Hukum Memakai Cadar

HASIL KAJIAN BM NUSANTARA
(Tanya Jawab Hukum Online) 

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 DESKRIPSI:

Rosyidah (nama samaran) merupakan seorang Gadis Religius yang kemana-mana memakai Cadar. Dia merupakan satu-satunya Gadis yang memakai Cadar di Desanya. Sehingga Rosyidah menjadi pusat perhatian Masyarakat di sana.

Sebagian mereka senang dan mendukung penampilan Rosyidah, tetapi tidak bagi para Lelaki Jalang, justru mereka melecehkannya dengan memanggil Rosyidah dengan sebutan Ninja.

PERTANYAAN:

Bagaimana Hukum memakai Cadar?

JAWABAN:

Hukum bercadar adalah Ulama' Syafi'iyah khilaf (berbeda pendapat). Sedangkan para Ulama' sepakat bahwa menutup aurat adalah wajib. Wajah menurut sebagian Ulama' adalah aurat diluar Shalat, sehingga wajib ditutupi (ini merupakan pendapat yang kuat) sedangkan menurut yang lain (قيل / pendapat yang lemah) wajah adalah bukanlah aurat sehingga tidak wajib ditutupi kecuali membuka wajah bisa menimbulkan fitnah kepada yang melihatnya.

Karenanya menutup wajah bagi yang mengikuti pendapat wajah adalah aurat, hukumnya wajib. Dan bagi yang mengikuti wajah bukan aurat, menutup wajah adalah tidak wajib atau  sunnah atau khilaful aula (menyalahi pada yang lebih utama). Dan apabila membuka wajah dapat menibulkan fitnah kepada yang melihatnya adalah wajib.

REFERENSI:

نهاية الزين، الصفحة ١٥١

وَالْمَرْأَة حرَّة كَانَت أَو أمة وَمثلهَا الْخُنْثَى مَا يستر بدنهَا غير الْوَجْه وَالْكَفَّيْنِ وَوُجُوب سترهما فِي الْحَيَاة لخوف الْفِتْنَة لَا لكَونهَا عَورَة

Artinya : Wanita merdeka atau Budak dan Waria auratnya seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Dan wajib menutup wajah dan kedua telapak tangan semasa hidupnya karena khawatir adanya fitnah bukan karena merupakan aurat.


روضة الطالبين وعمدة المفتين، الجزء ٧ الصحفة ٢١

الضَّرْبُ] الْأَوَّلُ: نَظَرُ الرَّجُلِ إِلَى الْمَرْأَةِ، فَيَحْرُمُ نَظَرُهُ إِلَى عَوْرَتِهَا مُطْلَقًا، وَإِلَى وَجْهِهَا وَكَفَّيْهَا إِنْ خَافَ فِتْنَةً. وَإِنْ لَمْ يَخَفْ، فَوَجْهَانِ، قَالَ أَكْثَرُ الْأَصْحَابِ لَا سِيَّمَا الْمُتَقَدِّمُونَ: لَا يَحْرُمُ، لِقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: (وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا)
٠[الْأَحْزَابِ: ٣١] وَهُوَ مُفَسَّرٌ بِالْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ، لَكِنْ يُكْرَهُ، قَالَهُ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ وَغَيْرُهُ. وَالثَّانِي: يَحْرُمُ، قَالَهُ الِاصْطَخْرِيُّ وَأَبُو عَلِيٍّ الطَّبَرِيُّ، وَاخْتَارَهُ الشَّيْخُ أَبُو مُحَمَّدٍ، وَالْإِمَامُ، وَبِهِ قَطَعَ صَاحِبُ (الْمُهَذَّبِ) وَالرُّويَانِيُّ، وَوَجَّهَهُ الْإِمَامُ بِاتِّفَاقِ الْمُسْلِمِينَ عَلَى مَنْعِ النِّسَاءِ مِنَ الْخُرُوجِ سَافِرَاتٍ، وَبِأَنَّ النَّظَرَ مَظِنَّةُ الْفِتْنَةِ، وَهُوَ مُحَرِّكٌ لِلشَّهْوَةِ، فَاللَّائِقُ بِمَحَاسِنِ الشَّرْعِ، سَدُّ الْبَابِ فِيهِ، وَالْإِعْرَاضُ عَنْ تَفَاصِيلِ الْأَحْوَالِ، كَالْخَلْوَةِ بِالْأَجْنَبِيَّةِ٠

