Hukum Sholatnya Seseorang Yang Bermakmum Pada Imam Yang Tidak Sah Sholat Jama'Ta'khirnya ?


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Badrun (nama samaran) merupakan salah satu santri di Pondok Pesantren yang mewajibkan santri-santrinya untuk Sholat Berjama'ah di Masjid yang ada di dalam kompleks Pondok Pesantren. Suatu ketika, karena hujan yang deras yang berjam-jam, sehingga pengurus pondok memberikan informasi / pengumuman melalui pengeras suara bahwasanya sholat dhuhurnya akan dijama' ta'khir. Dan dalam pengumuman tersebut ada sebagian santri yang tidak mendengar pengumuman tersebut karena begitu derasnya hujan saat itu. Sehingga diantara mereka ada yang melaksanakan sholat dhuhurnya di kamar pondoknya secara munfarid (sendiri).

Akhirnya ketika hujan sudah reda sekitar jam 16.00 WIB, maka dikumandangkan adzan kemudian para santri berbondong-bondong menuju ke Masjid untuk melaksanakan sholat. Setelah Iqamah, langsung saja imam melaksanakan sholat dengan niat jama'. Namun santri yang sudah sholat dhuhur di kamar pondoknya masing-masing karena ketidaktahuannya, mereka melakukan sholat asar dengan bermakmum pada imam yang berniat sholat jama' ta'khir tersebut.

PERTANYAAN:

Jika sholat jama' ta'khir Imam tidak sah, apakah sah sholat Asar para santri yang berjemaah pada Imam yang melakukan sholat jama' ta'khir tersebut?

JAWABAN:

Sholat Asar para santri yang berjemaah pada Imam yang melakukan sholat jama' ta'khir tersebut, hukumnya ditafsil (perinci) ;
a) Sah, jika para santri tidak tahu bahwa sholatnya Imam tidak sah.

b) Sah, jika santri tahu setelah selesainya sholat bahwasanya sholatnya imam tidak sah.

c) Tidak sah, jika para santri tahu sebelum sholat atau saat pertengahan sholat bahwa sholatnya Imam tidak sah, namun dia tidak mufarroqoh (memisahkan diri dari sholatnya imam).

REFERENSI:

فقه العبادات على المذهب الشافعي، الجزء ١ الصحفة ٣٩٤

أن تكون صلاة الإمام صحيحة في اعتقاد المأموم؛ فإن علم بطلان صلاة الإمام قبل الصلاة امتنع عليه الاقتداء، أو أثناءها وجبت عليه نية المفارقة، فإن لم يفعل بطلت صلاته لأنه ربطها بصلاة باطلة، أما إذا لم يظهر له حال إمامه إلا بعد انتهاء الصلاة فصلاته صحيحة ولا تلزمه الإعادة، وهو مدرك فضل الجماعة لأن عمر رضى الله عنه صلى بالناس وهو جنب فأعاد ولم يأمرهم أن يعيدوا٠

Artinya : Diantara syarat berjamaah adalah sholat imam tersebut sah menurut makmum. Apabila makmum mengetahui batalnya sholat Imam sebelum sholat (misalnya imamnya dalam keadaan hadats ataupun terkena najis) maka makmum tersebut tidak boleh bermakmum kepada si Imam. Atau apabila makmum mengetahui batalnya Imam di tengah-tengah pelaksanaan sholat maka si makmum wajib niat mufarroqoh, apabila si makmum tidak niat mufaroqoh maka sholatnya batal karena dia ikut pada sholat yang batal. Apabila dia tidak tahu kondisi dari imamnya kecuali setelah selesai sholat, maka sholatnya tetap sah dan si makmum tidak wajib mengulang (sholat) serta dia masih memperoleh fadilah jamaah, karena sesungguhnya Umar bin Khattab Ra. sholat bersama manusia (menjadi imam) sedangkan dia telah junub, maka dia mengulangi (sholatnya) dan dia tidak menyuruh manusia (yang bermakmum padanya) untuk mengulangi (sholat mereka).

 أما من علم بحال إمامه ثم نسي واقتدى، وتذكر بعد الفراغ فتجب عليه الإعادة إذ لا عذر بالنسيان٠ وكذلك إذا ظن كل من اثنين بطلان صلاة الآخر، كأن اختلف اجتهادهما في القبلة، أو طهارة الماء أو الثوب أو المكان، فعندئذ كل منهما كما يعتقد بطلان صلاة الآخر، فلا يصح اقتداء أحدهما بالآخر

Adapun seseorang yang mengetahui kondisi imamnya yang batal lalu dia lupa dan kemudian bermakmum kepada si imam baru kemudian si makmum ingat setelah sholat, maka makmum wajib mengulang sholatnya, karena lupa tersebut tidak termasuk udzur (dalam masalah ini). Begitu juga wajib mengulangi sholat apabila keduanya saling berprasangka kuat terhadap batalnya si imam ataupun makmum, semisal contoh keduanya berbeda ijtihad dalam masalah kiblat, atau sucinya air, pakaian maupun tempat sholat, maka di saat seperti ini masing-masing menyangka kuat batal yang lain, sehingga tidak sah salah satu dari keduanya bermakmum kepada yang lain.

المقدمة الحضرمية، الصحفة ٩٢

فصل فِي شُرُوط الْقُدْرَة شُرُوط صِحَة الْقدْوَة أَن لَا يعلم بطلَان صَلَاة إِمَامه بِحَدَث أَو غَيره

Artinya: Fashl tentang syarat mengikuti imam. Syarat sah qudwah adalah makmum tidak mengetahui batalnya sholat Imam sebab hadast atau yang lainnya.

التقريرات السديدة، الجزء ١ الصحفة ٣٢٢

الجمع في المطر : يجوز بشروط خمسة ؛
 ا ـ أن يكون جمع تقديم لا تأخير
٢ - وجود المطر عند الإحرام بالأولى، وعند التحلل منها، ودوامه إلى الإحرام بالثانية، ولا يشترط وجوده في غير هذه الأوقات
٣ـ أن تُصلى جماعة
٤ ـ أن تكون في مكان بعيد ، مسجد أو غيره
ه ـ أن يتأذى من المطر في طريقه، وأما إذا وجد كنا فلا يجوز الجمع 


Artinya : Jama' saat hujan diperbolehkan dengan syarat : 
1. Sholat dilaksanakan dengan jamak taqdim bukan jamak takhir 
2. Turunnya hujan : 
a. saat takbirotul ihram sholat yang pertama 
b. Atau saat sholat yang pertama selesai, hujan masih ada sampai takbirotul ihram , dan tidak disyaratkan adanya hujan diselain waktu yang tersebut
3. Sholat dilaksanakan secara berjamaah 
4. Keberadaan tempat sholat (masjid atau yang lainnya) jaraknya jauh.
5. Kesulitan sebab hujan dalam perjalanan (menuju tempat sholat) 
Adapun jika syarat tidak terpenuhi maka tidak boleh jamak.


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Miftahul Khoir
Alamat : Kuburaya Pontianak Kalimantan Barat 
____________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum

PENASEHAT :

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung Jember Jawa Timur)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Zainul Al-Qudsy (Sumber Sari Jember Jawa Timur )
Perumus + Muharrir : Ust. Mahmulul Huda (Bangsal Sari Jember Jawa Timur)
Editor : Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan (Balung Jember Jawa Timur), Ust. Muntahal A'la Hasbullah (Gili Genting Sumenep Madura)

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
https://chat.whatsapp.com/ELcAfCdmm5AFXhPJdEPWT3
____________________________________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?