Sampai kapan Orang tua memiliki kesunnahan untuk mengakikahkan Anak-anaknya ?


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

DESKRIPSI:

Badrun (nama samaran) dilahirkan dari keluarga miskin. Saat ini Dia telah menikah dengan Badriyah (nama samaran) dan sudah dikaruniai 3 orang anak yang masih hidup. Namun Anak pertama dari keduanya yang sudah dewasa wafat setahun yang lalu saat berusia 17 tahun dikarenakan sakit.

Dahulu Badrun tidak diakikahi oleh orang tuanya karena orang tuanya miskin. Namun Badrun saat ini sudah menjadi orang sukses dan kaya. Dia mempunyai rencana untuk berkurban pada idul Adha tahun ini sekaligus mengakikahkan dirinya sendiri dan 3 orang Anaknya dengan seekor Sapi.

PERTANYAAN:

Sampai kapan Orang tua memiliki kesunnahan untuk mengakikahkan Anak-anaknya?

JAWABAN:

Orang tua memiliki kesunnahan untuk mengaqiqahkan anaknya sampai Ia baligh apabila orang tua termasuk orang yang berkemampuan (موسر) aqiqah pada saat lahir sampai masa nifas, akan tetapi tidak melaksanakannya.

Namun apabila Orang tua berkemampun (موسر) aqiqah setelah masa nifas (misal setelah anak berumur 61 hari), maka Dia tidak punya kesunnahan untuk mengakikahi anaknya.

REFERENSI:

كفاية النبيه في رح التنبيه الجزء ٨ الصحفة ١٢٨

يعتبر فيمن يجب عليه نفقته على الجملة اليسار وقت استحبابها وهو السابع، فلو كان معسراً في ذلك الوقت، ثم أيسر بعده، فإن كان بعد مدة النفاس سقطت عنه، وإن كان في مدة النفاس، قال الماوردي: احتمل وجهين؛ أحدهما؛ يكون مخاطباً بسنة العقيقة؛ لبقاء أحكام الولادة٠
والثاني؛ لا؛ كما لو أيسر بعد النفاس٠

Artinya: Kemampuan seseorang mengaqiqohi anaknya dihitung sejak memasuki masa sunnah aqiqoh (1-7 hari dari masa kelahiran). Jika seseorang dimasa tersebut (1-7 hari) belum mampu mengaqiqohi anaknya kemudian setelah itu dia memiliki biaya untuk mengaqiqohi anaknya, maka hukumnya diperinci sebagai berikut : Jika dia baru mampu mengaqiqohi setelah masa nifas (60 hari sejak kelahiran), maka gugurlah baginya kesunnahan mengaqiqohi anaknya. Jika didalam masa nifas (antara 7- 60 hari) dia mampu aqiqoh, maka menurut imam Mawardi ada 2 pendapat ; Dia masih disunnahkan mengaqiqohi anaknya karena ada dalam masa nifas yang masih memiliki keterkaitan dengan hukum wiladah (melahirkan). Dia tidak disunnahkan mengaqiqohi anaknya, hukumnya sama dengan jika dia baru mampu mengaqiqohi anak tersebut setelah masa nifas.


حاشية الجمل الجزء ٥ الصحفة ٢٦٤

وَعِبَارَةُ الشَّوْبَرِيِّ فَإِنْ أَيْسَرَ بَعْدَ مُدَّةِ النِّفَاسِ فَلَا تُنْدَبُ لَهُ قَالَهُ فِي الْعُبَابِ قَالَ فِي الْإِيعَابِ وَهُوَ كَتَعْبِيرِهِمْ بِلَا يُؤْمَرُ بِهَا صَرِيحٌ فِي أَنَّ الْأَصْلَ الْمُوسِرَ بَعْدَ السِّتِّينَ لَوْ فَعَلَهَا قَبْلَ الْبُلُوغِ لَمْ تَقَعْ عَقِيقَةً بَلْ شَاةُ لَحْمٍ

Artinya: Adapun redaksi Imam As- Syaubari menyatakan; "Apabila seseorang baru mampu mengaqiqohi setelah masa nifas maka dia tidak mendapat tuntutan kesunnahan beraqiqoh". Hal ini disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Ubab, dalam kita I'ab beliau berpendapat seperti Ulama' yang lain dengan mengatakan; "Orang tersebut tidak diperintahkan untuk mengaqiqohinya", hal ini jelas, karena sesungguhnya orang tersebut baru mampu mengaqiqohinya melebihi batasan 60 hari (masa nifas), jika seseorang mengaqiqohinya sebelum masa baligh, maka hal itu tidak termasuk aqiqoh tapi merupakan sembelihan biasa.


