Hukum Tindakan Takmir Masjid Memasang WiFi Untuk Memakmurkan Masjid Dengan Menggunakan Uang Kas Masjid


HASIL KAJIAN BM NUSANTARA 
(Tanya Jawab Hukum Online)

 السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

DESKRIPSI:

Badrun (nama samaran) merupakan salah satu Takmir Masjid di Desanya. Agar supaya ramai yang sholat berjemaah di Masjid tersebut, terutama di Bulan Ramadhan ini, maka Badrun menyediakan fasilitas WiFi di Masjid agar para semakin banyak yang sholat tarawih dan tadarus di Masjid tersebut.

Namun dalam biaya pemasangan dan biaya per-bulannya, Badrun menggunakan uang kas masjid yang diperoleh dari jama'ah sholat Jum'at setiap Jum'atnya dan juga uang Sumbangan untuk Masjid. Selain itu, para jama'ah sholat tarawih dan yang bertadarus juga sering mengecas HP-nya menggunakan listrik masjid tersebut.

 PERTANYAAN:

Bagaimana hukumnya tindakan Takmir yang memasang WiFi untuk memakmurkan Masjid dengan menggunakan uang kas Masjid?

JAWABAN:

Tidak boleh, karena kemaslahatan dari pemasangan wifi (tidak ada berhubungan langsung dengan memakmurkan masjid, misalnya ibadah sholat, dzikir, membaca Al-Qur'an). Sedangkan mafsadahnya jelas, yaitu, berpotensi mengganggu kegiatan masjid, dll.

REFERENSI:

فتاوى بافضل، الصحفة ١٠٠

ما قول العلماء نفع الله بهم في مسجد عليه اوقاف اراد جماعة من طلب العلم احياء بين العشاءين فيه لقراءة بعض كتب الفقه فهل للناظر ان يصرف لهم من غلة الوقف مما يكفي السريح لهم٠ لان السراح الذي لقراءة الحزب لا يمكنهم القراءة عليه ام لا؟ يجوز للناظر ان يصرف لهم مما يكفي التسريج للقرأة المذكورفي السؤال, والحال ما ذكر السائل, من غلة وقف المسجد الزائدة على عمارته واهم مصالحه ان لم يتوقع طرؤه اهم منه,والا فليس له ذالك,لان قرأة الفقه فيه كقراءة القراءن وهي من المصالح لان فيها احياء له, قال في القلائد:وافتى بعض اهل اليمن بحواز صرف الزائد المتسع لدراسة علم او قراءن فيه (المسجد),قال لانه لا غاية له٠

Artinya : Apa pendapat para Ulama' tentang Masjid yang ada padanya harta-harta wakaf karena ada sebagian santri (para pencari ilmu) ingin menghidupkan antara waktu maghrib dan isya di dalam Masjid untuk mempelajari kitab-kitab fiqh maka apakah boleh bagi pengelola wakaf untuk menggunakan harta wakaf tersebut untuk keperluan menerangi mereka karena lampu yang mereka gunakan tidak cukup bagi sebagian kelompok yang lain ? Maka beliau menjawab : "Boleh menggunakan harta wakaf untuk keperluan menerangi mereka untuk mempelajari fiqh di Masjid akan tetapi hal itu jika harta tersebut lebih dari pembangunan untuk masjid (jadi jika masih di butuhkan untuk membangun masjid maka tidak boleh), kebolehan tersebut karena mempelajari ilmu fiqh itu disamakan dengan membaca alquran karena sama-sama untuk memakmurkan Masjid". Telah berkata di kitab qolaid : telah berfatwa sebagian Ulama' Yaman akan kebolehannya menggunakan harta wakaf yang berlebih untuk menggunakannya untuk mempelajari ilmu dan membaca quran di Masjid.



