Sampai Dimana Tingkat Kesalalahan dalam Pengucapan Aqad Ijab atau Qobul) dalam Pernikahan


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Badrun dan Qomar (nama samaran) merupakan Kakak-Adik. Keduanya Santri Junior yang lagi berdebat sepulang menghadiri prosesi aqad nikah teman Lelaki mereka.

Yang menjadi pembahasan mereka adalah Shighat Ijab yang diucapkan Wali nikah tentang nominal Rp 200 ribu yang diucapkan dalam Bahasa Arab dengan kata مائتين الف روبيۃ (Miataini Alfi rubiyyah).

Menurut Qomar ; Nominal yang diucapkan Wali nikah itu salah. Seharusnya Wali nikah mengucapkan مائتَيْ الف dengan membuang huruf Nun lafadh مِائتين karena dimudhofkan pada lafadh اَلف. Oleh karenanya, aqad nikahnya harus segera diulangi lagi. Menurutnya, tidak boleh ada kesalahan dalam Sighat ijab - Qobul nikah.

Lain lagi pendapat Badrun ; menurutnya Aqad Nikah Temannya itu sah dan tidak perlu diulang lagi. Menurutnya, dalam suatu Akad yang penting "maksud dan makna" dari Aqad tersebut, bukan lafazh yang diucapkan oleh dua orang yang sedang akad.

PERTANYAAN:

Sampai dimana tingkat kesalalahan dalam pengucapan Aqad (Ijab atau Qobul) Bahasa Arab dalam Pernikahan yang masih ditolerir atau tidak sampai berpengaruh pada sah atau tidaknya aqad Nikah ?

JAWABAN:

Kesalahan dalam mengucapkan Ijab dan Qobul Bahasa Arab dalam pernikahan yang masih dapat ditolerir adalah kesalahan yang tidak merusak / membuat cacat kepada makna sighot itu sendiri. Sama halnya kesalahan dalam I'rob Muannats atau Mudzakkar.

REFERENSI:

حاشية البجيرمي على شرح المنهج، الجزء ٣ الصحفة ٣٣٣

قَوْلُهُ: بِتَقْدِيمِ قَبُولٍ كَأَنْ يَقُولَ: قَبِلْتُ نِكَاحَ فُلَانَةَ، أَوْ تَزْوِيجَهَا، أَوْ رَضِيتُ نِكَاحَ فُلَانَةَ، أَوْ أَحْبَبْتُهُ، أَوْ أَرَدْتُهُ؛ لِأَنَّ هَذِهِ الصِّيَغَ كَافِيَةٌ فِي الْقَبُولِ كَمَا يَأْتِي، لَا فَعَلْتُ٠

Artinya : Sah akad nikah dengan mendahulukan qobul. Contoh, ! Saya terima nikahnya fulanah, atau kawinnya fulanah, atau Saya rela menikahi fulanah, Saya suka menikahi fulanah, Saya menginginkan menikahi fulanah. Semua sighot ini sudah cukup sebagai qobul sebagaimana keterangan yang akan dijelaskan. Tidak cukp sighot qobul dengan ucapan ; "Saya melakukannya".

 وَلَا يَضُرُّ مِنْ عَامِّيٍّ فَتْحُ التَّاءِ، وَكَذَا مِنْ الْعَالِمِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ عِنْدَ شَيْخِنَا؛ لِأَنَّ الْخَطَأَ فِي الصِّيغَةِ إذَا لَمْ يُخِلَّ بِالْمَعْنَى يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ كَالْخَطَأِ فِي الْإِعْرَابِ وَالتَّذْكِيرِ وَالتَّأْنِيثِ اهـ. ح ل

Dan tidak masalah jika orang awam membaca huruf ta'-nya dengan harokat fathah (, qobilta), begitu juga tidak masalah jika dilakukan orang yang mengerti. Hal ini berdasar pendapat yang Mu'tamad menurut guru kami. Alasannya adalah, karena sesungguhnya kesalahan sighot seperti ini apabila tidak merusak makna, maka hendaknya cuma sebatas kesalahan dalam i'rob Mudzakar atau Muannats (dikutip dari al- Halabi)

