Hukum Mencuci Pakai Mesin Cuci


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

  السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Muti'ah adalah seorang gadis yang rajin . Setiap pagi pekerjaannya mencuci baju punya keluarganya dengan cara "ala apa adanya". Suatu ketika saat ulang tahunnya, Ayahnya memberi hadiah mesin Cuci pada Muti'ah. Akhirnya dia mencuci baju keluarganya dengan mesin cuci tersebut, tanpa panjang lebar setelah di keluarkan dari mesin cuci, pakaian tesebut langsung di jemur.

PERTANYAAN:

Sucikah baju tersebut setelah keluar dari mesin cuci. Sedangkan baju yang dicuci kadang ada yang mutanajis?

JAWABAN:

Pakaian yang kena najis jika dicuci dengan menggunakan mesin cuci, maka hukumnya suci jika memenuhi persyaratan mensucikan najis antara lain :

a. Menggunakan air suci mensucikan.

b. Najisnya sudah menjadi najis hukmiyah.

c. Pakaian dimasukan dahulu kemudian tuangkan air secara merata.

d. Air tidak berubah sifat-sifatnya.

REFERENSI:

المعتمد، الجزء ١ الصحفة ٤٧-٤٨

ويكفي في تطهير المتنجس ان يغسل مرة واحدة بماء طاهر مطهر بأن يجري الماء على المحل ويسيل عليه بحيث يصل الماء الى المحل ويجب ازالة الطعم وان عسر لان بقاؤه يدل على بقاء العين ويجب محاولة ازالة اللون والرائحة،  لكن لا يضر بقاء اللون الخفيف في الدم مثلا، او بقاء الريح الخفيف في الخمر اذا عسر  زوالهما، فإن بقي اللون والرائحة معا لم يطهر المحل ولا يشترط العصر في المحل الذي يمكن عصره في الاصح ويسن الاستعانة بصابون ونحوه لإزالة النجاسة ويندب ان يغسل المحل مرة ثانية وثالثة بعد طهره بالاولى

Artinya : Dan cukup mensucikan barang yang terkena najis dibasuh sekali saja dengan air yang suci sekaligus mensucikan dengan cara mengalirkan pada tempat (najis), dan mengalir sampai sekiranya sampai pada tempat (najis). Dan wajib menghilangkan rasa (najis) meskipun sulit, karena tetapnya rasa menunjukkan tetapnya 'ain (najis). Dan wajib berusaha menghilangkan warna dan baunya, tetapi  tidak mengapa tetapnya warna yang sedikit misalnya pada darah, atau tetapnya bau yang sedikit pada khomer apabila keduanya sulit untuk dihilangkan. Maka apabila bau dan warna tetap ada secara bersamaan, maka tidak suci tempat tersebut. Di dalam Qoul Ashoh, tidak disyaratkan memeras tempat (najis) yang memungkinkan untuk memerasnya. Dan disunahkan menggunakan sabun dan seumpanya untuk menghilangkan najis, dan disunahkan membasuh tempat najis dengan basuhan kedua dan ketiga kalinya setelah pensucian pada basuhan pertama.


مغني المحتاج، الجزء ١ الصحفة ٨٦

 ويشترط ورود الماء : على المحل إن كان قليلا في الأصح لئلا يتنجس الماء لو عكس لما علم مما سلف أنه ينجس بمجرد وقوع النجاسة فيه والثاني وهو قول ابن سريج لا يشترط لأنه إذا قصد بالغمس في الماء القليل إزالة النجاسة طهر كما لو كان الماء واردا بخلاف ما إذا ألقته الريح

Artinya : Berdasar qoul Ashoh ketika mensucikan benda atau tempat, jika air tersebut kurang dari 2 kullah, maka di syaratkan air tersebut di siramkan ke tempat / bagian yang terkena najis agar air tersebut tidak menjadi air mutanajjis, (karena jika) dibalik, air yang kurang 2 kullah tersebut akan menjadi mutanajjis disebabkan air tersebut kejatuhan najis. Adapun menurut pendapat yang kedua yaitu pendapat Ibnu Suroij, tidak disyaratkan mendatangkan atau  menyiramkan air, karena jika seseorang bertujuan menghilangkan najis dengan cara mencelupkan benda yang terkena najis kedalam air yang kurang dari 2 kullah, maka benda tersebut menjadi suci seperti halnya yang terjadi jika air tetsebut disiramkan ke benda mutanajjis, hal ini berbeda jika benda mutanajjis tersebut jatuh ke air yang sedikit disebabkan tertiup angin.


المجموع شرح المهذب، الجزء ٢ الصحفة ٦٠٠

ولو صب الماء في إناء نجس ولم يتغير بالنجاسة فهو طهور فإذا اداره على جوانبه طهرت الجوانب كلها هذا كله قبل الانفصال

Artinya : Jika air dituangkan ke wadah yang najis, dan air tidak berubah disebabkan najis, maka air tersebut suci, apabila air itu diputar-putar pada dalam wadah itu, maka wadah tersebut menjadi suci. Hal ini jika air belum terpisah dari wadah tersebut.

قال فلو انفصل الماء متغيرا وقد زالت النجاسة عن المحل فالماء نجس وفى المحل وجهان أحدهما انه طاهر لانتقال النجاسة إلى الماء والثاني وهو الصحيح أن المحل نجس أيضا لأن الماء المنفصل نجس وقد بقيت منه أجزاء في المحل

Imam Nawawi berkata ; apabila air tersebut kondisinya sudah berubah, serta najisnya sudah hilang dari tempatnya, maka hukum air tersebut adalah najis, sedangkan hukum tempatnya ada 2 pendapat; yang pertama tempat itu hukumnya suci karena najis sudah berpindah pada air, pendapat yang kedua dan ini yang shohih bahwasanya tempat tersebut najis juga karena air yang terpisah hukumnya najis, dan sesungguhnya sisa air yang najis itu masih ada pada tempat tersebut.


  والله أعلم بالصواب

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

PENANYA

Nama : Nur Halimah 
Alamat : Umbul Sari Jember Jawa Timur
_______________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WhatsApp Tanya  Jawab Hukum.

PENGURUS :

Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Zainul Qudsiy, Ust. Robit Subhan
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda, Ust. Anwar Sadad
Editor : Ust. Hosiyanto Ilyas

PENASEHAT

Gus Abd. Qodir
_________________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?