Bagaimana Cara Taubat Bagi Orang Yang Melakukan Korupsi, Sedangkan Barang Yang Dikorupsi Tersebut Milik Ummat ?


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Alex (nama samaran) seorang pejabat Negara yang melakukan korupsi dana di sebuah Perusahaan dengan nominal sampai miliaran rupiah.

PERTANYAAN:

Bagaimana cara taubat bagi orang yang melakukan korupsi, sedangkan sesuatu yang dikorupsi tersebut milik ummat ?

JAWABAN:

Cara Taubat bagi Orang yang melakukan Korupsi ;

a) Melepaskan diri dari kemaksiatan.
b) Menyesal
c) Tidak akan melakukan / mengulangi kembali.
d) Mengembalikan sesuatu yang dikorupsi.

REFERENSI:

المجموع شرح المهذب، الجزء ٩ الصحفة ٣٥١

ﻓﺮﻉ : ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻪ ﻣﺎﻝ ﺣﺮﺍﻡ ﻭﺃﺭﺍﺩ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﺍﻟﺒﺮﺍﺀﺓ ﻣﻨﻪ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﻣﺎﻟﻚ ﻣﻌﻴﻦ ﻭﺟﺐ ﺻﺮﻓﻪ ﺇﻟﻴﻪ ﺃﻭ ﺇﻟﻰ ﻭﻛﻴﻠﻪ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻴﺘﺎ ﻭﺟﺐ ﺩﻓﻌﻪ ﺇﻟﻰ ﻭﺍﺭﺛﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻟﻤﺎﻟﻚ ﻻ ﻳﻌﺮﻓﻪ ﻭﻳﺌﺲ ﻣﻦ ﻣﻌﺮﻓﺘﻪ ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺼﺮﻓﻪ ﻓﻲ ﻣﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻛﺎﻟﻘﻨﺎﻃﺮ ﻭﺍﻟﺮﺑﻂ ﻭﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﻣﺼﺎﻟﺢ ﻃﺮﻳﻖ ﻣﻜﺔ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ ﻳﺸﺘﺮﻙ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻓﻴﻪ ﻭﺇﻻ ﻓﻴﺘﺼﺪﻕ ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﻓﻘﻴﺮ ﺃﻭ ﻓﻘﺮﺍﺀ٠

Artinya : Imam Al-Ghozali berkata : "Jika Seseorang memiliki harta yang haram dan ingin bertaubat, maka jika pemilik harta tersebut masih hidup, wajib mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya atau wakilnya, dan jika pemiliknya sudah meninggal dunia diberikan kepada Ahli warisnya, dan jika tidak diketahui pemiliknya, maka harta tersebut hendaknya dibelanjakan untuk kemaslahatan kaum Muslimin yang bersifat umum, semisal untuk membangun jembatan, pesantren, Masjid dan perbaikan jalan semisal Makkah dan semisalnya dari hal-hal yang orang Muslim bersekutu di dalamnya, jika tidak maka disedekahkan kepada fakir miskin".


المجموع شرح المهذب، الجزء ٢٠ الصحفة ٢٣٦

التوبة توبتان، توبة في الباطن وتوبة في الظاهر
فأما التوبة في الباطن فهى ما بينه وبين الله عزوجل، فينظر في المعصية فإن لم يتعلق بها مظلمة لآدمي ولا حد لله تعالى كالاستمتاع بالاجنبية فيما دون الفرج فالتوبة منها أن يقلع عنها ويندم على ما فعل ويعزم على أن لا يعود إلى مثلها، ٠٠٠٠٠٠الى ان قال٠٠٠٠٠٠

Artinya : Taubat itu ada 2 yaitu taubat dhohir dan taubat batin. Adapun taubat batin itu hal urusan Dia dengan ALLAH SWT, maka dilihat bagaimana bentuk maksiatnya. Apabila maksiat tersebut tidak berhubungan dengan hak-hak orang lain atau tidak berhubungan dengan Hukum Had, contohnya mencari kesenangan dengan Perempuan bukan mahram pada selain Farji (melihat, mencium, meraba dll), maka taubat dari maksiat model seperti ini caranya adalah dengan meninggalkan maksiat tersebut, serta menyesal melakukan maksiat dan tidak melakukan maksiat itu lagi.

