Hukum Zakat Hewan Liar yang Diperjualbelikan


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

 DESKRIPSI:

Junaidi (nama samaran) memiliki hobi berburu hewan liar seperti Burung, Tupai, Musang. Hewan-hewan tersebut oleh Junaidi diternakkan kemudian dijual sampai keluar kota. Suatu ketika, beberapa hewan-hewan buruan yang diternakkan tersebut banyak yang mati karena ditinggal mudik dan Junaidi lalai memberikan persediaan makanan untuk hewan-hewan ternaknya tersebut.

PERTANYAAN:

Bagaimana hukum zakatnya perdagangan dari hewan liar tersebut?

JAWABAN:

Hukumnya wajib zakat apabila memenuhi syarat tijarah diantaranya apabila hewannya termasuk yang halal diperdagangkan dan diperoleh dengan cara aqad mu'wadah yang sah dan mencapai satu nisab dan haul (satu tahun)

REFERENSI:

المجموع شرح المهذب، الجزء ٦ الصحفة ٤٨

ولا يصير العرض للتجارة الا بشرطين أحدهما ان يملكه بعقد فيه عوض كالبيع والاجارة والنكاح والخلع والثاني ان ينوى عند العقد انه تملكه للتجارة وأما إذا ملكه بارث أو وصية أو هبة من غير شرط الثواب فلا تصير للتجارة بالنية وإن ملكه بالبيع والاجارة ولم ينو عند العقد انه للتجارة لم يصر للتجارة

Artinya : Dan suatu barang tidak menjadi harta perdagangan kecuali dengan 2 syarat : Dimiliki dengan perantara akad yang mengandung unsur iwadl seperti jual beli, sewa menyewa, nikah, khulu'. Berniat menjadikannya harta dagangan ketika melangsungkan akad. Namun apabila seseorang memiliki harta atau barang tersebut dengan sebab warisan, wasiat ataupun hibah yang tidak bertujuan untuk mendapat pahala maka harta tersebut tidak menjadi harta tijaroh (dagangan) dengan sebab niat. Begitu juga apabila barang tersebut dimiliki dengan sebab jual beli ataupun sewa sedangkan dia tidak niat tijaroh saat akad maka harta tersebut juga bukan harta tijaroh.

كفاية الاخيار،  الجزء ١ الصحفة ٢٥٧

وَلَو أجر الشَّخْص مَاله أَو نَفسه وَقصد بِالْأُجْرَةِ إِذا كَانَت عرضا للتِّجَارَة تصير مَال تِجَارَة لِأَن الاجارة مُعَاوضَة وَكَذَا الحكم فِيمَا إِذا كَانَ تصرفه فِي الْمَنَافِع بِأَن كَانَ يسْتَأْجر المستغلات ويؤجرها على قصد التِّجَارَة

Artinya: Apabila seseorang menyewakan hartanya atau menyewakan jasa/keahlian tenaganya, dan Dia berniat menjadikannya tijaroh, maka apabila harta atau keahliannya tadi dikatagorikan sebagai harta tijaroh (yang bisa menghasilkan uang) maka harta atau keahlian tadi menjadi harta dagangan. Karena definisi dari ijaroh sendiri adalah muawadloh (memiliki nilai tukar harga atau uang). Begitu juga dihukumi tijaroh dalam berbagai perkara yang pentasorufannya dalam bidang manfaat contohnya seseorang menyewa berbagai barang / tanah yang bisa menghasilkan (bernilai ekonomis) lalu barang/tanah tersebut disewakan dengan tujuan tijaroh.

فَإِذا أردْت معرفَة مَا يصير مَال تِجَارَة وَمَا لايصير فاحفظ الضَّابِط وَقل كل عرض ملك بمعاوضة مَحْضَة بِقصد التِّجَارَة فَهُوَ مَال تِجَارَة فَإِن لم يكن مُعَاوضَة أَو كَانَت وَلكنهَا غير مَحْضَة فَلَا تصير الْعرُوض مَال تِجَارَة وَإِن قصد التِّجَارَة وَلِهَذَا تَتِمَّة تَأتي عِنْد كَلَام الشَّيْخ

Apabila engkau ingin mengetahui apakah sesuatu itu tergolong harta tijaroh atau bukan, maka cermatilah kriterianya seperti berikut yaitu : Setiap harta yang bisa dimiliki dengan melalui proses muawadloh (tukar uang dengan barang) secara murni dengan tujuan tijaroh maka harta tersebut merupakan harta tijaroh. Apabila harta tersebut bisa dimiliki namun tidan melalui proses muawadloh, atau melalui muawadloh tapi tidak murni, maka harta tersebut bukan termasuk harta dagangan meskipun ditujukan untuk tijaroh. Dan untuk hal ini ada penyempurnaan nanti di keterangan berikutnya ketika membahas pernyataan syekh (Qodli Abi Syuja')

وَتقوم عرُوض التِّجَارَة عِنْد آخر الْحول بِمَا اشْتريت بِهِ وَالله أعلم

Dan harta dagangan tersebut dikruskan (dihitung jumlah harganya) saat akhir tahun dengan krus mata uang yang berlaku (di Daerah tersebut).

