Hukum Penghasilan Profesi Wajibkah Dikeluarkan Zakatnya ?

 HASIL KAJIAN BM NUSANTARA
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

DESKRIPSI:

Badriyah (nama samaran) merupakan seorang Guru PNS di Lembaga Pendidikan Negeri yang ada di Kecamatannya. Gaji perbulannya Rp. 2.500.000. Dia tinggal bersama Ibunya, karena Ayahnya sudah meninggal sejak Badriyah kecil.

PERTANYAAN:

Apakah Badriyah terkena kewajiban zakat Profesinya sebagai seorang Guru?

JAWABAN:

Adapun zakat penghasilan dari suatu pekerjaan (profesi) Ulama' berbeda pendapat :

1. Menurut Ulama' salaf (Empat Madzhab) tidak mewajibkan zakat profesi.

2. Menurut Ulama' Kontemporer seperti Syekh Yusuf Qordlowi dan Wahbah Az-Zuhaili menyatakan bahwa penghasilan dari sebuah profesi itu wajib dizakati karena mengandung unsur pengembangan, dengan catatan apabila pendapatan pertahunnya sudah bisa mencapai nishob yakni sebesar 85 gram emas.
Dan besar zakat profesi tersebut adalah 2,5 % dari total penghasilan bersih menurut Yusuf Qordlowi.

Adapun pengeluaran zakatnya adalah ketika menerima gaji tersebut.

Jadi seandainya harga emas pergram Rp.850.000 maka nishob gaji pertahun yang terkena wajib zakat adalah 

85 gr x Rp. 850.000 = Rp. 72. 000.000 pertahun
Rp. 72. 000.000 : 12 = Rp. 6.000.000 perbulan

Dan besar zakat yang dikeluarkan perbulan adalah. 
Rp. 6.000.000 x 2,5 % = Rp.150.000 perbulan. 

Jadi pada dasarnya jika pendapatan bersihnya masih Rp. 2.500.000. Maka Badriyah belum wajib zakat.

REFERENSI:

كفاية الاخيار، الجزء ١ الصحفة ١٦٨

ﻛﺘﺎﺏ اﻟﺰﻛﺎﺓ: ﺑﺎﺏ ﻣﺎ ﺗﺠﺐ ﻓﻴﻪ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻭﺷﺮاﺋﻂ ﻭﺟﻮﺑﻬﺎ ﻓﻴﻪ٠ (ﺗﺠﺐ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻓﻲ ﺧﻤﺴﺔ ﺃﺷﻴﺎء اﻟﻤﻮاﺷﻲ ﻭاﻷﺛﻤﺎﻥ ﻭاﻟﺰﺭﻭﻉ ﻭاﻟﺜﻤﺎﺭ ﻭﻋﺮﻭﺽ اﻟﺘﺠﺎﺭﺓ)

Artinya : Kitab Zakat. Bab perkara yang wajib dizakati, dan syarat wajibnya dalam perkara tersebut. Perkara yang wajib zakat ada 5 : Hewan ternak . Emas dan perak. Pertanian. Buah buahan. Harta Perdagangan.

اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻓﻲ اﻟﻠﻐﺔ اﻟﻨﻤﻮ ﻭاﻟﺒﺮﻛﺔ ﻭﻛﺜﺮﺓ اﻟﺨﻴﺮ ﻳﻘﺎﻝ ﺯﻛﺎ اﻟﺰﺭﻉ ﺇﺫا ﻧﻤﺎ ﻭﺯﻛﺎ ﻓﻼﻥ ﺃﻱ ﻛﺜﺮﺓ ﺑﺮﻩ ﻭﺧﻴﺮﻩ ﻭﻫﻲ ﻓﻲ اﻟﺸﺮﻉ اﺳﻢ ﻟﻘﺪﺭ ﻣﻦ اﻟﻤﺎﻝ ﻣﺨﺼﻮﺹ ﻳﺼﺮﻑ ﻷﺻﻨﺎﻑ ﻣﺨﺼﻮﺻﺔ ﺑﺸﺮاﺋﻂ 
ﻭﺳﻤﻴﺖ ﺑﺬﻟﻚ ﻷﻥ اﻟﻤﺎﻝ ﻳﻨﻤﻮ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺇﺧﺮاﺟﻬﺎ ﻭﺩﻋﺎ اﻵﺧﺬ ﻗﺎﻝ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ {ﻭﻣﺎ ﺁﺗﻴﺘﻢ ﻣﻦ ﺯﻛﺎﺓ ﺗﺮﻳﺪﻭﻥ ﻭﺟﻪ اﻟﻠﻪ ﻓﺄﻭﻟﺌﻚ ﻫﻢ اﻟﻤﻀﻌﻔﻮﻥ}