وإن تعلق بها حق آدمى فالتوبة منها أن يقلع عنها ويندم على ما فعل ويعزم على أن لا يعود إلى مثلها وأن يبرأ من حق الآدمى اما أن يؤديه أو يسأله حتىي برئه منه إلى أن قال - وان لم يقدر على صاحب الحق نوى أنه ان قدر أوفاه حقه


Apabila maksiat itu berhubungan dengan hak-hak orang lain, maka cara taubatnya adalah dengan meninggalkan maksiat tersebut, serta menyesal melakukan maksiat dan tidak melakukan maksiat itu lagi, dan memenuhi hak-hak orang lain tersebut baik dengan mengembalikan atau melunasi (jika berkaitan harta benda seperti mencuri dll) atau dengan meminta maaf atau memohon untuk dibebaskan dari tanggungan tersebut.....sampai pada perkataan. Dan apabila dia tidak atau belum mampu, maka bagi orang yang niat untuk benar-benar bertaubat, maka Dia harus punya niatan untuk melunasi atau  mengembalikan hak-hak orang lain tersebut.


حاشية الجمل، الجزء ٥ الصحفة ٣٨٨

قَالَ الزَّرْكَشِيُّ ثُمَّ رَأَيْت فِي مِنْهَاجِ الْعَابِدِينَ لِلْغَزَالِيِّ أَنَّ الذُّنُوبَ الَّتِي بَيْنَ الْعِبَادِ إمَّا فِي الْمَالِ فَيَجِبُ رَدُّهُ عِنْدَ الْمُكْنَةِ، فَإِنْ عَجَزَ لِفَقْرٍ اسْتَحَلَّهُ، فَإِنْ عَجَزَ عَنْ اسْتِحْلَالِهِ لِغَيْبَتِهِ أَوْ مَوْتِهِ وَأَمْكَنَ التَّصَدُّقُ عَنْهُ فَعَلَهُ وَإِلَّا فَلْيُكْثِرْ مِنْ الْحَسَنَاتِ وَيَرْجِعْ إلَى اللَّهِ تَعَالَى وَيَتَضَرَّعْ إلَيْهِ فِي أَنْ يُرْضِيَهُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya : Imam Zarkasyi berkata; "Kemudian Aku lihat dalam keterangan kitab Minhajul Abidin karya al-Ghozali terdapat penjelasan bahwa dosa yang berkaitan dengan orang lain adakalanya berupa harta, maka Dia wajib mengembalikannya jika itu memungkinkan. Apabila tidak mampu karena fakir misalnya, maka Dia harus minta halalnya kepada pemiliknya, apabila tidak mampu meminta halalnya karena orang tersebut (yang didlolimi) pergi entah kemana atau telah meninggal, maka Dia bersedekah atas nama orang tersebut, maka apabila masih juga tidak mampu, hendaknya Dia memperbanyak berbuat baik, dan kembali kepada ALLAH SWT serta memperbanyak ibadah agar Dia diridloi besok di hari kiamat.


دليل الفالحين، الجزء ٢ الصحفة ٥١٤
  
ﺑﺎﺏ ﺗﺤﺮﻳﻢ اﻟﻈﻠﻢ ﻭاﻷﻣﺮ ﺑﺭﺩ اﻟﻤﻈﺎﻟﻢ ﻫﻮ ﻟﻐﺔ: ﻭﺿﻊ اﻟﺸﻲء ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﻣﺤﻠﻪ. ﻭﺷﺮﻋﺎ: اﻟﺘﺼﺮﻑ ﻓﻲ ﺣﻖ اﻟﻐﻴﺮ ﺑﻐﻴﺮ ﺣﻖ، ﺃﻭ ﻣﺠﺎﻭﺯﺓ اﻟﺤﺪ

Artinya : Bab keharaman berbuat dholim dan perintah untuk memgembalikan hak orang yang didholimi. Dholim menurut bahasa artinya menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dholim menurut syara' adalah menggunakan hak orang lain dengan cara yang tidak benar (menurut syara') atau melewati batas.

