Apakah Tanda Naqo' (Bersih) Diantara Sela-Sela Haidl ?
HASIL KAJIAN BM Nusantara
(Tanya Jawab Hukum Online)
السلام عليكم و رحمة الله وبركاته
DESKRIPSI:
Badrun dan Badriyah (nama samaran) merupakan dua pasang kekasih yang baru saja melangsungkan pernikahan. Dalam menjalani kehidupan yang baru ini, kedua terlihat begitu bahagia, maklum aja, namanya aja manten baru. Suatu ketika, si Badriyah dijima' oleh Badrun (sang suami) padahal saat dijima' tersebut Badriyah masih baru berhenti (ampet) dari Haidl (menstruasi). Setelah beberapa jam kemudian, ternyata darah masih keluar lagi dari Farji Badriyah.
PERTANYAAN:
Apakah Badriyah saat dijima' oleh Badrun, benar-benar sudah Naqo' (ampet)?
JAWABAN:
Jika kapas dimasukkan kedalam farji Wanita yang haid tersebut tidak berbekas, maka berarti Naqo'.
REFERENSI :
فقه الإسلام، الجزء ١ الصحفة ٤٦٢/٤٦٣
الطهر هو زمان نقاء المرأة من دم الحيض او النفاس
Artinya : Suci adalah masa bersihnya Wanita dari darah haid dan nifas.
النقاء هو عدم الدم
Naqo' adalah tidak adanya darah.
المجموع شرح المهذب، الجزء ١ الصحفة ٥٢٣
والنقاء هو أن يصير فرجها بحيث لو جعلت القطنة فيه لخرجت بيضاء
Artinya : Adapun Naqo' adalah kondisi saat kapas dimasukkan ke farjinya, maka kapas tersebut putih (tak berbekas) Tentang hukum Naqo' diantara dua haid :
إقناع، الجزء ١ الصحفة ٢٤٣
فَإِذا كَانَت ترى وقتا دَمًا ووقتا نقاء وَاجْتمعت هَذِه الشُّرُوط حكمنَا على الْكل بِأَنَّهُ حيض وَهَذَا يُسمى قَول السحب
Artinya : Maka apabila Wanita mendapati disatu waktu ada darah, disatu waktu lagi tidak ada darah, dan terkumpul syarat2 Haidl, maka kami menghukumi semua itu adalah Haidl, dan ini yang dinamakan Qoul Sahbi.
وَقيل إِن النَّقَاء طهر لِأَن الدَّم إِذا دلّ على الْحيض وَجب أَن يدل النَّقَاء على الطُّهْر وَهَذَا يُسمى قَول اللقط
Dan juga dikatakan, sesungguhnya tidak adanya darah itu suci, karena sesungguhnya apabila darah itu menunjukkan Haidl, maka tidak adanya darah tersebut menunjukkan suci, ini yang dinamakan Qoul Laqthi.
Hukum jima' di masa naqo' diantara dua haidl.
a. Di Bulan Pertama Haidl
المجموع شرح المهذب، الصحفة ٤٤٨-٤٤٩
قال أصحابنا : وعلى القولين إذا رأت النقاء في اليوم الثاني عملت عمل الطاهرات بلا خلاف لأنا لا نعلم أنها ذات تلفيق لاحتمال دوام الانقطاع قالوا : فيجب عليها أن تغتسل وتصوم وتصلي ولها قراءة القرآن ومس المصحف والطواف والاعتكاف وللزوج وطؤها ، ولا خلاف في شيء من هذا إلا وجها حكاه الرافعي أنه يحرم وطؤها على قول السحب وهو غلط ولا تفريع عليه٠
Artinya : Ashab kami berpedapat; "Berdasar dua qoul diatas jika Wanita mengalami Naqo' di hari ke-2, maka Wanita tersebut hendaknya melakukan aktifitas seperti para wanita yang suci. Dalam hal ini tidak ada khilaf, karena kita tidak tahu bahwa Wanita tadi memilih talfiq. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan telah selesainya masa haidl. Para Ashab berpendapat; "Maka wajib bagi wanita yang naqo' tersebut untuk mandi, puasa, sholat, dan Wanita tersebut boleh membaca al-Qur'an, menyentuh mushaf Qur'an, thawaf, i'tikaf, dan boleh bagi Suaminya memjima' Wanita tersebut. Dan dalam hal ini tidak ada khilaf, kecuali pendapat yang diungkapkan / diceritakan oleh Imam Rofi'i bahwa yang dalam masa naqo' tersebut haram dijima' berdasar qoul sahb, hal tersebut adalah salah, dan tidak ada sub bagian dalam hal ini.
فإذا عاودها الدم في اليوم الثالث تبينا أنها ملفقة إن قلنا بالتلفيق تبينا صحة الصوم والصلاة والاعتكاف وإباحة الوطء وغيرها وإن قلنا بالسحب تبينا بطلان العبادات التي فعلتها في اليوم الثاني ، فيجب عليها قضاء الصوم والاعتكاف والطواف المفعولات عن واجب الى أن قال قال أصحابنا : ونتبين أن وطء الزوج لم يكن مباحا لكن لا إثم للجهل
Jika darah tersebut kembali di hari ke-3 maka, jelas bahwa Perempuan tersebut bertalfiq. Jika kita menggunakan qoul talfiq, maka jelaslah bahwa puasa, sholat, i'tikafnya sah dan boleh Suaminya menjima'nya. Sebaliknya jika kita menggunakan qoul Sahbi, ibadah Wanita tersebut di hari ke-2 hukumnya tidak sah, dan mengqodlo' ibadah-ibadah wajib tersebut. Sampai pada ucapan. Para Ashab berpendapat; "Dan tidak boleh bagi Suami menjima' Wanita tersebut dimasa naqo', namun jima' tadi tidak berdosa karena ketidaktahuan mereka."