Zakat secara bahasa artinya berkembang, barokah (bertambah), dan memiliki banyak kebaikan seperti perkataan : tanaman itu berkembang, atau laki-laki itu banyak kebaikannya. Adapun menurut syara' zakat adalah istilah yang digunakan untuk kadar harta tertentu yang wajib diberikan kepada golongan tertentu dengan syarat-syarat tertentu. Zakat disebut dengan zakat karena harta tersebut berkembang atau meningkat sebab barokah mengeluarkan zakat dan barokah doa orang yang menerimanya (mustahiq). Hal ini berdasar firman Allah : "Dan apa yang kalian berikan dari zakat dengan tujuan mengharapkan ridlo Allah, maka mereka itulah orang - orang yang dilipat gandakan hartanya".


الفقه الإسلامي و أدلته، الجزء ٣ الصحفة ٨٦٥-٨٦٦

زكاة كسب العمل والمهن الحرة ؛

Artinya : Zakat Profesi dan Wira usaha.

 العمل إما حر غير مرتبط بالدولة كعمل الطبيب والمهندس والخياط والنجار وغيرهم من أصحاب المهن الحرة وإما مقيد مرتبط بوظيفة تابعة للدولة أو نحوها من المؤسسات والشركات العامة أو الخاصة فيعطى الموظف راتبا شهريا كما هو معروف
 
Pekerjaan itu adakalanya berbentuk wira usaha (usaha mandiri) yang tidak terikat oleh Pemerintahan semisal contoh : profesi kedokteran, insinyur bangunan (kontraktor), penjahit (konfeksi atau perancang busana) tukang kayu (tukang pembuat ukiran), dan bentuk profesi wira usaha lainnya. Dan adakalanya berupa profesi pegawai Pemerintah atau semisalnya semisal berbagai institusi, perusahaan umum maupun khusus. Kemudian para pegawai tersebut mendapat gaji bulanan sebagaimana diketahui. 

والدخل الذى يكسبه كل من صاحب العمل الحر أو الموظف ينطبق عليه فقها وصف"المال المستفاد"٠
 
Pemasukan atau gaji atau pendapatan yang diperoleh dari masing-masing wira swasta tersebut secara fiqh itu bisa disamakan sifatnya dengan mal mustafad.

والمقرر فى المذاهب الأربعة أنه لازكاة فى المال المستفاد حتى يبلغ نصابا ويتم حولا ويزكى فى رأى غير الشافعية المال المدخر كله ولومن آخر لحظة قبل انتهاء الحول بعد توفر أصل النصاب

Dan adapun ketetapan dari Empat Madzhab menyatakan bahwa tidak ada kewajiban zakat pada mal mustafad hingga mencapai nishob dan sempurna 1 tahun (mencapai masa haul). Dan selain Madzhab Syafi'iyah berpendapat bahwa wajib menzakati semua harta yang disimpan (tabungan) meskipun di masa atau detik terakhir batas masa haul, setelah memenuhi batas nishob.

ويمكن القول بوجوب الزكاة فى المال المستفاد بمجرد قبضه ولولم يمض عليه حول أخذا برأى بعض الصحابة (ابن عباس وابن مسعود ومعاوية) وبعض التابعين (الزهري والحسن البصري ومكحول) ورأي عمر بن عبد العزيز والباقر والصادق والناصر وداود الظاهري 

Dan memungkinkan pendapat kewajiban zakat dalam mal mustafad (pendapatan / gaji) cukup hanya dengan menerima mal mustafad tersebut meskipun belum mencapai haul dengan mengambil pendapat sebagian shohabat yakni Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, dan Muawiyah, sebagian Tabiin yakni Az-Zuhri, Hasan al-Bashri, dan Makhul, dan pendapat Umar bin Abdul Aziz, al-Baqir, Ja'far As-Shodiq, an-Nashir dan Daud ad-Dhohiri.

ومقدار الواجب هوربع العشر سواء حال عليها الحول أم كانت مستفادة 

Adapun besar kadar zakatnya adalah 2,5 % baik sudah mencapai haul ataupun masih dalam proses penggunaan.