١.(ﻭاﻷﻣﺮ ﺑﺭﺩ اﻟﻤﻈﺎﻟﻢ) ﺑﺄﻋﻴﺎﻧﻬﺎ ﺇﻥ ﺑﻘﻴﺖ ﻓﺈﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻓﻴﺒﺪﻟﻬﺎ ﻣﻦ ﻣﺜﻞ ﻓﻲ اﻟﻤﺜﻠﻰ ﻭاﻟﻘﻴﻤﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﻘﻮﻡ (ﺇﻟﻰ ﺃﺻﺤﺎﺑﻬﺎ) ﺇﻥ ﺑﻘﻮا

1. Adapun perintah mengembalikan hak orang yang didlolimi ; Mengembalikan berupa barang jika memang masih ada, apabila sudah habis atau rusak, maka harus menggantinya dengan benda yang serupa maupun harga yang sepadan dan mengembalikannya kepada pemiliknya jika para Pemilik tersebut masih ada.

٢. ﻭﺇﻻ ﻓﻠﻠﻮاﺭﺙ، ﻓﺈﻥ ﻓﻘﺪ اﻟﻤﺴﺘﺤﻖ ﻭﻟﻮ ﺑﺎﻧﻘﻄﺎﻉ ﺧﺒﺮﻩ ﺑﺤﻴﺚ ﺃﻳﺲ ﻣﻦ ﺣﻴﺎﺗﻪ

2. Apabila Pemilik sudah tidak ada, maka dikembalikan pada ahli warisnya. Apabila orang yang berhak (pemilik maupun ahli waris) tidak ada sama sekali, misalnya tidak diketahui kabar dimana keberadaannya ataupun diperkirakan sudah mati.

٣.ﺃﺭﺳﻠﻬﺎ ﻟﻘﺎﺽ ﺃﻣﻴﻦ ﻭﻟﻮ ﻏﻴﺮ ﻗﺎﺿﻲ ﺑﻠﺪﻩ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻈﻬﺮ

3. Maka solusi berikutnya barang tersebut diserahkan pada Qodli yang terpercaya meskipun bukan qodli daerahnya.

٤. ﻓﺈﻥ ﺗﻌﺬﺭ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﻬﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﻘﺮاء ﺑﻨﻴﺔ اﻟﻐﺮﻡ ﺇﺫا ﻭﺟﺪﻩ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ اﻟﻮﺩﻳﻌﺔ ﺃﻭ ﺗﺮﻛﻬﺎ ﻋﻨﺪﻩ

4. Apabila kesulitan, maka barang tersebut disedekahkan kepada fakir miskin dengan niat melunasi, apabila hal itu ditemui sebagaimana dalam masalah barang titipan, atau meninggalkannya disisinya.

٥.ﻭﺑﺤﺚ اﻹﺳﻨﻮﻱ ﺃﻧﻪ ﻳﺘﺨﻴﺮ ﺑﻴﻦ ﻭﺟﻮﻩ اﻟﻤﺼﺎﻟﺢ ﻛﻠﻬﺎ ﻭﻫﻮ ﻇﺎﻫﺮ

5. Menurut pembahasan Imam Asnawi bahwasanya orang tersebut boleh memilih dalam menyedekahkan harta / benda tersebut untuk berbagai amal apa saja yang maslahat dan itu jelas.


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Lukman Hakim
Alamat : Pegantenan Pamekasan
_______________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum.

PENGURUS :

Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Zainul Qudsiy, Ust. Robit Subhan
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda, Ust. Anwar Sadad
Editor : Ust. Hosiyanto Ilyas
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan, Ust. Abd. Lathif

PENASEHAT :

Habib Abdullah bin Idrus bin Agil
Gus Abd. Qodir

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
___________________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?