قال أصحابنا ؛ وكلما عاد النقاء في هذه الأيام إلى الرابع عشر وجب الاغتسال والصلاة والصوم وحل الوطء وغيره كما ذكرنا في اليوم الثاني فإذا لم يعد الدم فكله ماض على الصحة ، وإن عاد فحكمه ما ذكرناه في الثاني ، هكذا قطع به الأصحاب في كل الطرق٠
Setiap kembalinya naqo' di hari-hari ini hingga hari ke-14, maka Wanita tersebut wajib mandi, sholat, puasa, dan boleh jima' dan lain-lain seperti keterangan tentang naqo' hari ke-2, begitu juga seterusnya, seperti yang telah di putuskan oleh para Ashab dari berbagai pendapat.
b. Hukum pada Bulan kedua dan seterusnya...
فإذا جاء الشهر الثاني فرأت اليوم الأول وليلته دما ، والثاني وليلته نقاء ، ففيه طريقان حكاهما إمام الحرمين وغيره ؛
Apabila di Bulan ke-2 Wanita tersebut diawal Bulan darah keluar, lalu hari berikutnya naqo', maka dalam masalah ini ada 2 pendapat seperti yang dijelakan Imam Haromain dan lain-lain:
أحدهما) وبه قطع الشيخ أبو حامد وابن الصباغ وغيرهما من العراقيين والشيخ أبو زيد وغيره من الخراسانيين أن حكم الشهر الثاني والثالث والرابع وما بعدها أبدا كالشهر الأول فتغتسل عند كل نقاء وتفعل العبادات ويطؤها الزوج
1. Pendapat Abu Hamid, Ibnu Shibagh dan para ulama Iraq, serta Syeh Abu Zaid dan Ulama' Khurasan menyatakan bahwa; Hukum bulan ke-2,3,4 dan seterusnya sama dengan hukum bulan pertama, jadi Wanita tersebut dimasa naqo' wajib mandi, dan melakukan ibadah wajib, serta boleh jima' dengan Suaminya.
والطريق الثاني) البناء على ثبوت العادة بمرة أو بمرتين
فإن أثبتناها بمرة فقد علمنا التقطع بالشهر الأول ف تغتسل ولا تصلي ولا تصوم إذا قلنا بالسحب وإن لم نثبتها بمرة اغتسلت وفعلت العبادات كالشهر الأول
2. Pendapat yang berdasar penetapan kebiasaannya apakah cukup satu kali atau dua kali ?, Jika kita menetapkan kebiasaan tersebut cukup terjadi satu kali, kita tahu bahwa di Bulan pertama naqo'nya terputus-putus, maka Wanita tersebut tidak perlu mandi, sholat, dan puasa jika kita ikut qoul sahb. Jika kita tidak menetapkan kebiasaan tersebut, maka Wanita tersebut hendaknya mandi, dan melaksanakan ibadah seperti di Bulan yang pertama.
فعلى هذا الطريق تثبت عادة التقطع في الشهر الثالث بالعادة المتكررة في الشهرين السابقين ، وكذا حكم الرابع فما بعده فلا تغتسل في النقاء ولا تفعل العبادات ولا توطأ إذا قلنا : بالسحب وهذا الطريق هو الأصح عند الرافعي وبه قطع صاحب الحاوي
Berdasar pendapat ini, maka kebiasaan terputusnya naqo' / haidl di Bulan ke-3 berdasar kebiasaan bulan-bulan sebelumnya. Begitu juga hukum Bulan ke-4 dst, maka meskipun naqo' Wanita tersebut tidak perlu mandi wajib maupun ibadah yang lain, serta tidak boleh jima', jika kita berdasar qoul sahbi. Pendapat ini merupakan Qoul Ashoh menurut imam Rofi'i dan imam Mawardi.
وأشار إمام الحرمين إلى ترجيح الطريق الأول ويؤيده أن الشافعي نص في الأم على وجوب الغسل والصلاة كلما عاد النقاء٠
Dan menurut Imam Haromain pendapat yang awal lebih kuat, dan hal ini diperkuat dari pendapat Imam Syafi'i dalam kitab Al-Umm yang menyatakan Wanita tersebut wajib mandi dan sholat setiap kali dalam kondisi Naqo'.
والله أعلم بالصواب
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
PENANYA
Nama : Sulton Baidowi
Alamat : Umbul Sari Jember Jawa Timur
_______________________________
MUSYAWWIRIN :
Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum.
PENGURUS :
Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin
TIM AHLI :
Kordinator Soal : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Zainul Qudsiy, Ust. Robit Subhan
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda, Ust. Anwar Sadad
Editor : Ust. Hosiyanto Ilyas
PENASEHAT : Gus Abd. Qodir
_______________________________
Komentar
Posting Komentar