Orang yang Dinafkahi Tidak Boleh Menerima Zakat


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Dalam memberikan zakat fitrah tidak jarang sekali di masyarakat mengutamakan yang ada hubungan famili kekeluargaan yang terlihat kurang mampu sebagai penerima zakatnya meskipun mereka tidak seakidah (non muslim), ada yang memberikan zakat fitrahnya kepada paman, bibi, saudara, mertua, bahkan kepada kakek /neneknya dan orang tuanya sendiri, padahal ada penjelasan tidak boleh diberikan kepada orang yang menjadi tanggungan nafaqoh bagi dirinya dan juga diantara mereka selain miskin juga ada yang fakir. 

Selain hal tersebut diatas, mereka kadang mendistribusikan/memberikan zakat fitrah antara kekeluargaan tersebut menggunakan beras yang sama, misalnya ketika seorang ponakan memberikan zakat fitrahnya ke pamannya, maka si paman meskipun sangat miskin memberikan zakat ke saudaranya menggunakan beras yang diterima dari ponakannya tersebut. Karena menurut si paman, semiskin-miskinnya seseorang tetap wajib mengeluarkan zakat fitrah.

PERTANYAAN:

Siapa saja keluarga yang wajib dinafakahi, sehingga tidak boleh diberi atau menerima zakat firrah ?

JAWABAN:

Keluarga yang wajib dinafaqohi adalah:
1. Istri baik kaya maupun miskin.
2. Anak sampai baligh. Anak yang sudah baligh, wajib dinafaqohi, jika anak mampu bekerja tapi sedang mencari ilmu yang nantinya bisa menghasilkan kemuliaan (dari ilmunya). Jika bekerja, maka akan tercegah rutinitas mencari ilmu.
3. Kedua orang tua yang faqir dan lumpuh atau gila, jika punya kelebihan nafaqoh untuk dirinya dan istri.

REFERENSI:

عمدة السالك وعدة الناسك، الصفحة ٢١٣-٢١٤
 
فصل [النفقةُ على الأقرباء]؛ يجبُ على الشَّخصِ -ذكراً كانَ أو أنثى- إذا فَضَلَ عنْ نفقتِهِ ونفقةِ زوْجتِهِ أنْ يُنفقَ على الآباءِ والأمَّهاتِ وإنْ علَوْا منْ أيَّ جهةٍ كانوا، وعلى الأولادِ وأولادهم وإنْ سفلوا، ذكوراً كانوا أو إناثاً، بشرطِ الفقْرِ والعَجْزِ إمَّا بزَمانةٍ أو طُفولةٍ أو جنونٍ٠

Artinya: Fashl [Nafkah untuk kerabat]
Wajib bagi seseorang baik lelaki atau perempuan jika memiliki kelebihan dari nafkahnya dan nafkah istrinya untuk memberi infaq kepada ayah dan ibunya sampai ke atas dari arah manapun dan kepada anak serta cucu mereka hingga ke bawah baik laki-laki ataupun perempuan dengan syarat (mereka) fakir dan lemah entah karena cacat, masih kanak atau penyakit gila. 

وتجِبُ نفَقَةُ زوجةِ الأبِ، فإنْ كانَ لهُ آباءٌ وأولادٌ ولمْ يقدِرْ على نفقةِ الكُلِّ قدَّمَ الأمَّ ثمَّ الأبَ ثمَّ الابنَ الصغيرَ ثمَّ الكبيرَ، وهذه النَّفقةُ مُقدَّرةٌ بالكفايةِ، ولا تسْتقِرُّ في الذِّمَّةِ٠

Dan wajib memberikan nafkah kepada istrinya bapak. Maka jika seseorang memiliki ayah dan beberapa anak dan dia tidak mampu menafkahi semuanya, maka (urutannya) ialah ibu lebih didahulukan kemudian ayah kemudian anak yang kecil kemudian anak yang sudah besar dan inilah nafkah yang diukur dengan kecukupan dan tidak bisa ditetapkan dengan tanggungan.

فتح القريب، الجزء ١ الصحفة ٢٨١

ونفقة العمودين من الأهل واجبة للوالدين، والمولودين أي ذكورا كانوا أو إناثا، اتفقوا في الدين أو اختلفوا فيه، واجبة على أولادهم (فأما الوالدون) وإن علوا (فتجب نفقتهم بشرطين: الفقر) لهم٠ وهو عدم قدرتهم على مال أو كسب، (والزمانة، أو الفقر والجنون)٠

Artinya : Nafaqah orang tua dan anak dari jalur keluarga wajib diberikan pada para anak dan orang tua. Maksudnya nafaqah orang tua yang laki-laki atau perempuan, satu agama atau berbeda agama wajib diberikan oleh anak-anaknya. Adapun para orang tua walaupun hingga ke atas, maka wajib diberi nafaqah dengan dua syarat. Mereka faqir, yaitu tidak memiliki harta atau tidak mampu bekerja dan lumpu, atau faqir dan gila.