حاشية الشرقاوي، الجزء ٢ الصحفة ٧٤

و يدخل وقتها بالولادة ولا آخر له فلا تفوت بموت الولد ولا بطول الزمن بل ينتقل طلبها بالبلوغ من الأب إلى الولد فيتخير في العق عن نفسه ولو لم تطلب من الأب لفقره لم تطلب من الولد على المعتمد٠

Artinya: Masuknya waktu mengaqiqohi anak itu dimulai dari waktu kelahiran anak tersebut, dan tidak ada batas akhir untuk kesunnahan mengaqiqohinya. Maka perintah mengaqiqohi tersebut tidak hilang disebabkan kematian anak tersebut, begitu juga perintah aqiqoh tersebut masih ada sepanjang waktu, bahkan perintah aqiqoh tersebut berpindah saat memasuki masa baligh, dari si- bapak kepada anak tersebut, sehingga bagi si-anak bisa memilih apakah dia mau meng aqiqohi dirinya (atau tidak mengaqiqohi). Apabila perintah aqiqoh tersebut tidak bisa dilakukan oleh ayahnya karena si ayah fakir, maka aqiqoh tersebut juga tidak diperintahkan kepada si-anak, menurut Qoul Mu'tamad.


إعانة الطالبين، الجزء ٢ الصحفة ٣٨١

ﻭﻳﻌﺘﺒﺮ ﺇﻋﺴﺎﺭﻩ ﺑﻤﺪﺓ اﻟﻨﻔﺎﺱ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﺴﺮا ﻓﻴﻬﺎ ﺳﻘﻂ اﻟﻄﻠﺐ ﻋﻨﻪ٠ ﻭﻟﻮ ﺃﻳﺴﺮ ﺑﻌﺪ ﻣﻀﻲ ﻣﺪﺓ اﻟﻨﻔﺎﺱ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﺴﺮا ﻓﻴﻬﺎ ﻭﺃﻳﺴﺮ ﻗﺒﻞ ﻣﻀﻲ ﻣﺪﺓ اﻟﻨﻔﺎﺱ - ﺳﻮاء ﻛﺎﻥ ﻗﺒﻞ اﻟﺴﺎﺑﻊ ﺃﻭ ﺑﻌﺪﻩ - ﻟﻢ ﻳﺴﻘﻂ اﻟﻄﻠﺐ ﻋﻨﻪ، ﻭﺗﻨﺪﺏ ﻣﻨﻪ ﺇﻟﻰ اﻟﺒﻠﻮﻍ٠ ﻓﻠﻮ ﺑﻠﻎ ﻭﻟﻢ ﻳﺨﺮﺟﻬﺎ اﻟﻮﻟﻲ، ﺳﻦ ﻟﻠﺼﺒﻲ ﺃﻥ ﻳﻌﻖ ﻋﻦ ﻧﻔﺴﻪ، ﻭﻳﺴﻘﻂ اﻟﻄﻠﺐ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﻋﻦ اﻟﻮﻟﻲ٠


Artinya: Standar waktu untuk mengukur ketidakmampuan ayah dalam mengaqiqohi anak adalah di masa nifas. Apabila dia tidak mampu mengaqiqohi anak dimasa nifas tersebut, maka perintah mengaqiqohi anak bagi si-ayah gugur. Apabila si-ayah mampu mengaqiqohi si-anak setelah melewati masa nifas maka di lihat :  Apabila dalam masa nifas si-ayah tidak mampu mengaqiqohi namun kemudian sebelum habis masa nifas ternyata si-ayah mampu, baik kemampuannya tersebut saat bayi berumur kurang dari 7 hari atau lebih dari 7 hari, maka perintah bagi ayah untuk mengaqiqohi si-anak itu belum gugur, dan kesunnahan mengaqiqohi anak masih ada hingga si-anak baligh. Apabila si-anak telah baligh namun si-wali belum mengaqiqohinya, disunnahkan bagi anak tersebut untuk mengaqiqohi dirinya sendiri, dan dimasa baligh ini perintah aqiqoh tersebut telah gugur dari si-wali. 


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Qorinatul Khusna
Alamat : Pekalongan Jawa Tengah
____________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group Telegram Tanya Jawab Hukum. 

PENASEHAT :

Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Habib Abdurrahman Al-Khirid (Kota Sampang Madura)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Batu Licin Kalimantan Selatan)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Jefri Ardian Syah (Sokobanah Sampang Madura)
Perumus + Muharrir : Ust. Mahmulul Huda (Bangsal Jember Jawa Timur)
Editor : Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan (Balung Jember Jawa Timur)

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
https://t.me/joinchat/ER-KDnY2TDI7UInw 
_____________________________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?