Hukum Surat Berharga Dijadikan Jaminan Hutang
HASIL KAJIAN BM NUSANTARA
(Tanya Jawab Hukum Online)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
DESKRIPSI:
Banyak sekali di sebagian Masyarakat mengadakan transaksi hutang atau jual beli sintem kredit menyertakan jaminan berupa surat-surat berharga menurut pandangan umum, seperti sertifikat tanah, surat kepemilikan kendaraan (BPKB) dan lain lain agar supaya dalam transaksi lebih kuat bagi sebagian pihak, sementara barang dan surat seakan menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga ada sebuah barang menjadi turun harganya karena tidak dilengkapi surat, bahkan kadang bermasalah di kemudian hari karena tidak dilengkapi oleh surat berharga tersebut.
PERTANYAAN:
Bolehkah surat-surat berharga dijadikan jaminan atas sebuah transaksi?
JAWABAN:
Hukum menjadikan surat-surat berharga sebagai jaminan atas sebuah trasaksi hutang adalah : jika yang dimaksud jaminan adalah barang gadai yang apabila pada saat jatuh tempo boleh dijual oleh orang yang menerima gadaian (Murtahin), maka:
a). Sah jika barang yang digadaikan berupa benda yang dapat diperjualbelikan.
b). Tidak sah gadainya jika barang yang digadaikan berupa benda yang tidak dapat diperjualbelikan.
Apabila yang dimaksud dengan jaminan adalah bukan gadai, melainkan jaminan bahwa orang yang meminjam pasti akan membayarnya maka boleh.
REFERENSI:
كفاية الأخيار، الجزء ١ الصحفة ٢٥٤
وَلِهَذَا قَالَ الشَّيْخ كل مَا جَازَ بَيْعه جَازَ رَهنه وَمُقْتَضَاهُ أَنه لَا يجوز رهن مَا لا يجوز بَيْعه وَذَلِكَ كرهن الْمَوْقُوف وَرهن أم الْوَلَد وَمَا أشبه ذَلِك فَلَا يَصح رَهنه وَهُوَ كَذَلِك لفَوَات الْمَقْصُود مِنْهُ
Artinya: Dan karena ini, Qodli Abu Syuja' berkata: "Setiap benda yang boleh diperjualbelikan, maka boleh pula digadaikan". Pernyataan tersebut memberikan kesimpulan bahwasanya tidak boleh menggadaikan barang yang tidak boleh diperjualbelikan, contohnya, menggadaikan barang yang diwakafkan dan menggadaikan budak ummul walad dan contoh yang serupa lainnya, maka tidak sah hukumnya menggadaikan hal-hal tersebut karena tidak tercapainya tujuan dari akad gadai tersebut.
الفقه الإسلامي وأدلته، الصحفة ٤٢٣١
ولذا اتفق الفقهاء على أنه يشترط في المرهون ما يشترط في المبيع حتى يمكن بيعه، لاستيفاء الدين منه
Artinya: Dan karena itu, para Fuqoha' sepakat, bahwasanya barang yang digadaikan harus memenuhi persyaratan barang yang bisa dijual belikan sehingga bisa memungkinkannya untuk dijual guna melunasi hutang darinya.
تحفة المحتاج، الجزء ٥ الصحفة ٥٤
٠(وَشَرْطُ الرَّهْنِ) أَيْ الْمَرْهُونِ (كَوْنُهُ عَيْنًا) يَصِحُّ بَيْعُهَا وَلَوْ مَوْصُوفَةً بِصِفَةِ السَّلَمِ خِلَافًا لِلْإِمَامِ (فِي الْأَصَحِّ)٠
Artinya: Dan syarat barang yang digadaikan diantaranya adalah berupa benda yang sah untuk diperjual-belikan meskipun berupa jual beli yang berbentuk salm (pesanan), hal ini berbeda dengan pendapat Imam al-Haromain menurut qoul Ashoh.
شرح منهج الطلاب، الجزء ١ الصحفة ١٩٢
شرط فيها ما في البيع فإن شرط فيه مقتضاه كتقدم مرتهن به أو مصلحة له كإشهاد أو ما لا غرض فيه صح لا ما يضر أحدهما كأن لا يباع وكشرط منفعته لمرتهن أو أن تحدث زوائده مرهونة
Artinya: Disyaratkan dalam shighat aqad gadai, syarat-syarat sebagaimana di dalam jual beli. Jika di dalam gadai disyaratkan ketentuan seperti barang gadai yang didahulukan oleh pegadaian, atau semisal disyaratkan perlunya kesaksian untuk kemashlahatan aqad, atau disyaratkan pernyataan tidak boleh memanfaatkan barang yang digadaikan, maka aqad gadai tersebut adalah sah. Aqad gadai dipandang “tidak sah” apabila disyaratkan sesuatu yang dapat membahayakan salah satu dari dua pihak yang ber-aqad, contoh : tidak boleh dijual, atau syarat manfaat barang yang digadaikan adalah milik pegadaian, dan atau syarat bahwa hal baru yang dihasilkan oleh barang yang digadaikan, adalah bagian yang digadaikan.
فتح القريب المجيب، الصحفة ١٧٢
وهو لغة الثبوت وشرعاً جعل عين مالية وثيقة بدين يستوفى منها عند تعذر الوفاء، ولا يصح الرهن إلا بإيجاب وقبول، وشرط كل من الراهن والمرتهن أن يكون مطلق التصرف، وذكر المصنف ضابط المرهون في قوله (وكل ما جاز بيعه جاز رهنه في الديون إذا استقر ثبوتها في الذمة)
Artinya: Rahn (gadai) secara bahasa bermakna tetap. Dan secara syara’ adalah menjadikan benda yang berharga, sebagai jaminan hutang yang akan digunakan untuk melunasi hutang tersebut, ketika sulit untuk melunasi. Rahn tidak bisa sah kecuali dengan ijab (serah) dan qabul (terima). Syarat masing-masing dari rahin (orang yang menggadaikan) dan murtahin (orang yang menerima gadai), adalah harus muthlaqut tasharruf (sah pentasharuffannya). Barang yang digadaikan, Mushannif menyebutkan batasan marhun (barang yang digadaikan) di dalam perkataan beliau, Setiap perkara yang boleh untuk dijual, maka boleh digadaikan sebagai jaminan hutang, ketika hutang tersebut sudah menetap di dalam tanggungan.
والله أعلم بالصواب
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
PENANYA
Nama : Hosiyanto Ilyas
Alamat : Jrengik Sampang Madura
________________________________
MUSYAWWIRIN :
Member Group Telegram Tanya Jawab Hukum.
PENASEHAT :
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Habib Abdurrahman Al-Khirid (Kota Sampang Madura)
PENGURUS :
Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)
TIM AHLI :
Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Batu Licin Kalimantan Selatan)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Jefri Ardian Syah (Sokobanah Sampang Madura)
Perumus + Muharrir : Ust. Mahmulul Huda (Bangsal Jember Jawa Timur)
Editor : Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan (Balung Jember Jawa Timur), Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
https://t.me/joinchat/ER-KDnY2TDI7UInw
____________________________________
Komentar
Posting Komentar