Hukum Uang Imbalan Menjaga Perjudian



HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 DESKRIPSI:

Badrun dan Qomar (nama samaran) merupakan teman akrab di Desanya. Suatu ketika saat ada sebuah hajatan, biasanya warga sekitar memainkan game papan yang bertuliskan angka acak. Papan Game dalam permainan itu ada 2 buah. 

Dalam permainan Game tersebut, ada yang menjadi pembaca angka (Bandar) dan para peserta yang ikut permainan itu. Peserta dianggap menang apabila dalam permainan game itu bisa membentuk garis horizontal, vertikal dan diagonal dari angka acak tersebut.

Setiap papan dihargai Rp. 5.000 bagi peserta yang mau ikut. Apabila peserta yang ikut berjumlah 10 orang, maka uang yang terkumpul adalah 50.000. Dan bandar cuman mengambil 5% dari uang yang terkumpul, kemudian sisa uang yang terkumpul diberikan kepada si-pemenang. 

Badrun merupakan salah satu peserta yang ikut dalam permainan itu. Dia juga meminta Qomar untuk mengawasi 1 papan lainnya yang dimainkan oleh Badrun. Dan Badrun begitu beruntung karena Dia menang beberapa kali dalam permainan itu. Sehingga setelah selesai permainan Badrun memberikan imbalan uang pada Qomar atas kesediaannya mengawasi papan permainannya.

PERTANYAAN:

Apakah hukum uang yang diberikan Badrun pada Qomar sebagai imbalan tersebut?

JAWABAN:

Uang yang diberikan Badrun kepada Qomar adalah haram. Karena uang tersebut merupakan ujroh dari perbuatan yang diharamkan yaitu menjaga perjudian.

REFERENSI:

مغني المحتاج، الجزء ٣ الصحفة ٤٤٩

وَلَا اسْتِئْجَارٌ لِتَعْلِيمِ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالسِّحْرِ وَالْفُحْشِ وَالنُّجُومِ وَالرَّمْلِ، وَلَا لِخِتَانِ الصَّغِيرِ الَّذِي لَا يَحْتَمِلُ، وَلَا لِخِتَانِ الْكَبِيرِ فِي شِدَّةِ الْحَرِّ وَالْبَرْدِ، وَلَا لِتَثْقِيبِ الْأُذُنِ وَلَوْ لِأُنْثَى وَلَا لِلزَّمْرِ وَالنِّيَاحَةِ وَحَمْلِ الْخَمْرِ غَيْرِ الْمُحْتَرَمَةِ لَا لِلْإِرَاقَةِ، وَلَا لِتَصْوِيرِ الْحَيَوَانَاتِ وَسَائِرِ الْمُحَرَّمَاتِ، وَجَعَلَ فِي التَّنْبِيهِ مِنْ الْمُحَرَّمَاتِ الْغِنَاءَ، وَفِيهِ كَلَامٌ ذَكَرْته فِي شَرْحِهِ، وَلَا يَجُوزُ أَخْذُ الْعِوَضِ عَلَى شَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ كَبَيْعِ الْمَيْتَةِ٠

Artinya: Tidak sah menyewa orang untuk mengajari kitab Taurat, Injil, sihir, nujum dan mengkhitan anak kecil yang tidak sanggup menanggung sakit, mengkhitan anak yang sudah besar dalam kondisi sangat panas dan dingin, dan melubangi telinga (tindik) walaupun perempuan, dan untuk berseruling dan meratap, membawa khomer yang tidak mukhtarom tidak untuk dibuang, dan tidak sah untuk menggambar hewan-hewan dan segala jenis perkara yang diharamkan. Dan Pengarang kitab Tanbih menjadikan menyanyi termasuk perkara yang diharamkan, dan didalam masalah tersebut ada pembahasan yang Aku jelaskan dalam syarh Tanbih. Dan tidak boleh menggambil ongkos dari semua tersebut diatas seperti jual bangkai.

أَمَّا الِاسْتِئْجَارُ عَلَى حَمْلِ الْخَمْرِ لِلْإِرَاقَةِ أَوْ حَمْلِ الْمُحْتَرَمَةِ فَجَائِزٌ كَنَقْلِ الْمَيْتَةِ إلَى الْمَزْبَلَة، وَكَمَا يَحْرُمُ أَخْذُ الْأُجْرَةِ عَلَى الْمُحَرَّمِ يَحْرُمُ إعْطَاؤُهَا إلَّا لِضَرُورَةٍ كَفَكِّ الْأَسِيرِ، وَإِعْطَاءِ الشَّاعِرِ لِئَلَّا يَهْجُوَهُ، وَالظَّالِمِ لِيَدْفَعَ ظُلْمَهُ، وَالْحَاكِمِ لِيَحْكُمَ بِالْحَقِّ، فَلَا يَحْرُمُ الْإِعْطَاءُ عَلَيْهَا

Sedangkan menyewa untuk membawa khomer untuk dibuang atau membawa khomer yang mukhtarom adalah boleh, hukumnya seperti memindah bangkai ke tempat pembuangan kotoran. Sebagaimana diharamkan mengambil ongkos terhadap pekerjaan yang diharamkan, maka haram pula memberikan upah kepada sesuatu yang haram kecuali keadaan terpaksa. Misalnya: ongkos melepas tawanan, memberi pengamen supaya tidak mengecam, memberi orang dholim untuk menolak kedholimannya, memberi hakim supaya memutuskan hukum dengan benar. Dalam semua kasus itu memberinya hukumnya tidak haram.


وهبة الزحيلي، الفقه الإسلامي وأدلته للزحيلي، ج ٥ ص ٣٨١٧

لا يجوز الاستئجار على المعاصي كاستئجار الإنسان للعب واللهو المحرم وتعليم السحر والشعر المحرم وانتساخ كتب البدع المحرمة، وكاستئجار المغنية والنائحة للغناء والنوح، لأنه استئجار على معصية، والمعصية لا تستحق بالعقد٠

Artinya: Tidak boleh menyewa seseorang untuk melakukan pekerjaan maksiat contohnya: Menyewa orang untuk melakukan permainan maupun senda gurau yang diharamkan. Menyewa seseorang untuk mengajarkan sihir dan syair yang diharamkan. Menyalin kitab-kitab yang berisi hal-hal bid'ah yang diharamkan. Menyewa seorang penyanyi untuk menyanyi. Menyewa orang untuk menangis meratapi kematian.Semua hal ini dilarang karena termasuk katagori menyewa seseorang untuk perbuatan maksiat sedangkan maksiat itu sendiri tidak boleh untuk dijadikan transaksi akad.


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Meydi Iqbal
Alamat: Balongbendo Sidoarjo Jawa Timur
___________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group Telegram Tanya Jawab Hukum. 

PENASEHAT :

Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Habib Abdurrahman Al-Khirid (Kota Sampang Madura)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Batu Licin Kalimantan Selatan)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Jefri Ardian Syah (Sokobanah Sampang Madura)
Perumus + Muharrir : Ust. Mahmulul Huda (Bangsal Jember Jawa Timur)
Editor : Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Robit Subhan (Balung Jember Jawa Timur) 
_____________________________________ 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?