Artinya : Bagian pertama: melihatnya Laki-laki pada Perempuan, maka haram Laki-laki melihat pada aurat Perempuan secara mutlak, dan melihat wajah dan kedua telapak tangannya apabila khawatir ada fitnah, kalau tidak khawatir, maka ada dua pendapat ; Mayoritas Ashab (santrinya Imam as-Syafi'i) terlebih Ulama' Mutqoddimin berpendapat tidak haram, karena firman Allah SWT ;

ولا يبدين زينتهن إلا ماظهر منها (الاحزاب:٣١)٠

Dan janganlah seorang Perempuan menampakkan perhiasannya kecuali perhiasan yang tampak (Q.S Al Ahzab: 31)

Dan "Perhiasan" ditafsirkan dengan wajah dan kedua telapak tangan, namun dimakruhkan menampakkannya, pendapat ini disampaikan oleh Syaikh Abu Hamid dan yang lainnya. Pendapat kedua mengatakan; "Diharamkan, pendapat ini disampaikan oleh Imam Ushthukhuri dan Abu Ali Athobari, dan dipilih oleh Abu Muhammad dan Imam Haromain, dan dinyatakan oleh pengarang kitab Al-Muhazzab dan Imam Arrouyani, dan Imam Haromain mengunggulkannya sebab sepakatnya para orang Islam atas tercegahnya para Perempuan dari keluar dengan keadaan bepergian, dan sebab sesungguhnya melihat adalah suatu potensi terjadi fitnah, dan melihat bisa menggerakkan syahwat. Maka yang patut dengan kebaikan-kebaikan Syara' adalah menutup kemungkinan kecil dalam hal ini (melihat Perempuan), dan berpaling dari memilah-milah beberapa kondisi, seperti bersepian dengan Perempuan lain.


مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج، الجزء ٣ الصحفة ١٢٣

تَنْبِيهٌ: ظَاهِرُ كَلَامِ الْمُصَنِّفُ أَنَّ وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا غَيْرُ عَوْرَةٍ وَإِنَّمَا أُلْحِقَا بِهَا فِي تَحْرِيمِ النَّظَرِ

Artinya : Peringatan : Dhohirnya perkataan Mushonnif bahwasanya wajah dan kedua telapak tangan wanita bukan merupakan aurat. Dan adapun wajah dan telapak tangan disetarakan dengan aurat ialah didalam haramnya melihat.


الموسوعة الفقهية الكويتية، الجزء ٤١ الصحفة ١٣٤

وَاخْتَلَفَ الشَّافِعِيَّةُ فِي تَنَقُّبِ الْمَرْأَةِ، فَرَأْيٌ يُوجِبُ النِّقَابَ عَلَيْهَا، وَقِيل: هُوَ سُنَّةٌ، وَقِيل: هُوَ خِلاَفُ الأَوْلَى٠

Artinya : Terdapat perbedaan pendapat didalam Madzhab Syafi'i terhadap Wanita yang berniqob. Maka ada sebuah pendapat yang mewajibkan Niqob atas Wanita. Dan dikatakan hukumnya adalah Sunnah dan dikatakan pula hukumnya ialah menyalahi yang lebih utama.