وإذا زكى المسلم كسب العمل أو المهنة عند استفادته أو قبضه لايزكيه مرة أخرى عند انتهاء الحول

Dan apabila seorang Muslim telah menzakati pekerjaan atau profesinya saat dia mengembangkan atau telah menerima penghasilannya, maka tidak perlu menzakati lagi di saat yang lain ketika mencapai haul.

وبذلك يتساوى أصحاب الدخل المتعاقب مع الفلاح الذى تجب عليه زكاة الزروع والثمار بمجرة الحصاد والدياس

Dengan cara tersebut si-pegawai yang mendapat pemasukan atau gaji rutin itu cara zakatnya sama dengan petani yang terkena kewajiban zakat pertanian dan buah-buahan saat panen.


فقه الزكاة، الجزء ١ الصحفة ١٦٤

المالُ المُستفادُ: هو المالُ الذي يدخُلُ في مِلكيَّة الشَّخصِ بعد أنْ لم يكنْ، سواءٌ كان من النَّقْدَين، أو من العَقارِ، أو من النَّعَمِ، أو غير ذلك، وهو يشمَلُ الدَّخلَ المنتظِمَ للإنسانِ مِن راتبٍ أو أجْرٍ، كما يشمَلُ المكافآتِ والأرباحَ العارضةَ، والهباتِ والإرثَ، ونحوَ ذلك

Artinya : Mal Mustafad adalah harta yang menjadi milik seorang yang semula belum dimiliki, baik berupa emas perak, tanah, hewan ternak, ataupun harta lainnya. Mal mustafad ini mencakup pemasukan rutin yang diperoleh seseorang baik dari gaji rutin, upah, sebagaimana mal mustafad mencakup mukafaah, laba baru, hibbah dan warisan dan lain-lain.


يوسف القرضاوي، فقه الزكاة، بيروت-مؤسسة الرسالة، ط، 3، 1393هـ/1983 م، ج، 1، ص. 513، 517، 505

 وأولى من ذلك أن يكون نصاب النقود هو المعتبر هنا، وقد حددناه بما قيمته (85) جرامًا من الذهب، وهذا القدر يساوى العشرين مثقالاً التي جاءت بها الآثار٠ كما أن الناس يقبضون رواتبهم وإيراداتهم بالنقود، فالأولى أن يكون المعتبر هو نصاب النقود٠

Artinya : Yang paling utama dari semua itu adalah bahwa nishab uang merupakan yang mu’tabar (yang dijadikan patokan) dalam konteks ini (nishab gaji atau pendapatan). Dan kami telah menentukan nilainya setara dengan nilai 85 gram emas, dan kadar ini setara dengan 20 mitsqol yang telah dijelaskan dalam atsar. Jadi sebagaimana Masyarakat menerima gaji atau penghasilannya berupa uang maka yang paling utama yang menjadi standar adalah nishob uang.


بقي هنا بحث فإن ذوى المهن الحرة يأتيهم إيرادهم غير منتظم، فقد يكون كل يوم كدخل الطبيب، وقد يكون على فترات كدخل المحامي والمقاول والخياط وهكذا، وبعض العمال يقبضون أجورهم كل أسبوع أو أسبوعين، وجمهور الموظفين يقبضون رواتبهم كل شهر


Dalam masalah ini masih ada pembahasan persoalan. Sesungguhnya para wirausaha penghasilannya itu tidak teratur, terkadang ada yang perhari seperti hasil pemasukan dokter, terkadang tidak tiap hari seperti upah penjahit, sebagian pekerja lainnya ada yang menerima yang menerima gaji perminggu atau per dua minggu, dan pada umumnya pegawai menerima gajinya rutin perbulan.

 فكيف نعتبر النصاب في هذه الأحوال؟

Lalu bagaimana kita menentukan nishobnya dalam kondisi seperti ini ?

وهنا نجد أمامنا اتجاهين أو احتمالين؛
الأول: أن يعتبر النصاب في كل مبلغ يقبض من الدخل أو المال المستفاد فما بلغ منه نصابًا كالرواتب العالية، والمكافآت الكبيرة للموظفين والعاملين، والدفعات الكبيرة لذوى المهن الحرة ففيه الزكاة، وما لم يبلغ نصابًا منها فلا زكاة فيه.وهذا الاحتمال له وجهه

Maka kita menemukan dua kemungkinan :
1. Hendaknya pencapaian nishob itu dihitung dari setiap pemasukan atau harta yang diperoleh, maka jika jumlah semuanya mencapai nishob misalnya gaji bulanan yang besar, serta tunjangan yang besar, yang diperoleh oleh pegawai maupun pekerja, atau tukang tersebut mendapat pembayaran yang besar, maka pemasukan tersebut wajib di zakati. Sedangkan apabila tidak mencapai nishob maka tidak wajib dizakati. Faktor inilah yang merupakan yang menjadi arah pendapat wajibnya zakat profesi.

