Hukum Mencukur Bulu Tangan Kaki Bagi Perempuan


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

DESKRIPSI:

Cika (nama samaran) merupakan Wanita yang memiliki bulu yang agak panjang di wajah, tangan, dan kakinya. Karena merasa risih jika dilihat orang, maka Cika mencukur bulu yang tumbuh di wajah, tangan dan kaki tersebut.

PERTANYAAN:

Bagaimana hukum mencukur bulu-bulu yang tumbuh di wajah, tangan dan kaki tersebut?

JAWABAN:

Hukum mencukur bulu-bulu yang tumbuh di area wajah atau kaki seorang perempuan, selain bulu alis adalah boleh. Karena hal tetsebut tidak termasuk merubah ciptaan Allah dan juga tidak termasuk nafsi, yaitu mencukur alis yang diharamkan. Dan juga boleh bagi seorang Istri mencukur alisnya apabila diperintah Suami atau mendapat idzin darinya.

REFERENSI:

الموسوعة الفقهية الكويتية، الجزء ١٨ الصحفة ١٠٩

حلق شعر سائر الجسد

Artinya: Mencukur rambut dan (bulu yang tumbuh) di sebagian jasad.

١٢ - يرى جمهور الفقهاء أنّه لو نبتت للمرأة لحية أو شارب أو عنفقة كان لها إزالتها بالحلق‏.‏ وذهب المالكيّة إلى أنّه يجب عليها إزالتها‏٠

Jumhur Ulama' berpendapat bahwasanya Wanita yang tumbuh jenggot, kumis atau jawes (red-jawa) boleh baginya menghilangkannya dengan cara dicukur. Al-Malikiyah berpendapat bahwasanya wajib atas seorang wanita untuk menghilangkannya.

وقال ابن جرير‏:‏ لا يجوز للمرأة حلق لحيتها ولا عنفقتها ولا شاربها، ولا تغيير شيء من خلقتها بزيادة ولا نقص منه، قصدت به التّزيّن لزوج أو غيره، لأنّها في جميع ذلك مغيّرة خلق اللّه ومتعدّية على ما نهى عنه‏٠

Imam Ibnu Hajar berkata : Bagi seorang wanita tidak boleh mencukur jenggot, jawes (red-jawa), dan kumisnya. Dan tidak boleh merubah sesuatu dari bentuk asalnya dengan cara menambah dan tidak pula menguranginya dengan tujuan berhias untuk suaminya atau yang lainnya. Karena sesungguhnya seorang wanita pada semua hal tersebut merupakan orang yang merubah ciptaan Allah SWT dan merupakan orang yang melampaui batas atas apa yang dilarang oleh-Nya.

وأمّا حلق شعر سائر الجسد كشعر اليدين والرّجلين فقد صرّح المالكيّة بوجوبه في حقّ النّساء وقالوا‏:‏ يجب عليها إزالة ما في إزالته جمال لها ولو شعر اللّحية إن نبتت لها لحية، ويجب عليهنّ إبقاء ما في إبقائه جمال لها فيحرم عليها حلق شعرها‏٠

Dan adapun mencukur rambut yang tumbuh di sebagian jasad seperti bulu kedua tangan dan kaki, maka Al-Malikiyah sungguh telah memberi lisensi haknya wanita dengan wajibnya mencukur (buku tangan dan kaki). Dan mereka (Al-Malikiyah) berkata : Wajib bagi wanita menghilang sesuatu yang didalam menghilangkannya terdapat kecantikan baginya meskipun bulu jenggot, jika tumbuh jenggot baginya. Dan wajib baginya menyisakan / membiarkan sesuatu yang mana di dalam menyisakan sesuatu tersebut terdapat kecantikan baginya, maka haram baginya mencukur jenggotnya (apabila dengan adanya jenggot bagi wanita tersebut, justru menyebabkan dia cantik).

الفقه على مذاهب الاربعة، الجزء ٢ الصحفة ٤٤

ﻭﻳﺘﻌﻴﻦ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺮﺃﺓ ﺇﺯاﻟﺘﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﺃﻣﺮ اﻟﺰﻭﺝ ﻟﻬﺎ٠

Artinya: Dan mencukur bulu tersebut menjadi wajib ketika suaminya memerintahkannya melakukan hal itu.

