taimiyah berkata: "Terkadang sebagian orang mendapatkan pahala sebab merayakan Maulid Nabi, seperti halnya yang dilaksanakan oleh mereka, ada kalanya karena menyerupai orang Nasrani dalam merayakan kelahiran Nabi Isa As, dan ada kalanya karena cinta dan mengagungkan Nabi Muhammad SAW, Allah memberikan pahala kepada mereka karena cinta dan ijtihad bukan karena bid’ah", kemudian beliau berkata: "Ketahuilah bahwa sesungguhnya perbuatan itu ada yang baik karena mengandung perkara-perkara yang disyari’atkan, dan ada yang buruk karena berisi bid’ah dan selainnya, maka suatu perbuatan dianggap buruk, jika tergolong I’rod ‘An-Addin (berpaling dari agama) secara menyeluruh seperti perilaku orang-orang munafiq dan orang-orang fasiq."


وهذا قد ابتلي به أكثر الأمة في الأزمان المتأخرة فعليك هنا بأدبين؛ أحدهما : أن يكون حرصك على التمسك بالسنة باطناً وظاهراً في خاصتك وخاصة من يطيعك وأعرف المعروف وأنكر المنكر٠

Dan inilah ujian bagi kebanyakan umat di akhir zaman. Maka pertahankanlah dua prinsip ini. Pertama, Benar-benar berpegang teguh dengan As-Sunnah lahir bathin terutama diri anda dan para pengikut anda, betul-betul melakukan perkara yang baik dan menjauhi perkara yang munkar.


الثاني : أن تدعو الناس إلى السنة بحسب الإمكان، فإذا رأيت من يعمل هذا ولا يتركه إلا من شر منه فلا تَدْعُو إلى ترك منكر بفعل ما هو أنكر منه أو بترك واجب أو مندوب تركه أضر من فعل ذلك المكروه، ولكن إذا كان في البدعة نوع من الخير فعوّض عنه من الخير المشروع بحسب الإمكان ، إذ النفوس لا تترك شيئاً إلا بشئ ولا ينبغي لأحد أن يترك خيراً إلا إلى مثله أو إلى خير منه ثم قال؛

Kedua: Sebisa mungkin mengajak orang lain terhadap As-Sunnah, jika anda melihat orang melakukan hal ini dan dia tidak akan meninggalkannya kecuali akan ada hal yang lebih buruk, Maka janganlah anda mengajak orang lain meninggalkan kemungkaran dengan melakukan perkara yang lebih mungkar, atau dengan cara meninggalkan perkara wajib atau sunnah yang lebih berbahaya dari pada melakukan perkara makruh tersebut, akan tetapi ketika Bid’ah tersebut berpotensi kebaikan, maka gantilah dengan kebaikan yang dianjurkan oleh syari’at, karena jiwa seseorang tidak akan meninggalkan sesuatu kecuali sebab sesuatu yang lain, dan tidak pantas bagi seseorang meninggalkan perkara yang baik kecuali pada kebaikan yang sama atau yang lebih baik, kemudian beliau berkata:

فتعظيم المولد واتخاذه موسماً قد يفعله بعض الناس ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده وتعظيمه لرسول الله صلّى الله عليه وسلّم كما قدمته لك أنه يحسن من بعض الناس ما يستقبح من المؤمن المسدد ، ولهذا قيل للإمام أحمد عن بعض الأمراء إنه أنفق على مصحف ألف دينار ونحو ذلك فقال : دعه فهذا أفضل ما أنفق فيه الذهب أو كما قال ، مع أن مذهبه : أن زخرفة المصاحف مكروهة ، وقد تأول بعض الأصحاب أنه أنفقها في تجديد الورق والخط ، وليس مقصود أحمد هذا وإنما قصده أن هذا العمل فيه مصلحة وفيه أيضاً مفسدة كُره لأجلها٠

Mengagungkan dan menjadikan Maulid Nabi SAW sebagai rutinitas musiman itu telah dilakukan oleh sebagian orang, dan di situ ada pahala yang sangat agung, karena tujuan yang baik dan pengagungan kepada Rasulallah SAW seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa perkara yang dianggap baik oleh sebagian orang adalah buruk di mata sebagian orang islam garis keras, oleh sebab itu Imam Ahmad pernah ditanya mengenai sebagian pemimpin yang telah menginfakan seribu dinar untuk mushaf Al-Qur’an dan sebagainya, maka beliau menjawab: “biarkan! karena Al-Qur’an adalah perkara yang paling utama untuk dibiayai”, Sementara prinsip madzhab beliau: Sesungguhnya menghiasi Mushaf Al-Qur’an hukumnya makruh, dan Ba’dlu Al-Ashhab sudah menjelaskan bahwa penginfakan tersebut adalah untuk memperbaharui kertas dan tulisan Al-Qur’an, sedangkan tujuan Imam Ahmad tidak demikian. Akan tetapi maksud beliau adalah bahwa dalam pekerjaan ini terdapat maslahah dan mafsadah yang bisa berdampak makruh.


  والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Nursalim
Alamat : Lampung Sumatera

_______________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WA Tanya  Jawab Hukum.

PENGURUS :

Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Zainul Qudsiy, Ust. Robit Subhan
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda, Ust. Anwar Sadad
Editor : Hosiyanto Ilyas
Terjemah Ibarot : Ust. Abd. Lathif, Ust. Robit Subhan

PENASEHAT : Gus Abd. Qodir

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
https://t.me/joinchat/ER-KDnY2TDI7UInw

_________________________


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?