الغرر البهية في شرح البهجة الوردية، الجزء ٢ الصحفة ٩٢

فَيَجِبُ فِي الْمَرْأَةِ مَا يَسْتُرُ بَدَنَهَا إلَّا وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا حُرَّةً كَانَتْ، أَوْ أَمَةً؛ لِزَوَالِ الرِّقِّ بِالْمَوْتِ، كَمَا ذَكَرَهُ الرَّافِعِيُّ فِي كِتَابِ الْأَيْمَانِ وَمِمَّنْ اسْتَثْنَى الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ النَّوَوِيُّ فِي مَجْمُوعِهِ لَكِنَّهُ فَرَضَهُ فِي الْحُرَّةِ وَوُجُوبُ سَتْرِهِمَا فِي الْحَيَاةِ لَيْسَ لِكَوْنِهِمَا عَوْرَةً بَلْ لِكَوْنِ النَّظَرِ إلَيْهِمَا يُوقِعُ فِي الْفِتْنَةِ غَالِبًا٠

Artinya : Wajib bagi Wanita menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya, baik Wanita merdeka ataupun budak, untuk menghilangkan perbudakan disebabkan karena kematian sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Rofi'i dalam Kitab Bab Budak. Dan sebagian Orang yang mengecualikan wajah dan telapak tangan (sebagai aurat) ialah Imam Nawawi didalam kitab majmu'nya. Akan tetapi beliau mewajibkan Niqob terhadap Wanita merdeka dan wajib menutup wajah dan telapak tangan semasa hidupnya, bukan karena keduanya aurat akan tetapi lumrahnya melihat keduanya akan terjadi fitnah.


ذخيرة العقبى في شرح المجتبى، الجزء ٢٤ الصحفة ٧١

قال الجامع - عفا اللَّه تعالى عنه -: ما ذهب إليه جمهور أهل العلم من نهي المرأة عن الانتقاب، وعدم تغطية وجهها إلا بما كان متجافيًا هو الحقُّ
والحاصل أن المرأة لا يجوز لها أن تنتقب، سواء كانت حرّة، أو أمة، ويجوز لها أن تُسدل على وجهها من فوق رأسها شيئًا متجافيًا يستر وجهها. واللَّه تعالى أعلم بالصواب، وإليه المرجع والمآب٠

Artinya : Al-Jami' (Abu Abdurrahman An-Nasa'i) - semoga Allah SWT memaafkannya- berkata : "Apa yang dibahas oleh Jumhur Ahli Ilmu adalah benar terkait dilarangnya Wanita memakai Niqob (kain penutup wajah) dan tidak adanya penutup wajahnya kecuali dengan sesuatu yang renggang. Kesimpulannya bahwasanya tidak boleh bagi Wanita memakai penutup wajah, baik Dia merdeka atau budak. Dan boleh baginya menguraikan sesuatu yang renggang pada wajahnya dari atas kepala yang menutupi wajahnya. Dan Allah yang lebih mengetahui terhadap yang benar, dan kepada-Nya tempat kembali.


التقريرات السديدة، الجزء ١ الصحفة ٢٠٥

و عورات الحرة : خمسة : ٠٠٠٠٠٠الى ان قال٠٠٠٠٠٠٠
٤ - عند الرجال الأجانب : جميع البدن (¹)٠
فيشمل الوجه والكفين على المعتمد ، وقيل : ما عدا الوجه والكفين بشرط أمن الفتنة وعدم الشهوة، وأن لا يكون على الوجه والكفين شيء من الزينة لقوله تعالى : ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها [ النور : ۳۱ ] ٠
قال الشيخ الباجوري في حاشیته » : « ولا بأس بتقليد الثاني لا سيما في هذا الزمان الذي كثر فيه خروج النساء في الطرق والأسواق»٠

