Hukum Menggunakan Obat Untuk Menunda Haidl
HASIL KAJIAN BM NUSANTARA
(Tanya Jawab Hukum Online)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
DESKRIPSI:
Badriyah (nama samaran) di Bulan Ramadlon kemarin menggunakan Obat Penunda Haidl agar supaya puasanya bisa maksimal di Bulan Ramadhan.
PERTANYAAN:
Apakah boleh menggunakan obat penunda haid yang mana obat tadi dia gunakan untuk memaksimalkan puasaanya pada bulan ramadhan?
JAWABAN:
Boleh, menurut jumhur Ulama' apabila tidak menyebabkan dhoror atau bahaya.
REFERENSI :
مائة مسألة ومسألة في الصيام وما يتعلق به على مذهب الامام الشافعي، الصحفة ١٦
٢٠ دواء منع الحبل استعمال المرأة الدواء لمنع الحيض لتتمكن من الصيام مع الناس جائز، وفي فتاوى القماط ما حاصله : جواز استعمال الدواء لمنع الحيض اه
Artinya : 20. Obat untuk mencegah keturunan. Seorang Wanita menggunakan obat untuk mencegah haid, dengan tujuan agar bisa melakukan puasa, hukumnya boleh. Dan dalam fatawinya Imam Qommath terdapat suatu kesimpulan yang menyatakan : diperbolehkannya menggunakan sebuah obat untuk mencegah haid.
والعلامة القماط هو محمد بن حسن القماط الزبيدي (ت:٣٠٩ه) تولى قضاء عدن له ترجمة فى النور السافر٠
Orang yang sangat Alim yakni Imam Al Qommath, adalah syekh Muhammad bin Hasan Al qommath Az zabidi (W: 309 H) Beliau sebagai Qodhi 'adn, beliau memiliki biografi dalam kitab An-Nur as safir.
غاية تلخيص المراد، الصحفة ١٩٦
وَفِيْ فَتَاوَى الْقَمَّاطِ مَا حَاصِلُهُ جَوَازُ اسْتِعْمَالِ الدَّوَاءِ لِمَنْعِ الْحَيْضِ
Artinya : Dalam Fatawa Al Qammaath (Syeikh Muhammd ibn al Husein al Qammaath) disimpulkan diperbolehkannya menggunakan obat untuk mencegah datangnya haid.
النجم الوهاج فى شرح المنهاج، الجزء ٨ الصحفة ١٢٥
وروي عن سعيد بن منصور عن ابن عمر: أنه سئل تشرب الدواء ليرتفع حيضها حتى تطوف وتنفر٠٠ فلم ير بذلك بأسًا, وبعث لهن ماء الأراك٠
Artinya : Dan diriwayatkan dari Sa'id bin Manshur dari Ibnu Umar : bahwasanya Beliau ditanyai berupa, "Perempuan meminum obat untuk hilangnya haidnya sehingga Dia bisa thowaf dan Nafar", kemudian Beliau berpendapat mengenai hal itu tidak ada bahaya, dan Beliau mengirim air pohon arak pada mereka (Perempuan).
الفقه على المذاهب الأربعة، الجزء ١ الصحفة ١٠٣
اَلْمَالِكِيَّةُ قَالُوْا : أَمَّا إِذَا خَرَجَ دَمُ الْحَيْضِ بِسَبَبِ دَوَاءٍ فِيْ غَيْرِ مَوْعِدِهِ فَإِنَّ الظَّاهِرَ عِنْدَهُمْ لاَ يُسَمَّى حَيْضًا. فَعَلَى الْمَرْأَةِ أَنْ تَصُوْمَ وَتُصَلِّيَ وَلَكِنْ عَلَيْهَا أَنْ تَقْضِيَ الصِّيَامَ احْتِيَاطًا لِاحْتِمَالِ أَنْ يَكُوْنَ حَيْضًا وَلاَ تَنْقَضِيْ بِهِ عِدَّتُهَا وَهَذَا بِخِلاَفِ مَا إِذَا اسْتَعْمَلَتْ دَوَاءً يَنْقَطِعُ بِهِ الْحَيْضُ فِيْ غَيْرِ وَقْتِهِ الْمُعْتَادِ. فَإِنَّهُ يُعْتَبَرُ طُهْرًا وَتَنْقَضِيْ بِهِ الْعِدَّةُ عَلَى أَنَّهُ لاَ يَجُوْزُ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَمْنَعَ حَيْضَهَا أَوْ تَسْتَعْجِلَ إِنْزَالَهُ إِذَا كَانَ ذَلِكَ يَضُرُّ صِحَّتَهَا لِأَنَّ الْمُحَافَظَةَ عَلَى الصِّحَّةِ وَاجِبَةٌ٠
Artinya : Madzhab Maliki berpendapat : Adapun jika darah haid itu keluar di luar siklusnya disebabkan oleh obat-obatan, maka menurut pendapat kuat Ulama' Malikiyah adalah darah tersebut tidak dinamakan haid. Maka si Wanita wajib puasa dan shalat dan wajib meng-qodlo' puasanya karena kehati-hatian. Sebab ada kemungkinan darah itu adalah haid dan ‘iddahnya tidak habis dengan sebab keluarnya darah tersebut. Hal ini berbeda dengan kasus Wanita yang memakai obat yang menghentikan haidnya di luar waktu siklus biasanya, maka Ia dianggap suci dan ‘iddahnya habis sebab haidnya terhenti. Semuanya atas dasar seorang Wanita tidak boleh mencegah atau memajukan haid bila hal itu membahayakan kesehatannya, sebab menjaga kesehatan itu hukumnya wajib.
