Hukum Shalat Disajadah yang Ada Bulu Kucingnya


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

DESKRIPSI:

Badriyah (nama samaran) merupakan seorang pecinta kucing. Dia memiliki 3 ekor kucing yang lucu dan imut. Dia senang sekali bermain dengan kucing-kucingnya. Namun yang jadi masalah, bulu-bulu kucing tersebut banyak rontok dan bertebaran di Baju, Kursi Sofa, dan juga banyak di sajadah. Karena kucing-kucing tersebut suka tidur di tempat sholat diatas sajadah.

PERTANYAAN:

Sahkah Sholat Badriyah dengan sajadah terdapat banyak bulu kucing tersebut, sedangkan meskipun sudah dibersihkan terkadang masih ada dan hal itu sering terjadi berulang kali?

JAWABAN:

Tidak sah apabila sholat disengaja pada sajadah yang terdapat banyak bulu kucingnya dan bersentuhan langsung kepada musholli dengan badannya, karena hal itu tidak termasuk sulitnya menghindar dari najis dan masih bisa mengganti sajadah yang lain, atau ada pada pakaiannya atau yang dibawanya kecuali sangat sedikit menurut uruf (adat kebiasaan).

 REFERENSI:

بحر المذهب للروياني، الجزء ٢ الصحفة ٢٠٤ 

ﻣﺴﺄﻟﺔ: ﻗﺎﻝ: "ﻭاﻟﺒﺴﺎﻁ ﻛﺎﻷﺭﺽ"٠ اﻟﻔﺼﻞ ﻭﻫﺬا ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ: ﻻ ﺗﺼﺢ اﻟﺼﻼﺓ ﺣﺘﻰ ﻳﻜﻮﻥ ﻃﺎﻫﺮا ﻓﻲ ﺛﻴﺎﺑﻪ ﻭﺑﺪﻧﻪ، ﻭﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ اﻟﺒﻘﻌﺔ اﻟﺘﻲ ﻳﺼﻠﻲ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻃﺎﻫﺮﺓ ﺑﺤﻴﺚ ﻻ ﻳﻼﻗﻲ ﺷﻲء ﻣﻦ ﺑﺪﻧﻪ ﻭﻻ ﺛﻴﺎﺑﻪ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ اﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﺳﻮاء ﻛﺎﻥ ﻣﻮﺿﻊ اﻟﻘﺪﻣﻴﻦ ﺃﻭ اﻟﺠﺒﻬﺔ ﺃﻭ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ٠

Artinya : Masalah : hukum karpet seperti hukum bumi (tanah) Pasal. Hal ini sebagaimana dikatakan : tidak sah hingga seseorang suci baik badan maupun pakaiannya, dan tempat sholatnya juga harus suci sekiranya anggota badan maupun pakaiannya tidak terkena najis, baik tempat berpijaknya kaki, tempat dahi (tempat sujud) maupun lainnya.


الحاوي الكبير للماوردي، الجزء ٢ الصحفة ٢٦٤

مسألة : قال الشافعي رضي الله عنه؛ "والبساط كالأرض فإن صلى في موضع منه طاهر ، والباقي نجس لم تسقط عليه ثيابه أجزأه"٠

Artinya: Permasalahan : Iman as-Syafi'i berkata : karpet itu hukumnya seperti bumi (tanah tempat sholat). Maka apabila seseorang sholat di bagian karpet yang suci, dan bagian yang lain terkena najis, namun tidak sampai mengenai bajunya maka hal itu mencukupi (sah).

قال الماوردي : وهذا صحيح إذا صلى على بساط بعضه طاهر، وبعضه نجس وكانت صلاته على المكان الطاهر ولم يماس النجاسة بشيء من بدنه ، أو ثيابه فصلاته جائزة ، لأنه ليس بمصل على نجاسة ، ولا بحامل لها فشابه من صلى على مكان طاهر من أرض نجسة 

Imam al-Mawardi berkata : ini benar, apabila seseorang sholat diatas karpet, sebagian suci dan sebagian lagi najis, dan dia sholat di bagian yang suci, dan najis tersebut tidak mengenai badan maupun pakaiannya, maka sholatnya boleh (sah), karena dia tidak sholat di atas tempat yang najis, juga tidak membawa najis maka hal ini serupa dengan seseorang yang sholat di tempat atau bagian yang suci di tanah yang ada najisnya.