ﺃﻣﺎ ﻋﺎﻧﺔ اﻟﻤﺮﺃﺓ ﻓﺘﺴﻦ ﺇﺯاﻟﺘﻬﺎ ﺑﺎﻟﻨﺘﻒ. ﻭﺗﺴﻦ ﺇﺯاﻟﺔ ﺷﻌﺮ اﻹﺑﻄﻴﻦ ﺑﺎﻟﺤﻠﻖ ﻭاﻟﻨﺘﻒ، ﻭاﻟﻨﺘﻒ ﺃﻭﻟﻰ، ﻭﺃﻣﺎ ﺣﻠﻖ ﺷﻌﺮ اﻟﻈﻬﺮ ﻭاﻟﺼﺪﺭ ﻓﻬﻮﺧﻼﻑ اﻷﺩﺏ٠

Adapun bulu diatas vagina, disunnahkan bagi wanita untuk menghilangkan nya dengan cara dicabut. Dan disunnahkan menghilangkan bulu ketiak baik dengan mencukur bersih, maupun dengan mencabutnya, namun mencabutnya itu lebih utama. Adapun mencukur bersih bulu punggung dan bulu dada hal itu hukumnya menyalahi adab.

ﻭﻳﺒﺎﺡ ﺣﻠﻖ ﺟﻤﻴﻊ اﻟﺸﻌﺮ اﻟﺬﻱ ﻋﻠﻰ اﻟﺒﺪﻥ ﻛﺸﻌﺮ اﻟﺼﺪﺭ ﻭاﻟﻴﺪﻳﻦ ﻭاﻷﻟﻴﺔ ﻭاﻟﺸﻌﺮ اﻟﺬﻱ ﻋﻠﻰ حلقة اﻟﺪﺑﺮ، ﺃﻣﺎ ﺷﻌﺮ اﻟﺮﺃﺱ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻜﺮﻩ ﻟﻐﻴﺮ اﻟﻤﺘﻌﻤﻢ، ﻭﻳﺒﺎﺡ ﻟﻠﻤﺘﻌﻤﻢ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺸﻬﻮﺭ

Dan diperbolehkan mencukur bersih semua bulu yang ada di badan seperti bulu dada, bulu tangan, bulu pantat, maupun bulu di sekitar dubur. Adapun mencukur bersih rambut kepala hukumnya makruh bagi orang yang tidak memakai sorban, dan hal itu diperbolehkan bagi orang yang memakai sorban menurut qoul masyhur.

ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺮﺃﺓ ﺃﻥ ﺗﺰﻳﻞ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻳﻨﺎﻓﻲ اﻟﺠﻤﺎﻝ، ﻓﻴﺠﺐ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺇﺯاﻟﺔ ﻣﺎ ﻋﻠﻰ ﺑﺪﻧﻬﺎ ﻣﻦ اﻟﺸﻌﺮ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻻ ﻳﺮﻏﺐ ﻓﻴﻪ اﻟﺰﻭﺝ. ﻛﻤﺎ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺣﻠﻖ ﺷﻌﺮ اﻟﻠﺤﻴﺔ ﺇﻥ ﻧﺒﺘﺖ ﻟﻬﺎ ﻟﺤﻴﺔ، ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺗﺮﻙ ﻣﺎ ﻓﻴﻪ اﻟﺠﻤﺎﻝ ﻣﻦ اﻟﺸﻌﺮ، ﻓﻴﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺇﺯاﻟﺔ ﺷﻌﺮ اﻟﺮﺃﺱ٠

Dan wajib bagi perempuan menghilangkan semua perkara yang menghilangkan unsur kecantikannya, sehingga wajib baginya menghilangkan semua bulu yang ada di badannya jika suami tidak menyukai adanya bulu itu, contohnya bagi wanita wajib mencukur bulu jenggot apabila bulu jenggotnya tumbuh. Begitu juga wanita wajib membiarkan rambut yang menjadikannya tetap cantik maka bagi wanita haram hukumnya mencukur bersih rambut kepalanya.

فتح الباري، الجزء ١٠ الصحفة ٣٧٧-٣٧٨

قال الحافظ ابن حجر رحمه الله: "يقال: إن النماص يختص بإزالة شعر الحاجبين لترفيعهما أو تسويتهما" انتهى من "فتح الباري"٠ وقال النووي: يستثنى من النماص ما إذا نبت للمرأة لحية أو شارب أو عنفقة فلا يحرم عليها إزالتها بل يستحب  

Artinya : Al-Hâfîz Ibnu Hajar R.hma berkata : dikatakan sesungguhnya  dikhususkan dengan menghilangkan rambut yang ada diantara dua alis untuk meninggikan atau meratakan keduanya, selesai. (Diambil) dari kitab Fathul Bari. Dan Imam Nawawi berkata : "dikecualikan dari kata  (bulu yang pendek) ialah sesuatu yang apabila bagi wanita tumbuh jenggot, kumis atau jawes (red-jawa), maka tidak haram bagi wanita untuk menghilangkannya, bahkan dianjurkan.