فقه الاسلامي وأدلته، ج ٣ ص ٢٩٢

ﻭﻗﺪ ﻗﺮﺭ ﻣﺆﺗﻤﺮ ﻋﻠﻤﺎء اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻭﻣﺆﺗﻤﺮ اﻟﺒﺤﻮﺙ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻋﺎﻡ ١٣٨٥ﻫـ /١٩٦٥ ﻣ؛

Artinya : Dan keputusan muktamar Ulama' Muslimin ke-2 dan Muktamar Bahtsul Islamiyyah ke-2 tahun 1965 M / 1385 H telah menetapkan :

ﺃﻥ اﻷﻣﻮاﻝ اﻟﻨﺎﻣﻴﺔ اﻟﺘﻲ ﻟﻢ ﻳﺮﺩ ﻧﺺ ﻭﻻ ﺭﺃﻱ ﻓﻘﻬﻲ ﺑﺈﻳﺠﺎﺏ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻓﻴﻬﺎ ﺣﻜﻤﻬﺎ ﻛﺎﻵﺗﻲ؛

Bahwasanya berbagai harta yang dapat berkembang yang harta tersebut tidak terdapat dalam Nash yang shorih ataupun menurut pandangan fiqh tidak wajib zakat, maka hukumnya sebagai berikut :

ﻻ ﺗﺠﺐ الزكاة ﻓﻲ ﺃﻋﻴﺎﻥ اﻟﻌﻤﺎﺋﺮ اﻻﺳﺘﻐﻼﻟﻴﺔ ﻭاﻟﻤﺼﺎﻧﻊ ﻭاﻟﺴﻔﻦ ﻭاﻟﻄﺎﺋﺮاﺕ ﻭﻣﺎ ﺃﺷﺒﻬﻬﺎ، ﺑﻞ ﺗﺠﺐ ﻓﻲ ﺻﺎﻓﻲ ﻏﻠﺘﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﺗﻮاﻓﺮ ﺷﺮﻭﻁ اﻟﻨﺼﺎﺏ، ﻭﺣﻮﻻﻥ اﻟﺤﻮﻝ٠

Tidak ada kewajiban zakat bagi berbagai benda / aset semisal apartemen, maupun ritel pertokoan, perahu, pesawat maupun semisalnya. Akan tetapi penghasilan dari benda/aset tersebut wajib dizakati apabila memenuhi syarat mencapai nishob, dan sudah mencapai haul (satu tahun).

ﻭﻣﻘﺪاﺭ الزكاة : ﻫﻮ ﺭﺑﻊ اﻟﻌﺸﺮ ﻓﻲ ﻧﻬﺎﻳﺔ اﻟﺤﻮﻝ، ﺃﻱ ﺭﺑﻊ ﻋﺸﺮ ﺻﺎﻓﻲ اﻟﻐﻠﺔ ﻓﻲ ﻧﻬﺎﻳﺔ اﻟﺤﻮﻝ ( ٢،٥ %) ﻛﺯﻛﺎﺓ اﻟﺘﺠﺎﺭﺓ ﻭاﻟﻨﻘﻮﺩ٠

Adapun kadar besar zakatnya adalah 2,5 % di akhir haul, maksudnya 2,5 % dari hasil bersih pendapatan di akhir haul, sebagaimana besar zakat tijaroh maupun uang yakni sebesar 2,5 %.

ﻭﻓﻲ اﻟﺸﺮﻛﺎﺕ ﻻ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺃﺭﺑﺎﺡ اﻟﺸﺮﻛﺎﺕ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻳﺨﺺ ﻛﻞ ﺷﺮﻳﻚ ﻋﻠﻰ ﺣﺪﺓ٠

Sedangkan dalam kasus musyarokah (misal perusahaan yang sahamnya milik banyak orang), maka yang menjadi acuan bukanlah jumlah seluruh laba / penghasilan syirkah tersebut, namun yang menjadi acuannya adalah besarnya hasil bagian tiap-tiap orang dalam syirkah tersebut.

المنهاج القويم شرح المقدمة الحضرمية، ج ١ ص ٢٢٩

وفي التجارة ربع العشر، وشروطها ستة؛
الأول: العروض دون النقد٠
الثاني: نية التجارة٠
الثالث: اقتران النية بالتملك٠
الرابع: أن يكون التملك بمعاوضة٠
الخامس: أن لا يَنِضَّ ناقصًا بنقده في أثناء الحول٠
السادس: أن لا يقصد القنية في أثناء الحول٠
وواجبها ربع عشر القيمة، ويقوم بجنس رأس المال، أو بنقد البلد إن ملكه بعرض، ولا يشترط كونه نصابًا إلا في آخر الحول٠

Artinya : (Zakat) didalam perdagangan ialah 2,5%, dan Syaratnya ada 6 (Enam) :

1. Harta benda selain Uang
2. Niat berdagang
3. Niat bersamaan dengan kepemilikan
4. Kepemilikan dengan tukar-menukar
5. Tidak menjadikan emas dan perak /uang (menjual semuanya) yang nilainya kurang dari satu nisab pada pertengahan tahun
6. Tidak bermaksud simpanan (dijadikan harta simpanan dan tidak dijadikan modal) dalam pertengahan tahun. Dan kewajiban zakat perdagangan tersebut ialah 2,5% harga, dan ditaqwin / ditaksir dengan jenis modal, atau mata Uang Negara jika seseorang memilikinya dengan harta. Dan tidak disyaratkan harta tersebut sampai satu Nisob kecuali diakhir tahun.


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Ulum Surur Saputra
Alamat : Balung Jember Jawa Timur 
_______________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum

PENASEHAT :

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung Jember Jawa Timur)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Zainul Al-Qudsy (Sumber Sari Jember Jawa Timur )
Perumus + Muharrir : Ust. Mahmulul Huda (Bangsal Jember Jawa Timur)
Editor : Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan (Balung Jember Jawa Timur)

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
https://chat.whatsapp.com/KRbPrzUz9m8GCTLzyn0b5K
______________________________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?