التعليقة للقاضي حسين، الجزء ٢ الصحفة ٩٥٢

قال المزني: والبساط كالأرض إن صلى في موضع منه طاهر، والباقي نجس، ولم تسقط عليه ثيابه - أجزأه٠

Artinya : Imam Muzani berkata : karpet itu hukumnya seperti tanah, apabila seseorang sholat di bagian karpet yang suci sedangkan bagian lainnya najis, dan najis tersebut tidak mengenai pakaiannya, maka hal itu mencukupi (sholatnya sah).

قال القاضي حسين: وهو كما قال؛ لأن البساط العريض إذا كان على طرف منه نجاسة، فصلى على الطرف الآخر أجزأه، تحرك المكان أو لم يتحرك، كالأرض إذا صلى على موضع طاهر منها، وبجنبه نجاسة صحت صلاته، سواء كانت النجاسة تتحرك بحركته، أو لا تتحرك

Qodli Husain berkata : pendapat yang benar seperti apa yang disampaikan diatas, karena karpet yang lebar apabila di pojok atau bagiannya ada najisnya, lalu seseorang sholat di bagian yang suci, maka hal itu mencukupi (sholatnya sah), baik tempat itu bergerak ataupun tidak bergerak. Hal ini seperti orang yang sholat di tanah di bagian tanah yang suci, sedangkan di sampingnya ada najisnya, sholatnya tetap sah, baik najis itu bergerak sebab gerakan orang tersebut ataupun tidak.


روضة الطالبين وعمدة المفتين، الجزء ١ الصحفة ٤٣

قَالَ أَصْحَابُنَا: يُعْفَى عَنِ الْيَسِيرِ مِنَ الشَّعْرِ النَّجِسِ فِي الْمَاءِ، وَالثَّوْبِ الَّذِي يُصَلَّى فِيهِ، وَضَبْطُ الْيَسِيرِ: الْعُرْفُ٠ وَقَالَ إِمَامُ الْحَرَمَيْنِ: لَعَلَّ الْقَلِيلَ مَا يَغْلِبُ انْتِتَافُهُ مَعَ اعْتِدَالِ الْحَالِ٠ وَاخْتَلَفَ أَصْحَابُنَا فِي هَذَا الْعَفْوِ، هَلْ يَخْتَصُّ بِشَعْرِ الْآدَمِيِّ، أَمْ يَعُمُّ الْجَمِيعَ؟ وَالْأَصَحُّ: التَّعْمِيمُ. وَاللَّهُ أَعْلَمُ٠


Artinya : Para ashabus Syafi'i berkata : bulu najis yang sedikit itu hukumnya dima'fu baik mengenai air (yang dipakai bersuci ) atau mengenai baju yang dipakai ketika sholat. Adapun batasan dianggap sedikit atau banyaknya bulu najis tersebut itu tergantung uruf. Imam al-Haromain berkata : kemungkinan batasan sedikit adalah, bulu yang rontok saat kondisi normal. Para Ulama' Syafiiyah berbeda pendapat dalam kema'fuan bulu / rambut ini apakah hanya khusus rambut Manusia atau bulu atau rambut secara umum?
Menurut Qoul Ashoh kema'fuan bulu atau rambut itu secara secara umum.


المهذب، الجزء ١ الصحفة ٦٠

وكل موضع قلنا انه نجس عفى عن الشعرة والشعرتين في الماء والثوب لانه لا يمكن الاحتراز منه 

Artinya : Di setiap kasus rambut yang kami hukumi najis, ada toleransi untuk satu atau dua rambut / bulu, baik di air atau pakaian, karena sulit dihindari.


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Ahmad
Alamat : Pengaron Banjar Kalimantan Selatan
__________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group Telegram Tanya Jawab Hukum. 

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Asep Jamaluddin, Ust. Anwar Sadad, Ust. Zainul Qudsiy
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda,
Editor : Hosiyanto Ilyas
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan, Ust. Ahmad Bin Affan

PENASEHAT :

Habib Abdullah bin Idrus bin Agil
Gus Abd. Qodir

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :

https://t.me/joinchat/ER-KDnY2TDI7UInw 
__________________________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?