مغني المحتاج، الجز ١ الصحفة ٤٠٧

أَمَّا إذَا أَذِنَ لَهَا الزَّوْجُ أَوْ السَّيِّدُ فِي ذَلِكَ، فَإِنَّهُ يَجُوزُ؛ لِأَنَّ لَهُ غَرَضًا فِي تَزْيِينِهَا لَهُ وَقَدْ أَذِنَ لَهَا فِيهِ هَذَا مَا فِي الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا، وَخَالَفَ فِي التَّحْقِيقِ فِي الْوَصْلِ وَالْوَشْرِ فَأَلْحَقَهُمَا بِالْوَشْمِ فِي الْمَنْعِ مُطْلَقًا، وَالْأَوَّلُ أَوْجَهُ

Artinya: Adapun jika tanmish itu dilakukan atas izin dari Suami atau izin Sayyidnya, maka hal itu diperbolehkan, karena Suami / Sayyid itu punya tujuan agar Istri / budak tadi berhias untuknya, sedangkan dalam hal ini Dia sudah diberi izin oleh Suaminya. Ini merupakan pendapat Imam Nawawi dalam kitab Roudloh Maulun Ashlu Roudloh, berbeda dengan pendapat beliau dalam kitab Tahqiq dalam masalah menyambung rambut dan merapikan gigi. Beliau menyamakan keduanya dengan tato dalam hal melarangnya secara mutlak. Adapun qoul yang lebih kuat adalah qoul yang awwal.

الموسوعة الفقهية الكويتية، الجزء ١٥ الصحفة ٦٩

 وذهب الجمهور إلى أنّه لا يجوز التّنمّص لغير المتزوّجة ، وأجاز بعضهم لغير المتزوّجة فعل ذلك إذا احتيج إليه لعلاج أو عيب ، بشرط أن لا يكون فيه تدليس على الآخرين٠
قال العدويّ : والنّهي محمول على المرأة المنهيّة عن استعمال ما هو زينة لها ، كالمتوفّى عنها والمفقود زوجها٠

Artinya: Jumhur Ulama' berpendapat bahwa tidak boleh tanmish (mencabut bulu wajah atau alis) bagi Wanita yang tidak bersuami (masih status gadis atau janda). Sebagian Ulama' membolehkan bagi Wanita yang tidak bersuami (masih status gadis atau janda) melakukan hal itu apabila memang dibutuhkan karena penyembuhan penyakit maupun menghilangkan cacat dengan syarat tidak adanya unsur penipuan (dalam penampilan).

أمّا المرأة المتزوّجة فيرى جمهور الفقهاء أنّه يجوز لها التّنمّص، إذا كان بإذن الزّوج، أو دلّت قرينة على ذلك ، لأنّه من الزّينة، والزّينة مطلوبة للتّحصين، والمرأة مأمورة بها شرعا لزوجها٠

Adapun Wanita yang bersuami, jumhur Ulama' berpendapat boleh bagi Wanita tersebut melakukan tanmish (mencabut bulu wajah atau alis) apabila ada idzin dari Suami atau ada tanda-tanda bahwa Suami mengidzinkan, karena tanmish termasuk bagian dari berhias, dan berhias itu diperintahkan demi untuk menjaga Suami, dan Wanita diperintahkan melakukan hal itu berdasar syara' demi Suami.

ودليلهم ما روته بكرة بنت عقبة أنّها سألت عائشة رضي الله عنها عن الحفاف، فقالت : إن كان لك زوج فاستطعت أن تنتزعي مقلتيك فتصنعيهما أحسن ممّا هما فافعلي٠

Dalil mereka adalah atsar yang diriwayatkan dari Bakroh binti Uqbah yang bertanya pada Sayyidatina Aisyah tentang menipiskan bulu alis, beliau menjawab; "Apabila engkau memiliki Suami, dan kamu nampu untuk merias bola matamu, kemudian kamu meriasnya dengan sebaik-baiknya, maka lakukanlah !"


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Hikmah
Alamat : Makasar Sulawesi Selatan
___________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group Telegram Tanya Jawab Hukum. 

PENASEHAT :

Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Habib Abdurrahman Al-Khirid (Kota Sampang Madura)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Batu Licin Kalimantan Selatan)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Jefri Ardian Syah (Sokobanah Sampang Madura)
Perumus + Muharrir : Ust. Mahmulul Huda (Bangsal Jember Jawa Timur)
Editor : Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan (Balung Jember Jawa Timur), Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
https://t.me/joinchat/ER-KDnY2TDI7UInw 
___________________________ 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?