 والزَّمانة هي مصدر زَمِنَ الرجلُ زَمانةً إذا حصل له آفةٌ؛ فإن قدروا على مال أو كسب لم تجب نفقتهم (وأما المولودون) وإن سفلوا (فتجب نفقتهم) على الوالدين (بثلاثة شرائط) ؛ أحدها (الفقر والصِغر)؛ فالغني الكبير لا تجب نفقته، (أو الفقر والزمانة)؛ فالغني القوي لا تجب تفقته، (أو الفقر والجنون) فالغني العاقل لا تجب نفقته

Az zamanah adalah bentuk kalimat masdar dari rangkaian “zamuna ar rajulu zamanatan" (lelaki yang benar-benar lumpuh) ketika ia memiliki penyakit”. Sehingga, jika mereka memiliki harta atau mampu bekerja, maka tidak wajib diberi nafaqah. Adapun para anak walaupun hingga ke bawah, maka nafaqah mereka diwajibkan kepada para orang tua dengan tiga syarat : Salah satunya adalah fakir dan masih kecil. Sehingga anak yang kaya dan sudah besar, maka tidak wajib diberi nafaqah. Atau Fakir dan lumpuh, sehingga anak yang kaya dan mampu tidak wajib diberi nafaqah. Atau fakir dan gila, sehingga anak yang kaya dan berakal tidak wajib diberi nafkah.

 اللباب في الفقه الشافعي، الصفحة ٣٤٥

كتاب النفقات : جامع ما تجب به النفقات شيئان ؛ نسب، وملك٠ فيجب بالنسب خمس نفقات ؛ نفقة الأب وآبائه وأمهاته، ونفقة الأم وأمهاتها وآبائها، ونفقة الأولاد وأولادهم، ونفقة نساء الآباء، ونفقة نساء الأبناء٠ وأما الملك فيجب به خمس نفقات ؛ نفقة الزوجة، ومملوكة الزوجة، والمعتدّة إذا كانت رجعيّة أو حاملا، والمملوك، والحيوانات كالدواب والطيور وغيرها٠

Artinya : Kitab Nafakah. Kesimpulan sebab yang mewajibkan Nafakah ada 2 yaitu : Nasab. Kepemilikan. Wajib memberikan nafkah sebab nasab ada lima, yaitu, nafkah kepada bapak dan orang tua nya, nafkah kepada ibu dan orang tuanya, nafkah kepada anak dan keturunannya, nafkah kepada istri nya ayah, nafkah kepada istrinya anak. wajib memberikan nafkah sebab kepemilikan ada lima : Nafkah untuk istri, nafkah untuk orang yang dimiliki oleh istri, istri yang mengalami masa Iddah karena tolak raj'i atau ditalak saat sedang hamil, budak yang dimiliki, hewan peliharaan seperti hewan ternak, burung dan lainnya.

الفقه المنهجي على مذهب الإمام الشافعي، الجزء ٢ الصحفة ٤٢

وإذا كان للمالك الذي وجبت في ماله الزكاة أقارب لا تجب عليه نفقتهم ، كالأخوة والأخوات والأعمام والعمات والأخوال والخالات وأبنائهم وغيرهم، وكانوا فقراء أو مساكين، أو غيرهم من أصناف المستحقين للزكاة، جاز صرف الزكاة إليهم، وكانوا هم أولى من غيرهم

Artinya, “Jika pemilik harta yang wajib zakat memiliki kerabat yang tidak wajib baginya untuk menafkahi mereka, seperti saudara laki-laki, saudara perempuan, paman dari jalur ayah, bibi dari jalur ayah, paman dari jalur ibu, bibi dari jalur ibu, anak-anak mereka dan kerabat lainnya, keadaan kerabat tersebut fakir atau miskin, atau memiliki sifat lain dari golongan orang-orang yang wajib zakat, maka boleh membagikan zakat kepada mereka, bahkan para kerabat ini lebih berhak dari orang lain,”. 