حاشية الشهاب على تفسير البيضاوي، الجزء ٢ الصحفة ٤٢٧

 إِنَّمَا يَعْمُرُ مساجد الله مَنْ ءامَنَ بالله واليوم الآخر وَأَقَامَ الصلاة وَءاتَى الزكواة } أي إنما تستقيم عَمَارتها لهؤلاء الجامعين للكمالات العلمية والعملية ومن عمارتها تزيينها بالفرش وتنويرها بالسرج وإدامة العبادة والذكر ودروس العلم فيها وصيانتها مما لم تبن له كحديث الدنيا إنما تستقيم عَمَارتها الخ تستقيم بمعنى تصح فان الذي تصح منه ويمكن من العمارة سواء كانت بالمكث فيه للعبادة او بالبناء والفرش ونحوه من حاز الكمال العلمي والعملي وهو كناية عن الايمان الظاهر

Artinya : Ayat ; (Artinya : Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat). Maksudnya yaitu : yang bertanggung jawab untuk memakmurkan masjid hanyalah orang-orang yang bisa mengumpulkan kesempurnaan keilmuan dan ibadahnya, dan termasuk memakmurkan masjid adalah menghias masjid dengan membentangkan karpet, menyinari masjid dengan lampu, melanggengkan ibadah, dzikir, dan pengajaran ilmu di dalamnya, menjaga masjid terhadap perkara yang tidak pantas di dalamnya seperti berbicara hal keduniaan. Yang bertanggung jawab memakmurkan masjid hanyalah ... (sampai selesai ungkapan.red) bertanggung jawab maknanya yang sah, yaitu sesungguhnya orang yang sah dan mungkin dalam memakmurkan masjid baik adakalanya dengan berdiam di dalamnya untuk beribadah, membangun dan menghamparkan karpet dll. Seseorang yang mencapai kesempurnaan ilmu dan amal adalah sebuah kinayah dari keimanan yang tampak.


عمدة المفتي والمستفتي، الجزء ١ الصحفة ١٢١

اعلم ان الله امر بتعظيم المسجد وتكريمها في قوله تعالى ( اذن الله ان ترفع) اي تعظم بحيث لا يقع فيها الفحش من القول وتطهر من النجاسة والاقذار وقال تعالى : (وطهر بيتي للطائفين والقائمين والركع السجود ) وقال تعالى (انما يعمر مساجد الله من امن بالله) الاية قال البيضاوي : (ومن عمارتها تزيينها بالفرش وتنويرها بالسراج وادامة العبادة والذكر والدرس العلم فيها وصيانتها عما لم تبن له كحديث الدنيا) وفي حديث اخرجه مسلم واحمد وابن ماجه من حديث بريدة مرفوعا :(انما بنيت المساجد لما بنيت له ) اي : من الصلاة وقراءة القرأن والعلم والمذاكرة في الخير قاله النووي

Artinya : Ketahuilah bahwasanya Allah memerintahkan untuk mengagungkan masjid dan memuliakannya dengan Firman NYA: (Artinya: di rumah-rumah yang di sana di telah diperintahkan Allah untuk memuliakan. (An-Nur:36)) maksudnya : memuliakan dengan sekiranya di masjid tidak terjadi ucapan kotor, suci dari najis dan kotoran. Allah berfirman : (Artinya: dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud. (QS. Al-Hajj : 26)) Allah berfirman : Artinya: Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah. (At-Taubah :18)). Imam Al-Baidhowi berkata : "Dan termasuk memakmurkan masjid adalah menghias masjid dengan membentangkan karpet, menyinari masjid dengan lampu, melanggengkan ibadah, dzikir, dan pengajaran ilmu di dalamnya, menjaga masjid terhadap perkara yang tidak pantas di dalamnya seperti berbicara hal keduniaan". Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah dari hadistnya Buraidah yang diriwayatkan secara Marfu' : Sesungguhnya masjid itu dibangun hanya untuk tujuannya ia dibangun (ibadah)." yaitu : dari sholat, baca Al-Qur'an, majelis ilmu, mudzakarah kebaikan seperti yang dijelaskan oleh Imam An-Nawawi.


