Hukum Memakan Pemberian Dari Hasil Profesi Sebagai Penjaga/Pemegang Kunci Kamar Karaoke ?



HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Rosyidah (nama samaran) mempunyai Sepupu yang bernama Jesika (nama samaran) yang bekerja di sebuah Tempat Karaoke. Dia bekerja sebagai penjaga / pemegang kunci kamar-kamar di tempat Karaoke tersebut.

Jesika juga seorang yang sangat Dermawan dan selalu memberi Uang dan lain-lain dari penghasilannya kepada Rosyidah yang merupakan Sepupunya.

PERTANYAAN:

Bagaimana hukum memakan pemberian dari hasil Profesi Rosyidah Seperti Deskripsi diatas?

JAWABAN:

Hukum memakan pemberian dari hasil Profesi Rosyidah adalah ditafsil (diperinci) :

a). Kalau yakin atau punya persangkaan kuat bahwa pemberian itu hasil dari haram, maka haram memakannya.

b). Kalau sebaliknya, maka tidak haram namun makruh.

REFERENSI:

 شرح المقدمة الحضرمية المسمى بشرى الكريم بشرح مسائل التعليم، الصفحة ٥٣٧

ويكره الأخذ بمن بيده حلال وحرام كسلطان جائر، وتشتد الكراهة وتخف بكثرة الشبهة وقلتها، ولا يحرم إلا ما تيقن حرمته ويمكن معرفة صاحبه٠ وإنما لم يحرم؛ لأن الأصل المعتمد في الأملاك اليد، ولم يثبت أصل آخر فيه يعارضه، فاستصحب ولم يبال بغلبة الظن٠

Artinya : Dimakruhkan menerima sesuatu dari orang yang hartanya bercampur antara yang halal dan yang haram contohnya harta penguasa yang dzolim. Berat-ringannya kemakruhan tergantung dari banyak-sedikitnya kesubhatan. Dan harta tersebut hukumnya tidak haram, kecuali jika benar-benar tahu pasti asal keharamannya, dan bisa dimungkinkan mengetahui pemiliknya. Ketidak haraman harta tersebut karena menurut kaidah : "Hukum asal harta yang kuat adalah, harta yang dimiliki tersebut adalah milik sendiri dan tidak ada asal harta yang lain yang menentang hal itu,". Sehingga dalam hal tersebut berlaku istishab (mempertimbangkan hukum asal sesuatu) tanpa memperdulikan sangkaan.


إعانة الطالبين، الجزء ٣ الصحفة ٩

فـائدة: قال فـي الـمـجموع: يكره الأخذ مـمن بـيده حلال وحرام. كالسلطان الـجائر. وتـختلف الكراهة بقلة الشبهة وكثرتها، ولا يحرم إلا أن تـيقن أن هذا من الـحرام. وقول الغزالـي : يحرم الأخذ مـمن أكثر ماله حرام، وكذا معاملته شاذّ. اهــــ

Artinya: Faidah Imam Nawawi dalam kitab Majmu' berkata: Dimakruhkan menerima / memgambil sesuatu dari orang yang memiliki harta yang haram dan halal, contohnya Penguasa yang Dzolim. Dan tingkat kemakruhan tersebut berbeda-beda sedikit-banyaknya syubhat yang ada. Dan harta ini tidak harom, kecuali jika benar-benar yakin harta tersebut berasal dari perkara yang harom. Adapun pendapat al-Ghozali yang menyatakan haram mengambil / menerima harta dari orang yang kebanyakan hartanya berasal dari perkara yang haram, begitu juga haram bermuamalah dengan mereka, pendapat al-Ghozali tersebut adalah Syadz (lemah).