الفقه المنهجي على مذهب الإمام الشافعي، الجزء ٢ الصحفة ٤٢

 يسن للزوجة إذا كانت غنية، ووجبت في مالها الزكاة، أن تعطي زكاة مالها لزوجها إن كان فقيرا، وكذلك يستحب لها أن تنفقها على أولادها إن كانوا كذلك، لأن نفقة الزوج والأولاد غير واجبة على الأم والزوجة

Artinya, “Disunnahkan bagi istri yang kaya dan wajib zakat dari hartanya, untuk memberikan zakat tersebut kepada suaminya yang fakir. Begitu juga disunnahkan bagi istri tersebut untuk memberikan zakat pada anak-anaknya, jika anaknya dalam keadaan fakir, sebab menafkahi suami dan anak tidak wajib bagi istri dan ibu,".

حاشية الباجوري، الجزء ٢ الصحفة ١٨٧

فالغني الصغير او الفقير الكبير لا تجب نفقته – إلى أن قال – وقد استفيد مما تقدم ان الولد القادر على الكسب اللائق به لا تجب نفقته بل يكلف الكسب بل قد يقال انه داخل في الغني المذكور. ويستثنى ما لو كان مشتغلا بعلم شرعي ويرجى منه النجابة والكسب يمنعه فتجب حينئذ ولا يكلف الكسب  

“Anak kecil yang kaya atau orang baligh yang fakir tidak wajib (bagi orang tua) menafkahi mereka ....sampai pada ucapan.... Dan dapat pahami bahwa anak yang mampu bekerja yang layak baginya tidak berhak lagi menerima nafkah, sebaliknya ia (justru) dituntut untuk bekerja. Bahkan, ada pendapat yang mengatakan bahwa anak yang mampu bekerja ini masuk kategori anak yang kaya. Dikecualikan ketika anak yang telah mampu bekerja ini sedang mencari ilmu syara’ dan diharapkan nantinya akan menghasilkan kemuliaan (dari ilmunya) sedangkan jika ia bekerja maka akan tercegah dari rutinitas mencari ilmu, maka dalam keadaan demikian ia tetap wajib untuk dinafkahi dan tidak diperkenankan untuk menuntutnya bekerja.”

سبل السلام، الجزء ٢ الصحفة ٣٢٥

قال ابن المنذر: اختلف في نفقة من بلغ من الأولاد ولا مال له ولا كسب، فأوجب طائفة النفقة لجميع الأولاد أطفالا كانوا أو بالغين إناثا أو ذكرانا إذا لم يكن لهم أموال يستغنون بها عن الآباء

Ibnul Mundzir menyebutkan, para ulama berbeda pendapat tentang nafkah anak sudah baligh yang tidak memiliki harta dan pekerjaan. Sebagian ulama berpendapat bahwa ayah wajib memberi nafkah untuk semua anaknya, baik belum baligh maupun yang sudah baligh, laki-laki maupun perempuan. Apabila mereka tidak memiliki harta yang mencukupi, sehingga membutuhkan bantuan bapak.

سبل السلام، الجزء ٢ الصحفة ٣٢٥

فإن كانت لهم أموال فلا وجوب على الأب

“Jika mereka memiliki harta, maka tidak ada kewajiban nafkah atas ayahnya.” 


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA:

Nama : Ahmad Hasib
Alamat : Pademawu Pamekasan Madura 
____________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum

PENASEHAT :

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung Jember Jawa Timur)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Perumus : Ust. Arif Mustaqim (Sumbergempol Tulungagung Jawa Timur)
Muharrir : Kyai Mahmulul Huda (Bangsal Sari Jember Jawa Timur)
Editor : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Terjemah Ibarot : Kyai Muntahal 'Ala Hasbullah (Giligenting Sumenep Madura)

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :

 https://chat.whatsapp.com/ELcAfCdmm5AFXhPJdEPWT3
____________________________________________

Keterangan :

1) Pengurus, adalah orang yang bertanggung jawab atas grup ini secara umum

2) Tim Ahli, adalah orang yang bertugas atas berjalannya grup ini

3) Bagi para anggota grup yang memiliki pertanyaan diharuskan untuk menyetorkan soal kepada kordinator soal dengan via japri. Ya'ni tidak diperkenankan nge-share soal di grup secara langsung.

4) Setiap anggota grup boleh usul atau menjawab walaupun tidak bereferensi, namun tetap keputusan berdasarkan jawaban yang bereferensi.

5) Dilarang memposting iklan / video / kalam2 hikmah / gambar yang tidak berkaitan dengan pertanyaan. Sebab, akan mengganggu akan berjalannya tanya jawab. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?