Hukum Darah yang Keluar Pada Hari Pertama Dan Kedua Tidak Sampai 24 Jam Haidlkah ?

HASIL KAJIAN BM Nusantara
(Tanya Jawab Hukum Online)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Badriyah mempunyai kebiasaan haidl 7 hari setiap bulannya, suatu ketika Badriyah pada tanggal 1 tepat adzan ashar, Dia keluar darah kuat (merah kehitaman) sampai masuk waktu shubuh tanggal 2, lalu darah berhenti (ampet). Kemudian tanggal 19 tepatnya pada adzan magrib keluar darah lagi sampai tanggal 24 waktu asar dengan warna darah merah.

PERTANYAAN:

1. Apakah darah yang keluar tanggal 1 sampai tanggal 2 tersebut dinamakan Haidl?

JAWABAN:

Darah yang keluar tanggal 1 sampai tanggal 2 sebagaimana dalam deskripsi adalah bukan darah haid karena darah hanya keluar kurang lebih 13 jam, sementara paling sedikitnya haid adalah sehari semalam atau 24 jam.

REFERENSI :

الفقه المنهجي، الجزء ١ الصحفة ٧٨

فإذا رأت المرأة دماً أقل من مدة الحيض ـ أي أقل من يوم وليلة ـ أو رأت الدم بعد مدة أكثر الحيض ـ أي أكثر من خمسة عشر يوماً بلياليها ـ، اعتبر هذا الدم دم استحاضة، لا دم حيض

Artinya : Apabila seorang perempuan melihat darah kurang dari masa sedikitnya haid (artinya kurang dari sehari semalam) atau melihat darah lebih dari lima belas hari lima belas malam, maka darah ini dianggap sebagai darah Istihadloh bukan darah haid.


PERTANYAAN:

2. Apakah darah yang keluar pada tanggal 19-24 dinamakan darah haidl ? 

JAWABAN:

Darah yang keluar pada tanggal 19 -24 adalah darah haid. Karena masa 5 hari tersebut adalah sudah melebihi paling sedikitnya masa haid.

REFERENSI:

مغني المحتاج  الجزء ١ الصحفة ٢٩٤

أَمَّا النَّقَاءُ بَعْدَ آخِرِ الدِّمَاءِ فَطُهْرٌ قَطْعًا، وَإِنْ نَقَصَتْ الدِّمَاءُ عَنْ أَقَلِّ الْحَيْضِ فَهِيَ دَمُ فَسَادٍ

Artinya : Adapun keadaan bersih dari haid setelah akhir keluarnya darah dapat dipastikan itu merupakan masa suci, dan apabila darah yang keluar kurang dari masa paling sedikitnya haid, maka darah tersebut adalah darah fasad (rusak)


الغرر البهية الجزء ١ الصحفة ٢١٤

 وَأَنَّ أَقَلَّ الْحَيْضِ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَأَنَّ أَكْثَرَهُ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا اعْتِبَارًا بِالْوُجُودِ فِيهِمَا وَأَنَّ أَقَلَّ الطُّهْرِ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا كَذَلِكَ وَلِأَنَّ الشَّهْرَ لَا يَخْلُو غَالِبًا عَنْ حَيْضٍ وَطُهْرٍ فَإِذَا كَانَ أَكْثَرُ الْحَيْضِ خَمْسَةَ عَشَر لَزِمَ أَنْ يَكُونَ أَقَلُّ الطُّهْرِ كَذَلِكَ

Artinya : Paling sedikitnya masa haid adalah sehari semalam dan paling banyaknya lima belas hari dengan memperhatikan eksistensi keduanya dan demikian pula paling banyaknya masa suci adalah lima belas hari dan karena sebulan biasanya tidak kosong dari haid dan suci, apabila paling banyaknya haid 15 hari maka pastinya paling sedikitnya suci juga 15 hari


PERTANYAAN:

3. Jika tanggal 19 - 24 di namakan darah haidl, shalat apa saja yang harus diqodlo' ?

JAWABAN:

Sholat yang harus diqodho' adalah sholat ashar sekaligus dhuhur, karena waktu ashar adalah waktu sholat dhuhur dalam sholat jama'. Sedangkan pada saat permulaan haid  tidak ada yang perlu diqodlo' karena saat awal haid tidak ada waktu sedikitpun yang mencukupi untuk melakukan sholat.

REFERENSI:

البيان في مذهب الامام الشافعي الجزء ٢ الصحفة ٤٩

وإن كان مفيقًا في أول الوقت، ثم طرأ عليه الجنون أو الإغماء، إلى أن خرج الوقت، أو كانت طاهرًا في أول الوقت، ثم طرأ عليها الحيض أو النفاس. نظرت؛ فإن لم تدرك من الوقت ما تتمكن فيه من فعل جميع الصلاة. . لم يلزمها قضاؤها٠ الى ان قال٠ وإن طرأ عليه العذر بعد أن أدرك ما يتمكن فيه من فعل الفرض٠  وجب عليه القضاء عند زوال العذر


Artinya : Ketika seseorang sembuh pada awal waktu kemudian tiba-tiba Dia gila atau ayan (hilang kesadaran) sampai waktu sholat berlalu atau (seorang wanita) pada awal waktu solat Dia suci, kemudian tiba-tiba Dia haid atau nifas, maka hal itu dilihat ; "Apabila waktu tersebut tidak cukup untuk melaksanakan sholat secara utuh, maka Wanita tersebut tidak wajib meng-qodlo'nya. sampai pada kata. Dan apabila seseorang tiba-tiba mengalami udzur (semisal gila) setelah Dia mendapati waktu yang cukup dalam waktu itu untuk melaksanakan sholat fardlu, maka Dia wajib mengqodo sholatnya ketika udzur telah hilang.


