Hukum Menggarap Ladang Anak Yatim Berapa Pembagian Hasilnya ?


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

DESKRIPSI:

Rosyid (nama samaran) seorang anak yatim yang masih berusia 8 tahun. Rosyid mendapatkan warisan ladang atau kebun dari orang tuanya sendiri. Namun apalah daya, Seorang Rosyid yang masih terlalu kecil tidak bisa mengelola ladang atau kebunnya, dikarenakan masih belum bisa untuk mengelola kebunnya. Melihat Rosyid masih kecil, dan Keluarga pun sepakat kalau kebun Rosyid digarap atau dikelola oleh pamannya sendiri.

PERTANYAAN:

Berapakah pembagian hasil kelolahan dari ladang tersebut antara Rosyid si Yatim dengan Pamannya?

JAWABAN:

Pembagian hasil kelolahan dari ladang tersebut antara Rosyid si Yatim dengan Pamannya adalah sebatas ujroh upah mitsil di Daerah tersebut.

REFERENSI:

روضة الطالبين وعمدة المفتين، الجزء ٢ الصحفة ٥٤

فرع: ليس للولي أخذ أجرة ولا نفقة من مال الصبي إن كان غنيا وان كان فقيرا وانقطع بسببه عن الكسب فله أخذ قدر النفقة

Artinya : Cabang hukum Tidak boleh bagi Wali mengambil upah ataupun nafkah dari harta si Yatim apabila Dia kaya Namun apabila Dia faqir dan Dia terputus penghasilannya disebabkan mengurusi harta si-Yatim, maka Dia boleh mengambil upah sebesar kebutuhan untuk nafkah

وفي التعليق أنه يأخذ أقل الأمرين من قدر النفقة وأجرة المثل٠

Dalam kitab Ta'liq disebutkan bahwa Dia boleh mengambil kadar minimal dari salah satu dua perkara, yaitu kadar minimal nafkah atau kadar minimal upah standar.

وحكى الماوردي والشاشي وجهاً أنه يجوز أيضاً للغني أن يأكل بقدر أجرته والصحيح المعروف القطع بأنه لا يجوز للغني مطلقاً والله أعلم٠

Dan Imam Mawardi dan Imam as-Syasyi menceritakan sebuah pendapat yang menyatakan; "Boleh bagi orang kaya memakan dari hasil pengembangan harta Anak yatim sesuai dengan kadar upah (standar) Adapun pendapat yang kuat dan sudah terkenal adalah kepastian tidak boleh bagi Wali yang kaya mengambil ujroh secara mutlak.

 
الحاوى الكبير، الجزء ٥ الصحفة ٣٦٤

فإذا اتجر الولي بمال اليتيم على الشروط المذكورة في البيع والشراء، فهل له أجرة مثله بحق عمله أم لا ؟ 

Artinya : Apabila Wali berdagang menggunakan harta si-Yatim dengan memenuhi syarat  yang telah dijelaskan diatas dalam masalah jual beli, maka apakah boleh wali mengambil upah standar dari hasil kerjanya atau tidak ?

ينظر فيه ؛ فإن لم يكن ذلك قاطعا له عن عمله ولا مانعا من التصرف في شغله وكان واجدا مكتفيا فلا أجرة له

Dalam hal ini dilihat : Jika pekerjaan tersebut tidak memutuskan Dia dari pekerjaannya, dan tidak menghalanginya melakukan kesibukannya, dan Dia dalam kondisi kaya dan tercukupi, maka Dia tidak boleh mengambil upah dari pekerjaan itu.

 وإن كان يقطعه ذلك عن عمله ويمنعه من كسبه
 ففيه قولان ؛

Apabila pekerjaan itu memutuskan pekerjaannya dan mencegahnya dari pekerjaannya, maka dalam hal itu ada dua pendapat :

 أحدهما: لا أجرة له : لأنه عمل ذلك مختارا عن غير عقد لازم ولا عن عوض مبذول فصار متطوعا به٠

Pertama, ia tidak boleh mengambil upah, karena Dia melakukan pekerjaan itu sebab kesadarannya dan dengan tanpa akad yang mengikat serta tanpa akad memperoleh imbalan upah, sehingga Dia tergolong orang yang murni bertujuan berbuat kebaikan (mutatowi')

والقول الثاني: له الأجرة: لأن في المنع منها ذريعة إلى إهمال الأيتام، وترك مراعاتهم والتجارة بأموالهم٠

Kedua, ia boleh mengambil upahnya, karena menghalanginya untuk memperoleh upah dari hal itu dapat mengakibatkan tidak terurusnya Anak yatim, dan meninggalkan merawat mereka serta meninggalkan mengembangkan harta mereka dengan berdagang.

 
   والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Moh. Jufri
Alamat : Pegantenan Pamekasan Madura Jawa Timur

_______________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WA Tanya  Jawab Hukum.

PENGURUS :

Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin
Deskripsi masalah : Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Zainul Qudsiy, Ust. Robit Subhan
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda, Ust. Anwar Sadad
Editor : Hosiyanto Ilyas
Terjemah Ibarot : Ust. Abd. Lathif, Ust. Robit Subhan

PENASEHAT : Gus Abd. Qodir

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
https://t.me/joinchat/ER-KDnY2TDI7UInw

_________________________



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?