مراقي العبودية، الصحفة ٧٢

وَأَمَّا المَظْنُونُ بِعَلاَمَةٍ فَهُوَ مَالُ السُّلْطَانِ وَعُمَّالِهِ وَمَالُ مَنْ لاَ كَسَبَ لَهُ إلاَّ مِنَ النَّاحِيَةِ او بَيْعِ الخَمْرِ او الرِّبَا او المَزَامِيْرِ وَغَيْرِ ذَلِكَ مِنْ آلاَتِ اللَّهْوِ المُحَرَّمَةِ. فَإِنَّ مَنْ عَلِمَتْ أَنَّ كَثِيْرَمَالِهِ حَرَامٌ مُطْلَقًا فَمَا تَأخُذُهُ مِنْ يَدِهِ وَإِنْ أَمْكَنَ أَنْ يَكُونَ حَلاَلاً نَادِرًا, فَهُوَ حَرَامٌ, لأَنَّهُ الغَالِبُ عَلَى الظَّّنِّ٠

Artinya : Adapun harta yang disangka haram dengan indikasi adalah harta dari penguasa dan pegawai-pegawainya, harta dari orang yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan kecuali dari hasil meratapi orang mati, atau menjual arak, atau dari riba, atau dari hasil bermain seruling atau lainnya dari alat-alat permainan yang diharamkan. Maka sesungguhnya orang yang telah anda ketahui bahwa sebagian hartanya adalah haram secara pasti, maka apa yang anda ambil dari tangannya, (meskipun kemungkinan harta tersebut terkadang halal) maka hukumnya haram, karena harta yang haram itu adalah yang memang berdasarkan sangkaan."

فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين، الصحفة ٣١٩

فائدة لو أخذ من غيره بطريق جائز ما ظن حله وهو حرام باطنا فإن كان ظاهر المأخوذ منه الخير لم يطالب في الآخرة وإلا طولب قاله البغوي٠

Artinya: Apabila seseorang menerima atau mengambil (harta) dari orang lain dengan cara yang diperbolehkan (syara'), dan disangka harta itu halal, padahal harta itu haram (terselubung). Maka hukumnya diperinci: Apabila dhohirnya orang yang memberi itu baik agamanya maka si penerima tidak dituntut di Akhirat. Jika sebaliknya (dhohirnya orang yang memberi itu fasik atau penipu) maka si Penerima akan dituntut di Akhirat. Pendapat ini disampaikan oleh al-Baghowi.


إعانة الطالبين، الجزء ٣ الصحفة ١٣

قوله: بطريق جائز كبيع وهبة٠ (قوله: ما ظن حله) مفعول أخذ، أي أخذ شيئا يظن أنه حلال، وهو في الواقع ونفس الأمر حرام، كأن يكون مغصوبا أو مسروقا٠

Artinya: "Apabila seseorang menerima atau mengambil (harta) dari orang lain dengan cara yang diperbolehkan (syara')" contohnya dengan jual beli atau hibah.P erkara/uang/harta tersebut disangka halal. Artinya seseorang mengambil atau memerima sesuatu yang disangkanya itu merupakan perkara yang halal, sedangkan harta tersebut benar-benar dalam kenyataannya berasal dari perkara haram contoh hasil ghosob atau hasil mencuri.


قوله: فإن كان ظاهر المأخوذ منه) هو البائع، أو الواهب٠ (وقوله: الخير) أي الصلاح (قوله: لم يطالب) أي الآخذ في الآخرة، وهو جواب إن (وقوله: وإلا طولب) أي وإن لم يكن ظاهر الخير والصلاح، بأن كان ظاهره الفجور والخيانة، طولب - أي في الآخرة - وأما في الدنيا، فلا يطالب مطلقا، لأنه أخذه بطريق جائز

Apabila dhohirnya Si-Penjual atau Pemberi kelihatan sebagai orang yang baik, maka si-Penerima tidak dituntut di akhirat. Namun apabila kelihatannya orang yang menjual atau memberi tadi tidak baik, semisal Dia terlihat seperti model orang fasiq atau suka khianat (culas), maka Dia dituntut besok di akhirat. Sedangkan di Dunia Dia tidak mendapat tuntutan sama sekali, karena Dia menerima / mengambil dengan cara yang diperbolehkan.


و الله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Novi
Alamat : Plumbon Cirebon Jawa Barat
_______________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WhatsApp Tanya  Jawab Hukum.

PENGURUS :

Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Zainul Qudsiy, Ust. Robit Subhan
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda, Ust. Anwar Sadad
Editor : Ust. Hosiyanto Ilyas
Terjemah Ibarot : Ust. Abd. Lathif, Ust. Robit Subhan

PENASEHAT :

Habib Abdullah bin Idrus

Gus Abd. Qodir

___________________________


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?