تفسير آيات الأحكام الجزء الأول، الصحفة ٢٧٨

الحكم الأول : ما المراد بعمارة المساجد في الآية الكريمة؟ ذهب بعض العلماء إلى أن المراد بعمارة المساجد هو بناؤها وتشييدها وترميم ما تهدم منها ، وهذه هي ( العمارة الحسية ) ويدل عليه قوله عليه السلام : "من بنى الله مسجداً ولو كمِفْحَص قطاة بني الله له بيتاً في الجنة"٠

Artinya : Hukum yang pertama : apa yang dimaksud dengan memakmurkan masjid dalam ayat yang mulia ?  Sebagian Ulama' berpendapat bahwasanya yang dimaksud dengan memakmurkan masjid adalah membangunnya, menguatkan kontruksi bangunannya dan merenovasi yang hancur darinya, ini adalah memakmurkan secara fisik. Sesuai dengan dalil sabda Baginda Nabi Shalallahu alaihi wasallam: "Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah walaupun seperti sangkar burung ,maka Allah akan membangunkan untuknya satu rumah di Surga".

وقال بعضهم : المراد عمارتها بالصلاة والعبادة وأنواع القربات كما قال تعالى : { فِي بُيُوتٍ أَذِنَ الله أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسمه } [ النور : ٣٦ ] وهذه هي ( العمارة المعنوية ) التي هي الغرض الأسمي من بناء المساجد ، ولا مانع أن يكون المراد بالآية النوعين ( الحسية ) و ( المعنوية ) وهو اختيار جمهور العلماء لأن اللفظ يدل عليه ، والمقام يقتضيه٠

Sebagian Ulama' berpendapat : yang dimaksud memakmurkan masjid adalah mengisinya dengan sholat, ibadah dan berbagai macam qurbah (ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah) sebagaimana Firman Allah Subhanahu wata'ala :  {Artinya: di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-NYA (Q.S An-Nur:36)}. Ini dinamakan imaroh maknawiyah yaitu tujuan yang tersirat dari pembangunan masjid. Tidak ada yang menghalangi bahwa yang dimaksud dalam ayat ada 2 macam : Memakmurkan secara fisik. Memakmurkan secara makna 
Ini adalah pilihan dari mayoritas Ulama' karena lafadznya menunjukkan hal tersebut serta tempatnya mendukung .


والله أعلم بالصواب

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

 PENANYA

Nama : Imam Muslim
Alamat : Sumber Sari Jember Jawa Timur 
____________________________________

MUSYAWWIRIN :

Member Group WhatsApp Tanya Jawab Hukum

PENASEHAT :

Habib Ahmad Zaki Al-Hamid (Kota Sumenep Madura)
Habib Abdullah bin Idrus bin Agil (Tumpang Malang Jawa Timur)
Gus Abdul Qodir (Balung Jember Jawa Timur)

PENGURUS :

Ketua : Ust. Suhaimi Qusyairi (Ketapang Sampang Madura)
Wakil : Ust. Zainullah Al-Faqih (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Sekretaris : Ust. Moh. Kholil Abdul Karim (Karas Magetan Jawa Timur)
Bendahara : Ust. Syihabuddin (Balung Jember Jawa Timur)

TIM AHLI :

Kordinator Soal : Ust. Qomaruddin (Umbul Sari Jember Jawa Timur)
Deskripsi masalah : Ust. Taufik Hidayat (Pegantenan Pamekasan Madura)
Moderator : Ust. Zainul Al-Qudsy (Sumber Sari Jember Jawa Timur )
Perumus + Muharrir : Ust. Mahmulul Huda (Bangsal Jember Jawa Timur)
Editor :  Ust. Hosiyanto Ilyas (Jrengik Sampang Madura)
Terjemah Ibarot : Ust. Muntahal A'la Hasbullah (Gili Genting Sumenep Madura)
____________________________________________ 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Group BM Nusantara (Tanya Jawab Hukum Online)

Hukum Anak Zina Lahir 6 Bulan Setelah Akad Nikah Apakah Bernasab Pada Yang Menikai Ibunya ?

Hukum Menjima' Istri Sebelum Mandi Besar ?