Artinya : Aurat Wanita merdeka ada Lima : .... sampai pada ucapan....
Yang ke-4 : Disisi Laki-laki bukan mahram ialah semua badan. Maka mencakup wajah dan telapak tangan menurut Qoul yang dikukuhkan. Dan dikatakan : selain wajah dan telapak tangan dengan syarat aman dari fitnah dan tidak adanya syahwat. Dan tidak adanya sesuatu yang menghiasi tangan dan wajah, sebagaimana firman Allah SWT : "Dan tidaklah Wanita-wanita tersebut menampakkan perhiasannya kecuali apa yang biasa nampak darinya." (An-Nur : 31) Syekh Al-Bajuri berkata didalam Hasyiyahnya : "Tidak mengapa Taqlid pada pendapat yang kedua, apalagi di zaman ini yang kebanyakan Wanita keluar di jalan-jalan dan pasar."


حاشية البيجوري على شرح الغزي على متن أبي شجاع، الجزء ٢ الصحفة ١٨١

إلى أجنبية أي إلى شيء من امرأة أجنبية، أي غير محرم ولو أمة٠ وشمل ذلك وجهها وكفيها فيحرم النظر إليهما ولو من غير شهوة أو خوف فتنة على الصحيح كما في المنهاج وغيره٠ ووجهه الإمام باتفاق المسلمين على منع النساء من الخروج سافرات الوجوه أي كاشفات الوجوه٠ وبأن النظر محرك للشهوة، ومظنة الفتنة٠ وقد قال تعالى : قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم [ النور : ۳۰ ]٠

Artinya : (Memandang kepada Wanita selain mahram) maksudnya kepada sesuatu dari Wanita yang bukan mahramnya, meskipun Dia seorang Budak. Dan mencakup itu juga ialah wajah dan kedua telapak tangannya, maka haram memandang/melihat wajah dan kedua telapak tangannya meskipun tanpa sahwat dan tidak terjadi fitnah menurut pendapat yang shohih seperti apa yang disebutkan di Kitab Minhaj dan yang lainnya. Al-Imam mengarahkannya kepada kesepakatan Muslimin atas dilarangnya Seorang Wanita bepergian dalam kedaan terbuka wajahnya. Karena pandangan dapat menggerakkan syahwat timbulnya fitnah. Dan sungguh Allah SWT telah bersabda : "Katakanlah kepada Orang beriman, hendaklah mereka menundukkan pandangannya !" (An-Nur : 30)

واللائق بمحاسن الشريعة سد الباب والإعراض عن تفاصيل الأحوال كما قالوه في الخلوة بالأجنبية٠ وقيل لا يحرم لقوله تعالى : ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها [ النور : ۳۱ ] وهو مفسر بالوجه والكفين٠ والمعتمد الأول ولا بأس بتقليد الثاني لا سيما في هذا الزمان الذي كثر فيه خروج النساء في الطرق والأسواق٠

Dan yang pantas dengan berbagai kebaikan didalam syariat ialah menutup pintu dan berpaling dari perincian-perincian berbagai keadaan seperti apa yang mereka katakan didalam masalah menyendiri dengan wanita selain mahram. Dan dikatakan tidak haram berdasarkan firman Allah SWT : "Dan Janganlah mereka (para Wanita) menampakkan perhiasannya kecuali apa yang biasa nampak darinya" (An-Nur : 31). Dan apa yang biasa nampak darinya ditafsiri wajah dan kedua telapak tangan. Dan yang menjadi pegangan awal, tidak mengapa bertaqlid pada pendapat yang kedua, apalagi di zaman ini yang kebanyakan Wanita keluar di jalan-jalan dan pasar.


  والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Rofi'annur
Alamat : Banyuates Sampang Madura
___________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group Whatsapp Tanya Jawab Hukum.

PENGURUS :

Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Asep Jamaluddin, Ust. Anwar Sadad, Ust. Zainul Qudsiy
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda,
Editor : Ust. Hosiyanto Ilyas
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan, Ust. Abd. Lathif

PENASEHAT :

Habib Abdullah bin Idrus bin Agil
Gus Abd. Qodir
____________________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?