وَعِبَارَةُ م ر وَلَا يَضُرُّ فَتْحُ تَاءِ الْمُتَكَلِّمِ، وَلَوْ مِنْ عَارِفٍ، وَلَا يُنَافِي ذَلِكَ عَدَّهُمْ أَنْعَمْتُ بِضَمِّ التَّاءِ وَكَسْرِهَا مُحِيلًا لِلْمَعْنَى؛ لِأَنَّ الْمَدَارَ فِي الصِّيغَةِ عَلَى الْمُتَعَارَفِ فِي مُحَاوَرَاتِ النَّاسِ وَلَا كَذَلِكَ الْقِرَاءَةُ٠

Adapun redaksi dari Imam Romli adalah : "Tidak masalah dibaca Fathah ta' mutakallim, meskipun itu dilakukan oleh orang yang mengerti, dan hal itu tidak bertentangan dengan apa yang dicontohkan sebagian Ulama' yang menyamakan hukumnya dengan hukum membaca "An'amta" menjadi kata " An'amtu" ataupun "An'amti" yang bisa merubah makna. Alasannya karena ruang lingkup sighot akad itu berdasar urf yang dimengerti dalam percakapan antar Masyarakat. Berbeda dengan masalah bacaan Qur'an.


الفتاوى الفقهية الكبرى، الجزء ٤ الصحفة ١٠٣

وَيُؤَيِّدُ ذَلِكَ أَيْضًا إفْتَاءُ الشَّرَف ابْنِ الْمُقْرِي بِأَنَّهُ إذَا كَانَ فِي عُرْفِ بَلَدِهِمْ فَتْحُ تَاءِ الْمُتَكَلِّمِ وَيَفْهَمُونَ الْمُرَادَ لَمْ يَكُنْ قَادِحًا فِي عَقْدِ النِّكَاحِ٠

Artinya : Hal tersebut juga dikuatkan dengan fatwa Ibnu Muqri yang menyatakan ; "Apabila dalam Urf daerah mereka membaca Fathah ta' mutakallim dan mereka faham maksudnya, maka hal itu tidak membuat cacat dalam akad nikah.

_______________________

NB.
Macam-macam Mahar.

المفتاح لباب النكاح للحبيب محمد بن سالم بن حفيظ، الصحفة ١٦
 
مهر المثل هو ما يرغب به في مثلها حسبا ونسبا وبكارة و ثيوبة اما المسمى فهو ما يذكر في عقد النكاح سواء كان مهر المثل او اقل او اكثر


Artinya: Mahar mitsil adalah mahar yang layak untuk si Istri dengan mempertimbangkan sisi kedudukan/derajat, nasab, perawan ataupun janda. Mahar Musamma adalah Mahar yang disebutkan dalam akad nikah baik nilainya sebesar Mahar mitsil, kurang dari Mahar mitsil ataupun lebih dari Mahar mitsil.


فقه الإسلامي وادلته، الجزء ٧ الصحفة ٣٦٥

المهر عند الفقهاء نوعان: مهر مسمى ومهر المثل ؛
أما المهر المسمى: فهو ما سمي في العقد أو بعده بالتراضي، بأن اتفق عليه صراحة في العقد، أو فرض للزوجة بعده بالتراضي، أو فرضه الحاكم

Artinya : Mahar menurut ahli fiqh ada 2 ; Mahar Musamma. Mahar Mitsil. Mahar Musamma adalah mahar yang di sebutkan ketika akad, ataupun setelah akad dengan adanya saling kerelaan antara kedua belah pihak. Contohnya Mahar tersebut disepakati dan disebutkan secara jelas dalam akad nikah berdasar adanya kerelaan antara kedua belah pihak. Atau mahar tersebut ditentukan jumlahnya bagi si-Istri setelah akad nikah berdasar adanya kerelaan antara kedua belah pihak atau Mahar tersebut ditentukan oleh Hakim.