اسني المطالب الجرء ١ الصحفة ١٢٢

وَإِذَا زَالَتْ الْأَعْذَارُ الْمَانِعَةُ) مِنْ وُجُوبِ الصَّلَاةِ (وَقَدْ بَقِيَ مِنْ الْوَقْتِ قَدْرُ تَكْبِيرَةٍ فَأَكْثَرُ لَزِمَتْ الصَّلَاةُ) أَيْ صَلَاةُ الْوَقْتِ كَمَا تَلْزَمُ وَقَدْ بَقِيَ مِنْهُ قَدْرُ رَكْعَةٍ لِخَبَرِ «مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً» بِجَامِعِ إدْرَاكِ مَا يَسَعُ رُكْنًا وَلِأَنَّ الْإِدْرَاكَ الَّذِي يَتَعَلَّقُ بِهِ اللُّزُومُ يَسْتَوِي فِيهِ الرَّكْعَةُ وَدُونَهَا كَاقْتِدَاءِ المسافر  بِالْمُتِمِّ  وَقَضِيَّةُ كَلَامِهِمْ أَنَّهَا لَا تَلْزَمُ بِإِدْرَاكٍ دُونَ تَكْبِيرَةٍ وَفِيهِ تَرَدُّدٌ لِلْجُوَيْنِيِّ لِأَنَّهُ أَدْرَكَ جُزْءًا مِنْ الْوَقْتِ إلَّا أَنَّهُ لَا يَسَعُ رُكْنًا وَالْأَوْجَهُ عَدَمُ لُزُومِهَا كَمَا اقْتَضَاهُ كَلَامُ غَيْرِهِ وَجَزَمَ بِهِ فِي الْأَنْوَارِ وَمَتَى لَزِمَتْ بِمَا ذَكَرَ لَزِمَتْ (مَعَ الَّتِي قَبْلَهَا إنْ صَلَحَتَا لِجَمْعٍ) بِأَنْ صَلَحَتْ لِجَمْعِهَا مَعَهَا لِأَنَّ وَقْتَهَا وَقْتٌ لَهَا حَالَةَ الْعُذْرِ فَحَالَةُ الضَّرُورَةِ أَوْلَى بِخِلَافِ مَا لَا تُجْمَعُ مَعَهَا

Artinya : Apabila beberapa udzur yang mencegah dari kewajiban sholat telah hilang, dan masih tersisa waktu untuk sekedar takbiratul ikhram atau lebih, maka wajib melaksanakan sholat, artinya sholat pada waktu itu, sebagaimana wajib dikerjakan sholat yang hanya tersisa waktu satu rokaat saja berdasar hadits Nabi "barang siapa masih bisa mendapati waktu sholat mekipun cuma dapat satu rakaat", artinya dapat menemukan kesempatan waktu yang yang cukup untuk melakukan satu rukun sholat. Dan karena sesungguhnya, mendapati waktu sholat yang mana kewajiban dikaitkan dengannya, adalah menjadi sama/setara didalam waktu yang didapati oleh satu roka'at dan kurang dari satu roka'at, seperti bermakmumnya orang musafir dengan orang sholat sempurna. Adapun pemahaman yang muncul dari pendapat para ulama' adalah sholat tidak wajib bagi wanita tersebut karena waktunya tidak cukup untuk takbirotul ihrom. Dalam masalah tersebut Imam Juwaini masih belum bisa memastikan hukum, hal ini dikarenakan orang tersebut masih mendapat waktu meskipun waktu tersebut tidak cukup untuk melakukan satu rukun. Adapun menurut pendapat yang lebih kuat adalah orang tersebut tidak wajib sholat hal ini senada dengan pendapat Ulama' lainya, dan hal itu dikuatkan dalam kitab al-Anwar, dan jika sholat di wajibkan karena menemui waktu sholat sekadar takbirotul ihrom, maka orang tersebut wajib melaksanakan sholat tersebut beserta sholat sebelumnya jika sholat tersebut merupakan solat yang boleh dijama' (seperti asar sama dhuhur, isya' sama magrib), karena waktu sholat yang terakhir merupakan juga waktu sholat yang pertama saat kondisi udzur (contoh waktu solat asar juga merupakan waktu solat duhur ketika menjama' sholat), apalagi jika kondisinya dlorurot, hal ini berbeda dengan sholat yang tidak bisa dijama'kan


    والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

PENANYA

Nama : Jannah
Alamat : Siantan Pontianak Kalimantan Barat
_______________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WA Tanya  Jawab Hukum.

PENGURUS :

Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Zainul Qudsiy, Ust. Robit Subhan
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda, Ust. Anwar Sadad
Editor : Hosiyanto Ilyas

PENASEHAT : Gus Abd. Qodir

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
https://t.me/joinchat/ER-KDnY2TDI7UInw

_________________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?