الموسوعة الفقهية الكويتية، الجزء ١٨ الصحفة ٣٢٧
أَحْكَامٌ عَامَّةٌ أَوَّلًا - إِنْزَالُ وَرَفْعُ الْحَيْضِ بِالدَّوَاءِ صَرَّحَ الْحَنَابِلَةُ بِأَنَّهُ يَجُوْزُ لِلْمَرْأَةِ شُرْبُ دَوَاءٍ مُبَاحٍ لِقَطْعِ الْحَيْضِ إِنْ أُمِنَ الضَّرَرُ، وَذَلِكَ مُقَيَّدٌ بِإِذْنِ الزَّوْجِ٠ لأِنَّ لَهُ حَقًّا فِي الْوَلَدِ وَكَرِهَهُ مَالِكٌ مَخَافَةَ أَنْ تُدْخِل عَلَى نَفْسِهَا ضَرَرًا بِذَلِكَ فِي جِسْمِهَا٠ كَمَا صَرَّحُوا بِأَنَّهُ يَجُوْزُ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَشْرَبَ دَوَاءً مُبَاحًا لِحُصُوْل الْحَيْضِ، إِلاَّ أَنْ يَكُوْنَ لَهَا غَرَضٌ مُحَرَّمٌ شَرْعًا كَفِطْرِ رَمَضَانَ فَلاَ يَجُوْزُ٠ ثُمَّ إِنَّ الْمَرْأَةَ مَتَى شَرِبَتْ دَوَاءً وَارْتَفَعَ حَيْضُهَا فَإِنَّهُ يُحْكَمُ لَهَا بِالطَّهَارَةِ، وَأَمَّا إِنْ شَرِبَتْ دَوَاءً وَنَزَل الْحَيْضُ قَبْل وَقْتِهِ فَقَدْ صَرَّحَ الْمَالِكِيَّةُ بِأَنَّ النَّازِل غَيْرُ حَيْضٍ وَأَنَّهَا طَاهِرٌ٠ فَلاَ تَنْقَضِي بِهِ الْعِدَّةُ، وَلاَ تَحِل لِلأزْوَاجِ، وَتُصَلِّيْ وَتَصُوْمُ لاِحْتِمَال كَوْنِهِ غَيْرَ حَيْضٍ، وَتَقْضِي الصَّوْمَ دُوْنَ الصَّلاَةِ احْتِيَاطًا لاِحْتِمَال أَنَّهُ حَيْضٌ٠ وَقَدْ صَرَّحَ الْحَنَفِيَّةُ بِأَنَّهُ إِذَا شَرِبَتِ الْمَرْأَةُ دَوَاءً فَنَزَل الدَّمُ فِي أَيَّامِ الْحَيْضِ فَإِنَّهُ حَيْضٌ وَتَنْقَضِيْ بِهِ الْعِدَّةُ
Artinya : Hukum umum. Keluar dan hilangnya haid akibat obat. Kalangan Hanabilah menjelaskan : Diperkenankan bagi Wanita meminum obat yang diperbolehkan syara’ untuk memutus datangnya haid bila aman dari bahaya, itupun bila atas izin Suami, karena Suami punya hak anak atas dirinya. Adapun Imam Malik memakruhkannya bila menimbulkan bahaya dalam raganya seperti diperkenankan baginya meminum obat yang diperbolehkan syara’ untuk mendapatkan masa haidnya, hanya saja bila bertujuan yang diharamkan syara’ seperti agar tidak berpuasa di Bulan Ramadhan maka tidak diperkenankan. Wanita yang meminum obat kemudian hilang haidnya maka dihukumi Wanita suci, namun Wanita yang meminum obat agar mendapatkan haidnya sebelum masanya tiba, maka darah yang keluar menurut kalangan Malikiyyah bukanlah darah haid dan Dia tetap dikatakan suci dan tidak habis iddahnya dan tidak halal untuk dinikahi, baginya tetap wajib sholat dan puasa karena kemungkinannya bukan darah haid. Boleh meng-qodlo' puasanya, bukan shalatnya karena kemungkinan yang keluar darah haid. Kalangan Hanafiyyah menjelaskan : Wanita yang meminum obat kemudian keluar darah haid pada masa-masanya, yang keluar adalah darah haid dan menghabiskan masa iddahnya.
والله أعلم بالصواب
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
PENANYA
Nama : Hilyatul Millah
Alamat : Banyuates Sampang Madura
_______________________________
MUSYAWWIRIN :
Member Group WA Tanya Jawab Hukum.
PENGURUS :
Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin
TIM AHLI :
Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Anwar Sadad, Ust. Zainul Qudsiy
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda,
Editor : Ust. Hosiyanto Ilyas
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan, Ust. Abd. Lathif
PENASEHAT :
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil
Gus Abd. Qodir
_________________________
Komentar
Posting Komentar