فهو يعفى ذوى الرواتب الصغيرة، ويقصر وجوب الزكاة على كبار الموظفين ومن في حكمهم ؛ وفي هذا تحقيق للتقارب والعدل الاجتماعي٠

Jadi zakat penghasilan profesi ini tidak wajib bagi golongan orang yang memiliki penghasilan kecil, jadi kewajiban zakat ini hanya terbatas pada golongan pegawai yang berpenghasilan besar maupun orang yang setingkat dengan mereka, sehingga dalam hal ini terwujud keadilan masyarakat.

كما أن هذا هو الظاهر من قول الصحابة والفقهاء الذين قالوا بتزكية المال المستفاد عند قبضه إذا بلغ نصابًا٠
 
Hal ini merupakan pendapat yang jelas sebagaimana pendapat para sahabat yang menyatakan wajibnya menzakati mal mustafad saat menerimanya ketika mencapai nishob.

وإنما تجب الزكاة على هذا الاحتمال، إذا بقى عند نهاية الحول ما يبلغ نصابًا٠

Dan kewajiban zakat ini baru dibelakukan apabila akhir tahun itu mencapai satu nishob.

وَإِذَا كُنَّا قَدِ اخْتَرْنَا القَوْلَ بِزَكَاةِ الرَّوَاتِبِ وَالأُجُورِ وَنَحْوِهَا فَالَّذِي نُرَجِّحُهُ أَلَّا تُأْخَذَ الزَّكَاةُ إِلَّا مِنَ "الصَّافِي"٠٠٠
فَالَّذِي إِخْتَارَهُ أَنَّ الْمَالَ الْمُسْتَفَادَ كَرَاتِبِ الْمُوَظَّفَ وَأَجْرِ الْعَامِلِ وَالْمُهَنْدِسِ وَدَخْلِ الطَّبِيبِ وَالْمَحَامِي وَغَيْرِهِمْ مِنْ ذَوِي الْمِهَنِ الْحُرَّةِ وَكَإِيرَادِ رَأْسِ الْمَالِ الْمُسْتَغَلِ فِى غَيْرِ التِّجَارَةِ كَالسَّيَّارَاتِ وَالسُّفُنِ وَالطَّائِرَاتِ وَالْمَطَابِعِ وَالْفَنَادِقِ وَدُوَرِ الْلَهْوِ وَنَحْوِهَا لَا يُشْتَرَطُ لِوُجُوبِ الزَّكَاةِ فِيْهِ مُرُورُ حَوْلٍ بَلْ يُزَكِّيهِ حِيْنَ يَقْبِضُهُ

Yang paling utama dari semua itu adalah bahwa nishab uang merupakan yang mu’tabar (yang dijadikan patokan) dalam konteks ini (nishab gaji atau pendapatan). Dan kami telah menentukan nilainya setara dengan nilai 85 gram emad. Dan ketika kami telah memilih pendapat (yang mewajibkan) zakar gaji, upah dan sejenisnya, maka pendapat yang kami kuatkan adalah bahwa zakatnya tidak diambil kecuali dari pendapatan bersih. Maka pendapat yang saya pilih bahwa harta perolehan seperti gaji pegawai, gaji karyawan, insyinyur, dokter, pengacara dan yang lainnya yang mengerjakan profesi tertentu dan juga seperti pendapatan yang diperoleh modal yang investasikan di luar sektor perdangan seperti kendaraan, kapal laut, kapal terbang, percetakan, perhotelan, tempat hiburan dan yang lain, itu tidak disyaratkan bagi kewajiabn zakatnya adanya haul, tetapi zakat nya dikeluarkan ketika ia menerimanya (gaji).


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Nurul Afrida Zein
Alamat : Tanjung Pinang Kepulauan Riau
_____________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group Telegram Tanya Jawab Hukum. 

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Asep Jamaluddin, Ust. Anwar Sadad, Ust. Zainul Qudsiy
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda,
Editor : Ust. Hosiyanto Ilyas
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan, Ust. Ahmad Bin Affan

PENASEHAT :

Habib Abdullah bin Idrus bin Agil
Gus Abd. Qodir
___________________________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?