فقه المنهجي، الجزء ٤ الصحفة ٨١

ﻭﻣﻬﺮ اﻟﻤﺜﻞ: ﻫﻮ اﻟﻤﺎﻝ اﻟﺬﻱ ﻳﻄﻠﺐ ﻓﻲ اﻟﺰﻭاﺝ ﻟﻤﺜﻞ اﻟﺰﻭﺟﺔ ﻋﺎﺩﺓ٠

Artinya : Mahar mitsil adalah harta yang wajib diberikan dalam akad pernikahan yang sesuai standar umum untuk si-Istri.

  

ﻭﻳﻘﺪﺭ ﻣﻬﺮ اﻟﻤﺜﻞ ﺑﺎﻟﻨﻈﺮ ﻷﻗﺮﺑﺎء اﻟﻤﺮﺃﺓ ﺑﺎﻟﻨﺴﺐ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﺃﺑﻴﻬﺎ٠ ﺛﻢ ﻳﻌﺘﺒﺮ ﻓﻲ ﺗﻘﺪﻳﺮ ﻣﻬﺮ اﻟﻤﺜﻞ ﻣﻊ اﻟﻨﺴﺐ اﻟﻤﺴﺎﻭاﺓ ﻓﻲ اﻟﺼﻔﺎﺕ اﻟﺘﺎﻟﻴﺔ: اﻟﺴﻦ، ﻭاﻟﻌﻘﻞ، ﻭاﻟﺠﻤﺎﻝ، ﻭاﻟﻴﺴﺎﺭ، ﻭاﻟﻌﻔﺔ، ﻭاﻟﺪﻳﻦ، ﻭاﻟﺘﻘﻮﻯ، ﻭاﻟﻌﻠﻢ، ﻭاﻟﺒﻜﺎﺭﺓ، ﻭاﻟﺜﻴﻮﺑﺔ، ﻭﻛﻞ ﻣﺎ اﺧﺘﻠﻒ ﺑﻪ ﻏﺮﺽ ﺻﺤﻴﺢ، ﻷﻥ اﻟﻤﻬﻮﺭ ﺗﺨﺘﻠﻒ ﺑﺎﺧﺘﻼﻑ ﻫﺬﻩ اﻟﺼﻔﺎﺕ

Dan ukuran Mahar mitsil diperkirakan, dengan melihat atau mempertimbangkan kondisi sanak kerabat  dari segi nasab dari ayahnya. Disamping itu besar Mahar mitsil juga mempertimbangkan usia Wanita, Kecerdasan, Kecantikan, Kekayaan, Kepribadian, Keagamaan, Ketaqwaan, Ilmu, Keperawanan ataupun Janda, maupun perkara lain yang menjadi pertimbangan yang benar-benar sesuai. Hal ini disebabkan besar-kecilnya mahar mitsil itu berbeda-beda karena dipengaruhi perbedaan sifat-sifat ini.


  والله أعلم بالصواب

  و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Farhan AM
Alamat : Kaliwates Jember Jawa Timur
_______________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum.

PENGURUS :

Ketua : Ust. Zainullah Al-Faqih
Wakil : Ust. Suhaimi Qusyairi
Sekretaris : Ust. Sholihin
Bendahara : Ust. Syihabuddin

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat
Moderator : Ust. Zainullah Al-Faqih
Perumus : Ust. Zainul Qudsiy, Ust. Robit Subhan
Muharrir : Ust. Mahmulul Huda, Ust. Anwar Sadad
Editor : Ust. Hosiyanto Ilyas
Terjemah Ibarot : Ust. Abd. Lathif, Ust. Robit Subhan

PENASEHAT : Gus Abd. Qodir

LINK GROUP TANYA JAWAB HUKUM :
_________________________ 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Terlebih Dahulu Halalkah ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?